Oleh: Toto Suharya
(Kepala Sekolah)
Saat
ini sekolah unggul bukan dilihat dari kualitas lulusannya, tapi bagaimana lingkungan sekolah membentuknya. Pembentuk lingkungan sekolah adalah kepala
sekolah, guru-guru dan seluruh perangkat sekolah yang berkarakter kerja unggul.
Inilah inti dari pendidikan karakter yang akan menjadi faktor penyebab sekolah
unggul.
“Saya
melihat pendidikan dari aspek perekonomian, kenapa Korea dalam waktu 60 tahun
bisa mencapai keberhasilan yang Eropa Barat bisa capai dalam waktu 300 tahun.
Jepang melakukan pembangunan bangsanya dalam waktu 120 tahun ekuivalen dengan
Eropa yang melakukannya 350 tahun. What
going on? Investment in human capital, dan kuncinya pendidikan. Urusan
pendidikan bukan skill (keterampilan), tetapi karakter. Apa yang membuat
Jepang dahsyat? Karakternya. Apa yang membuat Korea luar biasa? Karakternya.
Karakter itu ada dua, karakter moral dan karakter kerja. Karakter moral adalah
jujur, rendah hati, beriman, bertakwa, dan Karakter kerja adalah kerja keras, kerja
tuntas, disiplin, ulet, tangguh, taat pada pimpinan, dll. Pendidikan adalah
penumbuhan dua karakter itu”. Demikian
ringkasan diskusi Jaya Suprana dengan Anis Baswedan di Youtube. (https://www.youtube.com/watch?v=1tnMtxRUOOQ,
27/07/2018, diakses 17/04/2020).
Pada
tahap pelaksanaan di lapangan pendidikan karakter masih ambigu. Pendidikan
karakter masih terjebak pada pengajaran berbasis materi. Pembelajaran masih
cenderung pada target penyampaian materi ajar. Sedangkan pengajaran karakter
masih sebatas konsep ditataran pengetahuan. Bahkan pendidikan karakter
diajarkan dalam bentuk pengetahuan tidak turun sampai pada tindakan. Padahal
pendidikan karakter bersumber dari apa yang dilakukan kepala sekolah dan
guru-guru. Mengajar karakter berangkat dari kompetensi kepribadian orang-orang
dewasa di sekolah. Namun bertahun-tahun pendidikan karakter yang kita gaungkan
sebatas informasi konseptual dan prakteknya belum jadi kenyataan.
Merujuk
dua konsep dasar pendidikan karakter yang diajukan oleh Anies Baswedan,
prakteknya yang harus dilakukan para pendidik di sekolah adalah memperlihatkan karakter
kerja unggul, seperti disiplin, kerja keras, ulet, tekun, pantang putus asa,
pantang mengeluh, dan sabar dalam melaksanakan tugas. Karakter kerja unggul harus
dikondisikan di sekolah di bawah kepemimpinan kepala sekolah. Kontrol dari
pelaksanaan pengajaran karakter adalah data kedisiplinan kehadiran pendidik di
sekolah, kehadiran di kelas, ketekunan melayani dan membantu anak-anak dalam
pembelajaran serta ketercapaian seluruh prosedur kerja minimal pendidik.
Karakter
kerja unggul para pendidik kemudian dimplementasikan kepada peserta didik di
kelas dalam pembelajaran. Tugas berat dalam mengajar karakter adalah menjaga
karakter kerja unggul terjadi karena setiap hari akan dilihat dan dirasakan oleh siswa.
Melaksanakan karakter kerja unggul yang bisa diteladani anak-anak pada
prakteknya seperti menghadapi perang badar. Pengalaman penulis, untuk disiplin sampai
di sekolah jam 6.30, setiap hari harus bangun subuh sekitar jam 03.30 WIB.
Juru masak di keluarga (istri) sudah bangun sejak jam 02.30. WIB. agar makan
pagi (sahur) sudah tersedia sebelum adzan berkumandang.
Setiap
pagi, alarm tubuh harus sudah biasa terbangun jam 03.30. Mandi dan berpakaian harus sudah siap sebelum adzan subuh berkumandang. Setelah
berkemas dan berpakaian rapi dilanjut makan sahur (sarapan). Ketika adzan
berkumandang semua sudah beres tinggal shalat subuh
berjamaah di masjid. Setelah selesai shalat dan dzikir sebentar harus segera
kembali ke rumah, untuk segera berangkat ke sekolah. Alarm jam tangan sudah disetting jam 05.00 tepat. Pada jam 05 tepat semua perlengkapan harus sudah di mobil, sepatu sudah di
semir mengkilat, dan sudah duduk di belakang setir.
Tepat
jam 05.00 mesin mobil sudah menyala lembut, gerbang dibuka, salam perpisahan
dengan keluarga dan tancap gas. Kecepatan harus konstan tidak boleh kurang dari
60 km per jam. Lama perjalanan sudah diperkirakan 1,5 jam. Dengan kecepatan
konstan mobil akan tiba di sekolah jam 6.30 lebih atau kurang sedikit. Jika di jalan
ada antrian truk gandengan yang jalannya merayap, maka mengemudi harus
sedikit ugal-ugalan untuk menyalip truk gandengan karena jalannya seperti
siput. Sekali-kali dapat makian dari pengendara berlawanan arah karena dianggap
mengambil hak jalan mereka, padahal kondisi sudah dengan penuh perhitungan.
Demikian
sedikit gambaran demi memperjuangkan terlaksananya pengajaran karakter di
sekolah, kita harus kerja keras penuh perjuangan. Masalah terbesar dalam mengajar
karakter adalah rasa malas. Untuk itu optimisme harus selalu terjaga. Motivasi
spiritual dalam hal ini selalu menjadi faktor penentu agar kita bisa strong
menghadapi segala hambatan alam dan pola pikir negatif yang kadang menyelinap
ke dalam hati dan pikiran. Masalah terberat lain dalam mengajar karakter adalah
menjaga konsistensi. Lingkungan alam, lingkungan sosial, sekolah, selalu menjadi
ancaman yang tidak akan pernah berhenti dan sewaktu-waktu bisa menggagalkan pengajaran
karakter yang kita perjuangan.
Maka
untuk terlaksananya pengajaran karakter harus dibangun kekompakkan dan kesadaran
bersama seluruh warga sekolah untuk menerapkan karakter kerja unggul. Satu dua
orang warga sekolah yang tidak komit terhadap pembentukkan karakter kerja
unggul, maka akan jadi cela di mata siswa dan memunculkan bibit kegagalan dalam
pengajaran karakter. Pengajaran karakter, keberhasilannya sangat tergantung
pada kondisi, lingkungan dan warga sekolah yang berkarakter kerja unggul. Wallahu’alam.
No comments:
Post a Comment