Saturday, December 20, 2025

SEJARAH SHALAT

Oleh: Dr. Toto Suharya, S.Pd., M.Pd. 

Jawad 'Ali (2010) mengatakan setiap agama memiliki bentuk khusus shalat yang sesuai dengan konsep pemahamanan agama masing-masing. Dalam konteks sejarah, shalat telah ada pada agama-agama Arya dan Semitik. 

Agama Majusi telah mewajibkan kepada pemeluknya yang telah mencapai usia dewasa agar mengerjkanan shalat tiga kali sehari; subuh, ashar, dan isya. Sebagai tambahan pemeluk Majusi juga dianjurkan mendirikan shalat Firasy, yakni shalat yang dilaksanakan sebelum tidur dan setelah bangun tidur.

Dalam agama Yahudi ada shalat harian, shalat perayaan, shalat di akhir bulan puasa wajib, shalat jenazah, dan lain-lain. Dalam Taurat ditemukan keterangan shalat Tahajud yang biasa dilakukan para nabi dan para hakim. 

Dalam konteks sejarah, tradisi shalat sudah ada pada agama terdahulu. Nabi Muhammad sebagai utusan membawa misi mengembalikan keyakinan agama seperti agama Nabi Ibrahim. 

Nabi Muhammad diajarkan wudhu dan shalat oleh malaikat Jibril. Rasulullah shalat bersama jibril, lalu mendatangi Khadijah, mengajarkan wudhu dan shalat kepadanya. Nabi Muhammad mendapat perintah shalat wajib ketika Isra' Mi'raj, pada saat Nabi Muhammad belum hijrah ke Madinah.

Perintah shalat sudah ada pada awal orang-orang masuk Islam. Perintah shalat sudah ada sejak Nabi Muhammad di Mekah. Hal ini teridentifikasi pada ayat-ayat Al Quran yang turun di Mekah. 

"Bagaimana pendapatmu tentang orang yang melarang, seorang hamba ketika dia mengerjakan shalat, bagaimana pendapatmu jika orang yang melarang itu berada di atas kebenaran," (Al 'Alaq, 96:9-11).

"Apakah yang memasukkan kamu ke dalam Saqar (neraka)?" Mereka menjawab: "Kami dahulu tidak termasuk orang-orang yang mengerjakan shalat, (Al Mudatsir, 74:42-43).

Maka dirikanlah shalat karena Tuhanmu dan berkorbanlah. (Al Kautsar, 108:2).

Berdasarkan fakta di atas, shalat merupakan ibadah pokok dalam Islam yang tidak boleh ditingalkan. Pada awal Nabi Muhammad menerima wahyu, Nabi diperintahkan membaca. Orang-orang yang membaca dia pasti menemukan perintah dari Allah untuk shalat.

Ayat-ayat Al Quran secara kontekstual mengandung makna sejarah apa yang terjadi pada saat ayat tersebut turun kepada Nabi Muhammad. Namun fenomena yang dikabarkan dalam Al Quran masih terus terjadi hingga sekarang. 

Hingga sekarang masih banyak yang tidak suka membaca, sehingga tidak memahami bahwa shalat sebagai ibadah pokok dan penting dalam ajaran Islam, sebagai umat-umat beragama terdahulu telah melaksanakan shalat.***

Tuesday, December 9, 2025

SHALAT PENYEBAB KEBERUNTUNGAN

Dr. Toto Suharya, S.Pd., M.Pd.

Semua yang terjadi atas kekuasaan Allah, tidak ada satupun kejadian menimpa manusia dan fenomena alam terjadi di luar pengetahuan Allah. Pernyataan ini dapat kita dipahami dalam keterangan Al Quran.

“Dan pada sisi Allah-lah kunci-kunci semua yang gaib; tak ada yang mengetahuinya kecuali Dia sendiri, dan Dia mengetahui apa yang di daratan dan di lautan, dan tiada sehelai daun pun yang gugur melainkan Dia mengetahuinya (pula), dan tidak jatuh sebutir biji pun dalam kegelapan bumi dan tidak sesuatu yang basah atau yang kering, melainkan tertulis dalam kitab yang nyata.” (Al An’aam, 6:59).

Dengan demikian, semua keberuntungan hidup manusia berada di atas kehendak Allah. Keberuntungan bukan suatu kebetulan, keberuntungan memiliki sebab-sebab yang dapat dipahami, mengapa hidup manusia beruntung.


Jikalau ada orang mengatakan keberuntungan adalah suatu kebetulan, maka cara pandang itu termasuk cara pandang materialistik. Cara pandang materialistik sangat mengandalkan pada pengamatan melalui penglihatan atas apa yang terjadi di alam.

Cara pandang materialistik sangat terbatas karena penglihatan manusia pada benda-benda dan kejadian di alam sangat terbatas. Untuk itu, Allah menurunkan pedoman sebagai dasar manusia dalam mengambil sudut pandang. Maka orang-orang beruntung Allah jelaskan dalam Al Quran.   

“Apabila telah ditunaikan shalat, maka bertebaranlah kamu di muka bumi; dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung. (Al Jumu’ah, 62:10).

Berdasarkan keterangan ayat di atas, shalat menjadi bagian dari sebab hidup seseorang mendapat keberuntungan. Makna shalat sebagaimana dijelaskan di dalam Al Quran merupakan aktivitas mengingat Allah.

“Sesungguhnya Aku ini adalah Allah, tidak ada Tuhan (yang hak) selain Aku, maka sembahlah Aku dan dirikanlah shalat untuk mengingat Aku.” (Thaahaa, 20:14).

Allah memerintahkan pada manusia untuk mengingat Allah banyak-banyak agar menjadi orang-orang beruntung. Kesimpulannya, untuk menjadi manusia beruntung, dirikan shalat dan peliharalah shalat pada waktu-waktu yang telah ditetapkan. Selain shalat lima waktu, tambahlah dengan shalat-shalat sunah seperti yang dicontohkan Rasulullah saw. Melaksanakan shalat-shalat sunah, artinya kita telah melaksanakan perintah Allah yaitu memperbanyak mengingat Allah.

Maka, sebelum bertebaran di muka bumi untuk menjalankan ikhtiar, shalat selalu menjadi awal ikhtiar manusia untuk mencari karunia Allah. Maka Islam telah mengajarkan, sebelum bertebaran di muka bumi, setiap umat Islam selalu mengawalinya dengan shalat subuh.

Untuk melahirkan manusia-manusia beruntung, dunia pendidikan seharusnya menjadikan shalat sebagai dasar pembentukkan karakter. Pengajaran shalat berlaku untuk semua jenjang dengan mempertimbangkan perkembangan psikologi sebagai dasar untuk menentukan substansi dan metode pengajaran. Pengajaran shalat dilakukan melalui pengenalan konsep, pembiasaan, dan pendalaman makna. Bagi umat silam shalat sesungguhnya perkara penting sebagaimana Rasulullah mewasiatkan pada umatnya. Wallahu’alam.   

Sunday, December 7, 2025

SHALAT PETUNJUK MENUJU CAHAYA

Oleh: Dr. Toto Suharya, S.Pd., M.Pd.

Shalat dalam pengertian umum adalah rahmat (ar-rahman), karena Allah swt menyifati Diri-Nya dengan ar-Rahim (penyayang) dan menyifati hambanya dengan kata itu pula dengan kalimat arhamar-rahimin (yang paling Penyayang dari semua yang menyayangi). Rasulllah Saw bersabda, "Allah hanya mengasihi hamba-hamba-Nya yang penyayang". (Arabi, 2010).

"Dialah yang memberi rahmat (yusallii) kepadamu dan malaikat-Nya (memohonkan ampunan untukmu), supaya Dia mengeluarkan kamu dari kegelapan kepada cahaya (yang terang). Dan adalah Dia Maha Penyayang kepada orang-orang yang beriman." (Al Ahzab, 33:43).

Kata shalat (yusallii) diterjemahkan menjadi rahmat Allah untuk manusia dan para malaikat. Shalat adalah kasih sayang Allah kepada manusia. Shalat dapat membawa manusia dari kegelapan kepada cahaya terang, membawa manusia dari kemiskinan pada kelimpahan, membawa manusia dari kebodohan pada kecerdasan, membawa manusia dari kejahiliyahan menuju puncak peradaban. 


Shalat adalah cahaya pembuka segala kebaikan untuk manusia. Untuk itulah Nabi Muhammad saw menjelang akhir khayatnya berwasiat pada umatnya untuk tidak meninggalkan shalat. 

Dari Ali bin Abi Thalib, beliau berkata: "Kalimat terakhir yang diucapkan oleh Rasulullah saw adalah: "Peliharalah salat, peliharalah salat, dan peliharalah hamba sahaya yang kalian miliki".

Tidak semata-mata Nabi Muhammad berpesan pada umatnya untuk selalu melaksanakan shalat, karena shalat adalah cahaya penyebab dari segala kebaikan yang akan didapatkan oleh umat manusia di dunia dan akhirat. 

"Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al Kitab (Al Qur'an) dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan mungkar. Dan sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadah-ibadah yang lain). Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan. (Al 'Ankabut, 29:45).

Shalat adalah cahaya penyebab dari yang tidak terlihat menjadi terlihat. Cahaya menjadi sebab bukti-bukti kebenaran dari Allah terlihat. Cahaya menjadi sebab orang-orang bisa mengetahui jalan lurus. Cahaya adalah penyebab keberuntungan. Cahaya adalah ilmu pengetahuan dan sebaik-baiknya ilmu adalah Al Quran.

"Maka berimanlah kamu kepada Allah dan Rasul-Nya dan kepada cahaya yang telah Kami turunkan. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan". (At Thagaabun, 64:8). 

Memelihara shalat artinya bukan saja sebatas melaksanakan gerakan ritual shalat, tetapi harus dibarengi dengan melakukan pemahaman secara mendalam, melakukan penelitian-penelitian makna-makna shalat dari Al Quran, dilanjutkan dengan melakukan kajian dari berbagai sudut pandang ilmu. Wallahu'alam.  

SHALAT PENGHILANG RASA TAKUT

Oleh: Dr. Toto Suharya, S.Pd., M.Pd.

Rasa takut adalah naluri yang dimiliki oleh seluruh manusia. Rasa takut tersimpan dalam hati dan pikiran. Secara khusus Allah menjelaskan apa yang biasa ditakutkan manusia. 

Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar, (Al Baqarah, 2:155).

Rasa takut adalah ujian yang Allah timpakan pada setiap manusia di dalam kehidupan dunia. Perasaan takut tidak akan hilang dari perasaan setiap manusia. Secara psikologis rasa takut bisa jadi penyebab stres. Orang yang dihantui rasa takut dalam jangka waktu lama bisa berdampak pada kesehatan fisik maupun psikis.

Rasa khawatir dan gelisah, adalah salah satu dampak dari rasa takut yang tersimpan di hati dan pikiran. Rasa takut disebabkan oleh hati dan pikiran yang selalu dihantui informasi-informasi buruk akibat dari kekurangan makanan, harta, jiwa, dan kegagalan dari usaha yang dilakukan.  

Maka Allah membimbing manusia agar tidak selalu dihantui rasa takut kepada urusan dunia. Allah memberikan solusi terbaik agar manusia bisa mengubah rasa takut menjadi harapan baik yang dapat menenangkan hati dan pikiran. Harapan baik akan menghadirkan hormon bahagia di otak.

Allah memberi kabar gembira kepada orang-orang yang sabar. Siapa yang termasuk orang-orang sabar? Allah kabarkan di dalam Al Quran. Orang sabar dapat dicirikan yaitu orang yang melaksanakan shalat. 

Hai orang-orang yang beriman, mintalah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan (mengerjakan) shalat, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar. (Al Baqarah, 2:153).

Kesabaran satu paket dengan shalat. Orang shalat harus sabar, orang sabar pasti shalat. Untuk menghilangkan rasa takut Allah kabarkan kepada orang shalat agar tidak berdiam diri. Orang sabar harus berbuat baik sebagai mana Allah perintahkan.

"Apakah kamu takut akan (menjadi miskin) karena kamu memberikan sedekah sebelum pembicaraan dengan Rasul? Maka jika kamu tiada memperbuatnya dan Allah telah memberi tobat kepadamu maka dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan taatlah kepada Allah dan Rasul-Nya; dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan." (Al Mujaadilah, 58:13).

Maka, untuk menghilangkan rasa takut dalam hati dan pikiran, dirikan shalat dengan tujuan minta tolong pada Allah untuk keberhasilan segala usaha, lalu sedekah atau zakat dalam arti berbuat baik dengan barang yang dimiliki, dengan ucapan, perbuatan-perbuatan baik yang mampu dilakukan, kepada orang tua, kerabat, tetangga, anak yatim, sahabat, dan pada seluruh makhluk yang membutuhkan pertolongan.  

Setelah shalat dan berbuat baik sesuai dengan yang Allah perintahkan, ingatlah kabar gembira yang dikabarkan Allah pada orang sabar. Penuhi hati dan pikiran dengan keyakinan pada Allah karena Dia tidak pernah ingkar janji. Allah akan membalas kebaikan dengan kebaikan yang lebih baik.

Sifat-sifat yang baik itu tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang sabar dan tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang mempunyai keberuntungan yang besar. (Fushshilat, 41:35).

Demikianlah, Allah menjelaskan shalat dan sabar adalah penghapus rasa takut, karena kepada orang sabar Allah telah menggantikan rasa takutnya dengan kabar gembira yaitu Allah menjanjikan keberuntungan besar kepada orang-orang sabar yaitu orang-orang yang mendirikan shalat. Wallahu'alam. 

Monday, December 1, 2025

SHALAT AWAL SETIAP IKHTIAR

Oleh: Dr. Toto Suharya, S.Pd., M.Pd.

Dikutif dari @padang-tv hasil survei terbaru menunjukkan hanya 38,9% Muslim di Indonesia yang rutin menjalankan salat lima waktu. Dari hasil pengamatan di sekolah alasan murid-murid tidak melaksanakan shalat adalah malas. Secara psikologis kemalasan datang dari informasi negatif yang diterima otak. 

Di prediksi, faktor penyumbang kemalasan seseorang melakukan shalat adalah miskin ilmu tentang shalat. Para pendidik ketika mengajarkan ilmu tentang shalat, berulang-ulang dari SD sampai Sarjana, shalat dipahami sebagai kewajiban dan tiang agama.


Pemahaman tentang shalat harus diperkaya dari berbagai sudut pandang ilmu. Shalat harus dipahami sebagai aktivitas kehidupan sehari-hari yang tidak bisa ditinggalkan. Pengertian shalat yang bisa dipahami dalam kehidupan sehari-hari, contohnya shalat adalah ikhtiar.

Secara etimologis, ikhtiar berakar dari kata khair (baik). Makna dasarnya adalah tindakan memilih sesuatu yang dianggap lebih baik atau optimal dari pilihan-pilihan yang tersedia. Shalat dapat dikatakan sebagai langkah awal ikhtiar dalam mencari kehidupan lebih baik.

Dasar shalat sebagai ikhtiar bersumber pada Al Quran, bahwa shalat adalah usaha manusia dalam rangka meminta tolong kepada Allah dengan sabar. Shalat ritual adalah ikhtiar agar setiap langkah usaha diberkahi mendapat hasil terbaik. 

Dan mintalah pertolongan dengan sabar dan shalat. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyuk, (Al Baqarah, 2:45).

Shalat harus jadi awal ikhtiar meminta pertolongan kepada Allah untuk diberi jalan hidup terbaik, jalan yang penuh dengan kenikmatan. Shalat seharusnya ddipahami sebagia ikhtiar awal dari segala ikhtiar yang kita lakukan.

Manusia tidak ada yang tahu, apa yang akan terjadi hari esok dan masa depan. Hari esok dan masa depan adalah misteri dan hanya Allah yang tahu. Pekerjaan-pekerjaan yang kita lakukan hasilnya diketahui setelah kita kerjakan, dan dapat diketahui berdasarkan pada pengalaman yang telah kita alami, maka hasil selanjutnya tetap misteri. Inilah dasarnya mengapa kita perlu ikhtiar shalat.

Manusia hanya bisa berharap baik pada pekerjaan yang dilakukannya bisa menuai keberhasilan. Permohonan atau harapan baik, sebaik-baiknya dilakukan dalam ikhtiar shalat. Ketika shalat, pasti kita berharap baik pada Allah bukan pada makhluk. Ketika berharap pada Allah tidak ada harapan buruk.

Maka shalat adalah ikhtiar pertama yang harus dilakukan sebelum melakukan sebuah pekerjaan atau proyek. Setiap hari kita ikhtiar dengan bekerja, berdagang, investasi, mengelola bisnis, dan belajar, maka setiap hari kita harus mengawali semua ikhitar dengan shalat untuk mendapatkan hasil yang terbaik.

Tidak ada satu orang manusia pun yang bisa menentukan hasil baik dari setiap ikhtiar yang dilakukannya, kecuali atas kehendak Allah. Setiap manusia harus bekerja keras untuk mendapat kebaikan dari Allah. 

"Allah mengetahui apa-apa yang di hadapan mereka dan di belakang mereka, dan mereka tidak mengetahui apa-apa dari ilmu Allah melainkan apa yang dikehendaki-Nya" (Al Baqarah, 2:255).

Maka, jika ingin mendapat hasil terbaik dari segala usaha, tidak ada kata malas shalat, karena shalat ikhtiar awal dari setiap ikhtiar yang kita lakukan. Shalat lima waktu, shalat dhuha, shalat tahajud, shalat hajat, shalat tobat, dsb., adalah awal ikhtiar kita dalam rangka mencari kehidupan terbaik di dunia dan akhirat.***   

Saturday, November 22, 2025

CIRI ORANG SHALAT BALAS KEBURUKAN DENGAN KEBAIKAN

Oleh: Dr. Toto Suharya, S.Pd., M.Pd.

Ciri orang shalat pola pikirnya berubah, tidak lagi membalas keburukan dengan keburukan, dia membalas keburukan dengan kebaikan. Orang shalat cara berpikirnya mengikuti petunjuk Al Quran. Berikut pedoman logika berpikir orang yang memahami shalat dari Al Quran.

Dan orang-orang yang sabar karena mencari keridaan Tuhannya, mendirikan shalat, dan menafkahkan sebagian rezeki yang Kami berikan kepada mereka, secara sembunyi atau terang-terangan serta menolak kejahatan dengan kebaikan; orang-orang itulah yang mendapat tempat kesudahan (yang baik), (Ar Ra'd, 13:22).

Dalam ayat ini, konsep shalat berdekatan hubungannya dengan sedekah sebagai bentuk prilaku menolak kejahatan dengan kebaikan. Sedekah adalah pemberian tanpa berharap imbalan dari manusia menjadi cara orang shalat untuk menolak keburukan.

Jadi ciri orang yang mendirikan shalat praktek fisiknya suka sedekah, sedangkan menolak kejahatan dengan kebaikan adalah pola pikirnya. Sedekah adalah praktek menolak kejahatan dengan kebaikan yang dilakukan orang-orang shalat. 

Pola pikir ini sesuai dengan sabda Nabi Muhammad saw. Dari Anas bin Malik radhiyallahu 'anhu, Rasulullah SAW bersabda: "Sedekah itu dapat menolak 70 jenis bala (bencana) dan sedekah itu dapat menolak kematian yang buruk." (HR. Tabrani).

Jika diperhatikan secara mendalam sabda Nabi Muhammad saw tentang sedekah memiliki pola logika berpikir seperti yang dijelaskan di dalam Al Quran. Hal ini tidak mengherankan tapi memperkuat keyakinan bahwa ucapan Nabi Muhammad saw tidak pernah keluar dari perkataan Al Quran. 

Jika saja shalat dipahami bersumber pola logika yang terdapat pada Al Quran, shalat benar-benar akan jadi penyejahtera kehidupan bagi yang mengamalkannya. Kekurangan selama ini adalah shalat dipahami sebatas gerakan ritual rukuk sujud saja, tanpa memahami pola-pola pikir dan karakter yang harus dimiliki oleh orang-orang shalat.

Jika saja semua umat Muslim sepakat menjadi Al Quran sebagai petunjuk berpikir, maka sebagaimana perintah Allah di dalam Al Quran, umat Islam yang jumlahnya sekarang 2,0 Miliar akan bersatu membangun kekuatan untuk mendamaikan dan menyejahterakan kehidupan dunia. 

"Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliah) bermusuh musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah orang-orang yang bersaudara; dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu daripadanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk. (Ali Imran, 3:103).

Friday, November 21, 2025

TIDAK ADA ORANG SUKSES KARENA ORANG LAIN

Oleh: Dr. Toto Suharya, S.Pd., M.Pd.

Faktor penyebab kesuksesan semuanya bersumber dari diri sendiri. Tidak ada orang sukses karena orang lain. Maka jangan pernah menggantungkan diri pada orang lain. Kemandirian menjadi kunci pokok pendidikan karakter.

Allah mengabarkan di dalam Al Quran, kunci keberhasilan dimulai dari diri sendiri. Kunci ini sudah menjadi ketetapan bagi siapa saja ingin hidup sukses. Logikanya bisa dipahami di dari Al Quran.

"Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran, di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah. Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia." (Ar ra'd, 13:11).

Pangkal kesuksesan berawal dari kesadaran diri untuk berani melakukan perubahan apa yang ada pada diri sendiri. Buku-buku biografi orang sukses selalu mengambarkan karakter unggul yang dimilikinya. Pribadi-pribadi unggul dimiliki oleh tokoh-tokoh sukses diberbagai belahan dunia.

Pribadi-pribadi unggul dimulai dengan keberanian keluar dari zona nyaman dengan mencoba hal-hal baru yang bisa membawa pada kehidupan lebih baik. Pribadi-pribadi unggul selalu punya tujuan hidup yang jelas di masa depan. Banyak orang-orang miskin menjadi orang kaya karena dendam pada kemiskinan.

Nabi Muhammad saw dikenal sebagai pribadi tangguh. Ujian-ujian berat dalam hidup Nabi Muhammad dilalui sejak dalam kandungan. Terlahir yatim piatu, mendapat lecehan, cemoohan, dan ancaman kematian. Semua dihadapi hingga Nabi Muhammad saw dikenal sebagai tokoh nomor satu paling berpengaruh di dunia. 

Beriman kepada Tuhan pada prinsipnya melatih diri menjadi manusia-manusia berkepribadian mandiri. Ajaran-ajaran Allah dalam agama Islam sebenarnya melatih manusia agar tidak tergantung pada manusia lain. Di dalam ajaran Islam tidak ada satu ajaranpun yang mengajarkan manusia untuk jadi peminta-minta.

Manusia terbaik adalah manusia yang paling baik perbuatannya dan bermanfaat bagi orang lain. "Sesungguhnya Kami telah menjadikan apa yang ada di bumi sebagai perhiasan baginya, agar Kami menguji mereka siapakah di antara mereka yang terbaik perbuatannya." (Al Khafi, 18:7).

Dalam sebuah buku berjudul "Berani Berubah" untuk sukses kita perlu pengembangan diri mendorong keluar dari zona nyaman demi meraih kehidupan lebih baik. Untuk sukses kita harus bangun kesadaran diri, menerima kelebihan dan kekurangan, membangun mental tangguh melalui pola pikir positif dan mengelola stres. Selain itu, kita harus pandai memotviasi diri, menetapkan tujuan yang jelas, dan mencari dukungan untuk menghadapi tantangan dalam proses perubahan.

Untuk itulah, di dalam dunia pendidikan, murid-murid diajarkan untuk bertahan hidup dalam segala kondisi. Mengelola masalah menjadi peluang untuk menemukan inovasi cara bertahan hidup yang lebih baik. Berbagai keterampilan hidup diajarkan sesuai dengan kondisi zaman yang dihadapi.

Ilmu-ilmu keterampilan hidup diajarkan, digunakan untuk mendapatkan penghasilan, kemudian diinvestasikan untuk menjaga kelangsungan hidup dalam jangka panjang. Kesabaran, keuleten, ketekunan, diajarkan melalui program-program bermanfaat bagi orang lain. Pola pikir positif dilatihkan dengan membangun keyakinan dan harapan kepada Tuhan melalui ibadah ritual dan doa. 

Kesimpulannya, tidak ada orang sukses karena orang lain, tapi karena orang itu sangat tergantung dan taat pada Tuhannya. Orang-orang yang taat pada Tuhannya adalah dia yang jika mau sukses tidak mengandalkan orang lain, tapi mengandalkan dirinya dengan memohon pertolongan pada Allah hingga semua makhluk di langit dan bumi membatu dirinya.*** 

 

SEJARAH SHALAT

Oleh: Dr. Toto Suharya, S.Pd., M.Pd.  Jawad 'Ali (2010) mengatakan setiap agama memiliki bentuk khusus shalat yang sesuai dengan konsep ...