OLEH: TOTO SUHARYA
Dari pandangan kelompok Humanis,
diwakili oleh Maslow (1954), “pada prinsipnya setiap bayi yang lahir terdapat
kemampuan aktif ke arah pertumbuhan aktualisasi potensi-potensi manusia. (Supardan,
2015, hlm. 219). Atas dasar teori ini, tugas pendidikan memfasilitasi anak-anak
agar bisa beraktualisasi diri dengan potensi-potensi yang dimilikinya sejak
lahir.
Potensi-potensi yang ada pada
anak, oleh Gardner diidentifikasi menjadi delapan kecerdasan yaitu logika,
kinestetik, linguistik, musik, interpersonal, antarpersonal, visual-spasial,
dan natural. Aktualisasi diri menurut Schunk (2012), “setelah memenuhi
kebutuhan makan, minum, rasa aman, dan kebersamaan, sampailah pada puncak yaitu
keyakinan terhadap diri dan orang lain, berwujud dalam prestasi, kemandirian,
professional, dan pengakuan dari orang lain”.
(Supardan, 2015, hlm. 220).
Mengacu pada penelitian Danah
Zohar dan Ian Marshal, kecerdasan manusia ditambah satu yaitu kecerdasan
spiritual. Kecerdasan ini ada karena kecenderungan manusia mencari makna hidup
dari yang transenden (Tuhan). Penulis mengatatakan kecerdasan ini berkaitan
dengan pemahaman manusia tentang segala kejadian dihubungkan dengan eksistensi
Tuhan.
Tugas sekolah menumbuhkan
sembilan kecerdasan yang ada pada anak-anak dengan berbagai macam cara agar
mereka bisa beraktualisasi diri. Menurut Goble, (1970), “kebanyakan manusia hanya
mampu memenuhi kebutuhan makan, minum, dan rasa aman, hanya 1% manusia yang
betul-betul mencapai kebutuhan aktualisasi dirinya”. Jika demikian, pendidikan selama
ini hanya melahirkan manusia-manusia rakus yang tidak pernah puas makan, minum
dan merasa aman untuk dirinya.
Kebutuhan dasar manusia adalah
beraktualisasi diri, diawali dengan kesadaran untuk hidup bersama, dengan
melakukan tindakan-tindakan yang dilandasi keyakinan bahwa dirinya harus
bermanfaat bagi dirinya dan orang lain sebagai bentuk ketaatan kepada Tuhan.
Kebutuhan aktualisasi diri manusia yang harus selalu difasilitasi adalah bertindak
atas dasar keyakinan pada Tuhan, memanfaatkan harta yang dimiliki sekecil apapun untuk
kesejahteraan manusia dan alam. Dalam ajaran
agama aktualisasi diri manusia dibingkai dalam empat konsep yaitu shalat-sabar,
sedekah-ikhlas.
Agar bisa memenuhi semua kebutuhan
dasarnya, manusia bukan dilatih untuk bisa makan dan minum, tetapi difasilitasi
untuk beraktualisasi diri. Di bulan Ramadhan
ini, Allah tidak memerintahkan manusia menerima zakat, tetapi membayar zakat.
Semua yang diajarkan Tuhan memfasilitasi manusia untuk selalu beraktualisasi
diri. Ramadhan adalah bulan pendidikan yang memfasilitasi manusia berpuasa
sebagai pendidikan agar kita beraktualisasi diri. Ini makna mengapa bulan Ramadhan
dapat dikatakan sebagai bulan pendidikan. Wallahu
alam.
(Penulis Kepala SMAN 1 Cipeundeuy
KBB).
No comments:
Post a Comment