OLEH
TOTO SUHARYA
Bangsa
kita bangsa cerdas. Di dalam darah bangsa Indonesia mengalir gen-gen cerdas.
Mendirikan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) lebih sulit dibanding
mendirikan USA, atau Jepang. NKRI sangat heterogen, terdiri dari ratusan suku
bangsa, budaya, ribuan bahasa dan
berbagai macam agama. Gen-gen cerdas itu mempersatukan perbedaan dalam satu
ikatan bernama NKRI.
Pada
saat krisis tahun 1965 dan 1998, gen-gen cerdas
berhasil menyelamatkan NKRI dari perpecahan. Sementara Komunis Rusia
(USSR) yang diakui sebagai negara dengan kekuatan politik terbesar dunia, sudah
lebih dahulu hancur berkeping-keping karena perbedaan.
Kini
gen-gen cerdas itu telah berhasil membangun kembali NKRI menjadi negara urutan
ke-17 sebagai negara dengan kekuatan ekonomi terbesar dunia. Posisi kekuatan
ekonomi Indonesia akan bergerak ke urutan ke-7, pada tahun 2035. Pada tahun
2035 jumlah penduduk produktif Indonesia lebih banyak dari penduduk tidak
produktif (anak-anak dan lansia). Bonus demografi ini membuktikan bahwa naiknya posisi kekuatan ekonomi Indonesia di dunia
bukan sebuah keniscayaan.
Dengan
jumlah penduduk ke empat terbesar di dunia, Indonesia diakui menjadi negara
demokrasi dengan penduduk muslim terbesar di dunia. Toleransi, kebebasan pers,
di negara kita lebih baik dari negara-negara tetangga. Penegakkan hukum di
negara kita mendapat pujian dari luar negeri. Di luar negeri mereka mengakui, jarang
terjadi pejabat-pejabat tinggi dijerat oleh hukum pidana karena korupsi dan
menjadi pesakitan di rumah tahanan.
Kita
harus membangun optimisme untuk generasi-generasi penerus bangsa. Jepang dan
Korea, selalu membangga-banggakan bangsanya di hadapan para generasi
penerusnya. Kita akui Jepang bisa cepat pulih setelah dua bom atom
meluluhlantakkan negeri mereka. Korea dalam jangka waktu singkat berhasil
menjadi kekuatan ekonomi dunia dengan membangga-banggakan keturuan dan hasil
karya bangsa mereka sendiri.
Bagi
para pendidik sangat tabu berbicara di hadapan generasi penerus, menjelek-jelekan
bangsa sendiri. Generasi penerus kita masa depannya masih suci, jangan dikotori
dengan harapan-harapan hampa. Para pendidik harus menjadi motivator agar
Indonesia secepatnya benar-benar menjadi salah satu bangsa dengan kekuatan
politik dan ekonomi terbesar dunia.
Pernyatanan
ini penulis kutif dari pidato singkat Prof. Dr. Moh. Wahyudin Zarkasyi, CPA,
Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat. Pidato disampaikan ketika membuka
acara workshop sosialisasi bantuan operasional (BOS) SMA di hotel Grand Hotel
Lembang 21-24 Oktober 2013.
Penulis
jadi ingat penelitian Masaru Emoto (2006), tentang air. Dari hasil penelitian
Masaru Emoto, saya menyimpulkan karena hampir 70 persen kehidupan ini terdiri
dari unsur air, maka benda-benda yang ada di sekitar kita termasuk manusia
memiliki sifat yang sama seperti air.
Air
tatkala diberi kata-kata negatif maka respon yang keluar adalah negatif.
Percobaan ini pernah dilakukan Masaru Emoto pada nasi. Selama tiga bulan nasi
di dalam gelas tertutup, di beri kata negatif dan positif. Setelah tiga bulan
nasi yang diberi kata negatif warnanya hitam membusuk, sedangkan nasi yang
diberi tanda positif warnanya kekuningan mengeluarkan cairan semacam alkhohol.
Nasi yang diberi kata positif sekalipun berubah tetapi masih tetap dalam wujud
yang bermanfaat, bahkan lebih bermanfaat.
Kesimpulannya,
anak-anak yang dibesarkan dengan negativitas, dan pesimisme, tidak mungkin
menjadi generasi penerus yang baik di masa mendatang. Sementara di tahun 2035
kita membutuhkan generasi-generasi penerus yang bermanfaat bagi banyak orang.
Generasi-generasi tangguh, dengan berbagai kompetensi yang harus dimilikinya.
Perubahan
kurikulum 2013 di arahkan untuk menyiapkan generasi berkualitas di tahun 2035.
Melalui program BOS SMA, diharapkan generasi sekarang yang akan menjadi manusia
produktif di tahun 2035 benar-benar menjadi manusia produktif yang memiliki berbagai
kopmpetensi (spiritual, sosial, pengetahuan, dan nalar), sebagai penunjang
kekuatan ekonomi dan politik negara.
Sudah
terlalu lama energi bangsa ini digunakan untuk hal-hal negatif, alangkah
besarnya bangsa ini jika energinya difokuskan untuk hal-hal positif. Semua itu
bisa kita sadari jika semua paham bahwa di dalam darah kita mengalir gen-gen
cerdas. Wallahu ‘alam.
(Penulis Kepala Sekolah SMAN 1 Cibinong
Cianjur Selatan)
No comments:
Post a Comment