“Saya
sudah mengalami beberapa kali berada pada titik terendah”. (Robert
Kiyosaki). Pada saat usia 30 tahun saat
bisnis berjalan lurus kemudian hancur sampai titik terendah di bawah nol.
Mengalami kerugian 800.000 dolat pada saat usia 32 tahun. Ayah miskin saya
adalah orang yang baik dan seorang guru sekolah. Kepala sekolah di negara
bagian Hawaii. Ayah miskin saya merasa kasihan kepada saya, tapi ayah kaya saya
memberi selamat, “hei selamat kamu gagal di bisnis pertamamu”. Inilah pola
berpikir.
Ayah
kaya mengatakan bahwa seorang pengusaha sebagian besar akan mengalam kegagalan
dalam tiga bisnis. Dari pada lari dari kegagalan lebih baik, berkomunikasi
dengan semua investor bahwa kita melakukan kesalahan dan akan memperbaiki usaha
yang sudah mengalami kehencuran dari dengan mencari tahu kesalahan apa yang
dilakukan untuk mulai memperbaikinya. Banyak orang belajar dari kegagalan dari
pada di sekolah. Saya selalu melihat kegagalan sebagai peluang untuk belajar dan
menjadi lebih besar. Sayangnya sekolah kita mengajarkan, “jika berbuat kesalahan
maka kamu bodoh”. Dalam kehidupan nyata orang yang banyak berbuat kesalahan
paling banyak dan dia orang-orang yang paling pintar. Orang-orang berlatih bukan
untuk sukses melainkan untuk mengalami lebih banyak kegagalan. Jadi mengapa orang-orang
sukses, karena mereka lebih banyak mengalami kegagalan dari pada yang kita alami.
Jadi mereka yang paling banyak mengalami kegagalan dialah pemenang dalam
kehidupan ini, kecuali di sekolah kamu mendapat hukuman jika melakukan
kesalahan. Jadi sukses hanya soal pola pikir.
Ketika
saya kehilangan perusahaan pertama, saya kehilangan rumah, tidur dijalanan,
mendapat cacian dari investor. Cacian membangun harga dari bahwa “saya akan
membayar mu kembali”. Itulah semangat sebagai entrepreneur, tidak akan lari
dari hutang dan akan selalu mempertanggungjawabkan setiap perbuatannya. Seorang
entrepreneur tidak akan pernah mengatakan bangkrut, tetapi hanya melakukan
kesalahan dan akan memperbaikinya.
Saya
akan menghabiskan waktu saya dengan para entrepreneur. Saya tidak akan bergaul
dengan orang-orang yang setiap saat mengeluhkan tentang kondisi ekonomi.
Semangat untuk menjadi karyawa dengan semangat untuk menjadi pewirausaha sangat
berbeda. Dari semangat itu akan jadi pola pikir. Seorang karyawan akan berkata
sama pekerjaan yang terjamin aman, dengan gaji dan tunjangan. Selain berserah
diri kepada Tuhan, para entrepreneur harus terus melakukan apa yang harus
dilakukannya.
Saya
sekarang menjadi seorang entrepreneur dalam bidang pendidikan. Saya mengajar entrepreneur
karena saya mengerti. Saya termasuk
orang gagal di sekolah, tidak bisa membaca dan menulis. Ayah kaya saya
mengajari saya dengan “game” permainan monopoli. Dalam Permainan monopoli rumus
kaya itu adalah empat rumah warna hijau dan satu hotel warna merah.
Sekarang saya memiliki 8000 rumah berwarna hijau dan beberapa hotel berwarna
merah. Saya mewujudkan game dalam kehdiupan nyata.
Masalahnya
pada sebagian besar entrepreneur mereka ada self employer. Itulah efek
dari sekolah yang mengajarkan individualis karena bekerjasama saat ujian
dianggap sebagai kecurangan. Padahal tidak ada pekerjaan sukses yang dikerjakan
sendirian. Di dunia nyata orang-orang yang memiliki tim terbaiklah yang menang.
Jadilah pemenang dalam kehidupan. Bangunlah sebuah tim dan pekerjakan
orang-orang terbaik dalam meraih kesuksesan. Bekerjalah untuk kehidupan bukan
bekerja untuk hidup. Wallahu’alam.
No comments:
Post a Comment