OLEH: TOTO SUHARYA
Terus terang saja,
menyaksikan pengumuman kabinet tahun ini untuk kedua kalinya saya bilang wow,
setelah pengangkatan menteri seorang perempuan lulusan SMP di tahun lalu,
dengan kesuksesan mengelola laut menurut saya luar biasa. Saya tidak nyinyir
siapapun menteri yang diangkat oleh Presiden, mereka adalah orang-orang terbaik
di republik ini. Saya berpandangan
siapapun yang menjadi pejabat di negeri ini, mereka menduduki jabatan itu
dengan kebaikan yang mereka miliki dan dipandang baik oleh Allah.
Sebagaimana Allah
firmankan di dalam Al-Qur’an bahwa Allah mengangkat derajat seseorang karena
ilmu dan imannya. Faktanya kita saksikan orang-orang Barat dapat menguasai
ekonomi dan politik dunia karena ilmu yang mereka miliki. Hakikatnya ini adalah
penghargaan Allah terhadap orang-orang berilmu. Demikian juga para menteri
dengan berbagai latarbelakang keilmuannya, saya berprasangka baik, dialah orang
yang terpilih oleh Allah sebagai orang-orang terbaik. Masalah kinerjanya ke
depan, kita harus sabar menunggu tidak bisa mendahului Allah dengan
mengevaluasi kerja saja belum.
Saya hanya mengapresiasi
berdasarkan fakta bahwa dunia sedang mengalami perubahan. Menurut Hendarman
(2019, hlm. 25) generasi X yang lahir antara tahun 1960-1980, yang mendapat
pendidikan dari generasi baby boom yang lahir tahun 1946-1960, sebagian
besar telah mengalami pensiun. Kini saatnya generasi Y mengendalikan negara dan
mendidik generasi Y dan generasi Z yang lahir antara 2001-2010. Generasi Y
adalah generasi yang dibesarkan pada masa teknologi sedang berkembang. Generasi
Z adalah generasi yang dibesarkan dalam era teknologi mulai mapan dengan
kecenderungan pola pikir instan.
Bisa jadi pola pikir
generasi X berbeda dengan generasi Y yang sudah dipengaruhi perkembangan
teknologi. Perbedaan pola pikir tentu
saja akan melahirkan pola-pola pikir, tindakan, dan arah kebijakan berbeda. Ali
bin Abi Thalib mengatakan anak-anak harus dididik dengan zamannya. Mendidik
anak-anak milenial tentunya harus oleh mereka yang paham zaman milenial.
Saya memandang
diangkatnya Nadiem Makarim sebagai Mendikbud bisa jadi langkah tepat, karena
Beliau bisa didaulat sebagai salah satu
Bapak Milenial Indonesia yang berhasil memahami perubahan zaman di abad
digital. Era industry 4.0. dan era masyarakat 5.0. tidak bisa tidak menuntut
generasi kita untuk selalu beradaftasi dengan perkembangan teknologi yang
melaju seperti deret ukur.
Di percaturan masyarakat
dunia, kita termasuk salah satu negara dengan pengguna internet, media sosial
terbesar di dunia, namun kita akui produktivitasnya masih terbilang rendah.
Kita baru menjadi masyarkat pengguna teknologi informasi dari negara-negara
luar, dan belum memiliki kesadaran untuk memanfaatkan teknologi untuk kepentingan
ekonomi, sosial, budaya, politik, dan pendidikan. Tersedianya jutaan informasi
di media sosial, belum dimanfaatkan dengan baik untuk meningkatkan kualitas SDM.
Berdasarkan hasil
supervisi akademik ke kelas, sebagian besar guru masih mengajar secara konvensional.
Informasi yang tersedia di media sosial, belum termanfaatkan sebagai sumber
belajar untuk meningkatkan kualitas dan kreativitas pembelajaran. Internet
dengan kecepatan 60 sampai 100 mb, hanya digunakan untuk chating di media
sosial dan nonton video-video hiburan. Padahal setiap bulan sekolah
mengeluarkan dana langganan internet antara 2-6 juta rupiah per bulan. Hasil
pemanfaatnnya tidak sebanding dengan besarnya pengeluaran jasa layanan internet
yang dikeluarkan oleh sekolah tiap bulan.
Kendala yang dihadapi
sekolah adalah kekurangan sumber daya manusia yang benar-benar menguasai dunia
teknologi informasi. Sekolah-sekolah kejuruan masih cukup besar kekurangan
tenaga-tenaga pendidik produktif. Kita masih terjebak bahwa pendidik-pendidik
produktif harus berlatar belakang pendidikan linier sesuai keahliannya, padahal
untuk zaman sekarang, ilmu apapun bisa dipelajari di internet dengan modal
keseriusan dan ketekunan.
Perusahaan-perusahaan
besar konon sudah bergeser dalam pola rekruitmen pegawainya, mereka tidak lagi
melihat latar belakang pendidikan, tetapi melihat pada kompetensi. Artinya di
abad milenial, latar belakang pendidikan bukan syarat utama lagi untuk melihat
keilmuan seseorang, tapi polanya sudah bergeser dengan melihat apa yang telah
dilakukan dan bisa melakukan apa untuk kesejahteraan manusia di masa mendatang.
Hadirnya Nadiem Makarim
sebagai Mendikbud, bagi saya adalah loncatan pemikiran dari generasi X yang
mulai menyadari telah kedodoran menghadapi kemajuan zaman, dan harus diserahkan
kepada mereka yang memahaminya, dan telah terbukti bisa beradaftasi hidup
di zamannya. Dunia sudah berubah, pola pikir dan cara pandang otomatis telah
berubah. Jika kita tidak cepat dan segera beradaftasi dengan perubahan zaman,
mungkin 2045 cita-cita Indonesia emas yang tinggal beberapa tahun lagi, mungkin
saja jadi tembaga dan emasnya tetap keluar diambil negara lain yang lebih cepat
beradaftasi dengan perubahan zaman.
SIAPAPUN MENDIKBUDNYA AKULAH ORANGNYA (MUHAMMAD PLATO) |
Selamat bertugas Pak
Mendikbud, walaupun saya berada di antara perpindahan generasi X ke Y, saya
masih bisa mengimbangi perubahan zaman dengan budaya literasi yang saya miliki.
Dana sertifikasi saya gunakan untuk tetap literat mengikuti perubahan zaman.
Saya yakin akan ada ide-ide brilian dari seorang maestro teknologi informasi
untuk meningkatkan kualitas dan layanan pendidikan Indonesia. Saya bangga
kepada para pejabat tinggi yang akan bertugas lima tahun ke depan. Selamat
bekerja, salam optimis tanpa batas!!! Wallahu’alam.