Saturday, February 23, 2019

MEMBANGUN GENERASI OPTIMIS

OLEH
TOTO SUHARYA
           
Bangsa kita bangsa cerdas. Di dalam darah bangsa Indonesia mengalir gen-gen cerdas. Mendirikan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) lebih sulit dibanding mendirikan USA, atau Jepang. NKRI sangat heterogen, terdiri dari ratusan suku bangsa, budaya,  ribuan bahasa dan berbagai macam agama. Gen-gen cerdas itu mempersatukan perbedaan dalam satu ikatan bernama NKRI.

Pada saat krisis tahun 1965 dan 1998, gen-gen cerdas  berhasil menyelamatkan NKRI dari perpecahan. Sementara Komunis Rusia (USSR) yang diakui sebagai negara dengan kekuatan politik terbesar dunia, sudah lebih dahulu hancur berkeping-keping karena perbedaan. 

Kini gen-gen cerdas itu telah berhasil membangun kembali NKRI menjadi negara urutan ke-17 sebagai negara dengan kekuatan ekonomi terbesar dunia. Posisi kekuatan ekonomi Indonesia akan bergerak ke urutan ke-7, pada tahun 2035. Pada tahun 2035 jumlah penduduk produktif Indonesia lebih banyak dari penduduk tidak produktif (anak-anak dan lansia). Bonus demografi ini  membuktikan bahwa naiknya  posisi kekuatan ekonomi Indonesia di dunia bukan sebuah keniscayaan.

Dengan jumlah penduduk ke empat terbesar di dunia, Indonesia diakui menjadi negara demokrasi dengan penduduk muslim terbesar di dunia. Toleransi, kebebasan pers, di negara kita lebih baik dari negara-negara tetangga. Penegakkan hukum di negara kita mendapat pujian dari luar negeri. Di luar negeri mereka mengakui, jarang terjadi pejabat-pejabat tinggi dijerat oleh hukum pidana karena korupsi dan menjadi pesakitan di rumah tahanan.


Kita harus membangun optimisme untuk generasi-generasi penerus bangsa. Jepang dan Korea, selalu membangga-banggakan bangsanya di hadapan para generasi penerusnya. Kita akui Jepang bisa cepat pulih setelah dua bom atom meluluhlantakkan negeri mereka. Korea dalam jangka waktu singkat berhasil menjadi kekuatan ekonomi dunia dengan membangga-banggakan keturuan dan hasil karya bangsa mereka sendiri.

Bagi para pendidik sangat tabu berbicara di hadapan generasi penerus, menjelek-jelekan bangsa sendiri. Generasi penerus kita masa depannya masih suci, jangan dikotori dengan harapan-harapan hampa. Para pendidik harus menjadi motivator agar Indonesia secepatnya benar-benar menjadi salah satu bangsa dengan kekuatan politik dan ekonomi terbesar dunia.

Pernyatanan ini penulis kutif dari pidato singkat Prof. Dr. Moh. Wahyudin Zarkasyi, CPA, Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat. Pidato disampaikan ketika membuka acara workshop sosialisasi bantuan operasional (BOS) SMA di hotel Grand Hotel Lembang 21-24 Oktober 2013.

Penulis jadi ingat penelitian Masaru Emoto (2006), tentang air. Dari hasil penelitian Masaru Emoto, saya menyimpulkan karena hampir 70 persen kehidupan ini terdiri dari unsur air, maka benda-benda yang ada di sekitar kita termasuk manusia memiliki sifat yang sama seperti air.

Air tatkala diberi kata-kata negatif maka respon yang keluar adalah negatif. Percobaan ini pernah dilakukan Masaru Emoto pada nasi. Selama tiga bulan nasi di dalam gelas tertutup, di beri kata negatif dan positif. Setelah tiga bulan nasi yang diberi kata negatif warnanya hitam membusuk, sedangkan nasi yang diberi tanda positif warnanya kekuningan mengeluarkan cairan semacam alkhohol. Nasi yang diberi kata positif sekalipun berubah tetapi masih tetap dalam wujud yang bermanfaat, bahkan lebih bermanfaat.

Kesimpulannya, anak-anak yang dibesarkan dengan negativitas, dan pesimisme, tidak mungkin menjadi generasi penerus yang baik di masa mendatang. Sementara di tahun 2035 kita membutuhkan generasi-generasi penerus yang bermanfaat bagi banyak orang. Generasi-generasi tangguh, dengan berbagai kompetensi yang harus dimilikinya.

Perubahan kurikulum 2013 di arahkan untuk menyiapkan generasi berkualitas di tahun 2035. Melalui program BOS SMA, diharapkan generasi sekarang yang akan menjadi manusia produktif di tahun 2035 benar-benar menjadi manusia produktif yang memiliki berbagai kopmpetensi (spiritual, sosial, pengetahuan, dan nalar), sebagai penunjang kekuatan ekonomi dan politik negara.

Sudah terlalu lama energi bangsa ini digunakan untuk hal-hal negatif, alangkah besarnya bangsa ini jika energinya difokuskan untuk hal-hal positif. Semua itu bisa kita sadari jika semua paham bahwa di dalam darah kita mengalir gen-gen cerdas. Wallahu ‘alam.

(Penulis Kepala Sekolah SMAN 1 Cibinong Cianjur Selatan)

No comments:

Post a Comment

MENGAPA GURU HARUS TERHORMAT

Oleh: Dr. Toto Suharya, S.Pd., M.Pd. Untuk menghormati guru, di Jepang tidak ada hari guru. Kisah ini dibagikan oleh Pak Susila dari Banten ...