OLEH: TOTO SUHARYA
(Penulis Kepala sekolah, Sekretaris I DPP AKSI)
(Penulis Kepala sekolah, Sekretaris I DPP AKSI)
“Fokuskan
pada kompeteni inti”, demikian saran dari staf ahli pendidikan. Di dalam kurikulum 2013 dijelaskan
pembelajaran mengacu kepada kompetensi inti yaitu spritiual, sosial,
pengetahuan dan keterampilan. Spiritual dan sosial tidak diajarkan melalui
pembiasaan diperkuat dengan pemahaman melalui teori dan penghayatan. Untuk
pengetahuan dan keterampilan dilakukan dengan melatih kemampuan berpikir
tingkat tinggi dari mulai analisis, sisntesis, evaluasi dan mencipta. Semua mata
pelajaran berfokus pada kompetensi inti, jangan gagal fokus menjejalkan
pengetahuan dengan tingkat berpikir mengingat, memahami dan menerapkan.
Pemebelajaran
dengan penugasan bisa dilakukan dengan catatan bahan-bahan yang dibutuhkan tidak
memberatkan dan tidak menuntut murid-murid keluar rumah. Penugasan harus
memperhatikan bahan-bahan atau sumber yang tersedia di dalam rumah. Agar tidak
memberatkan beban belajar murid-murid di rumah pembelajaran harus menggunakan
pendekatan terpadu (kolaborasi). Guru-guru mata pelajaran hendaknya bergabung
membuat skenario pembelajaran yang bersifat integratif menggabungkan standar
kompetensi yang sama untuk pembentukan kompetensi inti. Dengan metode ini
murid-murid tidak akan terbebani dengan tugas-tugas dari setiap mata pelajaran.
Melalui pendekatan integratif murid-murid bisa melakukan satu tugas atau
kegiatan untuk beberapa mata pelajaran.
Pada
masa new normal para ahli pendidikan mengingatkan agar selama Belajar Dari Rumah
(BDR), murid-murid tidak dibebani dengan tugas-tugas berpikir tingkat rendah
yang pasti berujung pada kejenuhan. Untuk menghindari kejenuhan mata-mata
pelajaran yang berkaitan langsung dengan spiritual dan sosial diharapkan gunakan
pendekatan yang berkaitan dengan kecerdasan kinestetik, seni, dan linguistik
agar anak-anak tidak bosan. Misalkan anak-anak ditugaskan untuk melakukan
kegiatan berbakti pada orang tua, mendengar ceramah di youtube, bermain musik,
dan senam lantai atau senam sambil diringi musik. Sebagai bukti kegiatan di
rumah di photo atau direkam dengan durasi dibawah satu menit atau lebih untuk kemudian
diposting di media sosial sebagai konten kreatif dan inspiratif. Bagi yang
mendapat apresisasi terbanyak dari publik, murid-murid diberi reward mendidik
dari gurunya. Dengan demikian selama BDR murid-murid punya kegiatan kreatif,
inovatif, menyenangkan sambil belajar.
Banyak
aktivitas murid-murid di rumah yang bisa diolah sebagai kegiatan pembelajaran
untuk melatih kompetensi inti spiritual dan sosial. Bagi murid-murid ditugaskan
untuk melakukan kegiatan keagamaan seperti berdoa, shalat dhuha dan lima waktu secara
disiplin. Untuk aktivitas sosial ditugaskan untuk melakukan kegiatan sedekah
(ibadah sosial) di lingkungan rumah membantu meringankan pekerjaan-pekerjaan orang
tua di rumah. Kesempatan emas selama BDR bagi semua guru untuk fokus
mengajarkan karakter religius, gotong royong, disiplin, dan tanggung jawab,
dengan menugaskan murid-murid untuk membuat skedul kegiatan-kegiatan positif di
rumah tangga setiap hari.
Pada
kompetensi inti pengetahuan dan keterampilan, guru-guru secara kolaboratif
menyiapkan modul pembelajaran berisi sajian data, fakta, dalam bentuk angka dan
wacana. Melalui sajian data, fakta tersebut siswa dituntut untuk menyelesaikan
sebuah kasus dengan menganalisis, sintesa, evaluasi dan mencipta sebuah gagasan
untuk memecahkan kasus. Dengan modul seperti ini murid-murid tidak dibebani
terlalu banyak untuk mencari data tetapi diharapkan mengolah pengetahuan yang
sudah disediakan untuk melatih kemampuan berpikir tingkat tinggi murid-murid.
Metode penyajian bisa dalam bentuk permainan, simulasi, dan tugas terstruktur
yang dapat diselesaikan dalam jangka waktu sesuai dengan jam pelajaran yang
dialokasikan dalam skenario pembelajaran.
Jikalau
murid-murid harus menggali pengetahuan data atau fakta, sumbernya tidak jauh
dari apa yang ada di lingkungan keluarga. Mata pelajaran ekonomi bisa ditugaskan
kepada murid-murid untuk melakukan observasi tentang keuangan keluarga. Melalui
kegiatan ini diharapkan mereka bisa membantu memecahan masalah-masalah ekonomi
yang ada di dalam keluarga mereka sendiri. Secara tidak langsung membangun
hubungan keluarga yang terbuka, komunikatif, antar sesama anggota keluarga.
Mereka juga bisa menggali cara-cara menyelesaikan masalah keuangan keluarga dengan
mencontoh para pelaku ekonomi di dunia maya. Mereka bisa membaca, mendalami
ilmu dan praktek mencari nafkah dari rumah melalui internet.
Dalam
ilmu alam, murid-murid bisa ditugaskan untuk menyelesaikan masalah sampah yang
diproduksi dan dihasilkan oleh rumah tangga. Kemudian mereka dituntut untuk
melakukan analisis permasalahan yang ada di rumah tangga dalam mengelola sampah.
Setelah menemukan sosulisnya mereka harus mempraktekkannya. Selanjutnya mereka
juga ditugaskan untuk menganalisis kebutuhan dan pemenuhan gizi makanan di keluarga
mereka. Mereka akan mengalaisis makanan bergizi yang mereka konsumsi di
keluarga dan dituntut menemukan solusinya dengan memanfatkan tanaman, buah-buahan
di lingkungan sekitar rumah dalam rangka pemenuhan gizi.
Keluarga
adalah lingkungan terkecil masyarakat. Seluruh aktivitas kehidupan masyarakat
ada di lingkungan keluarga. Pada saat murid-murid BDR kehidupan keluarga bisa
digunakan sebagai laboratorium pembelajaran bagi seluruh mata pelajaran. Masa new
normal adalah saat yang tepat untuk kita belajar dan memperbaiki pendidikan
mulai dari menata kembali kehidupan
keluarga untuk membangun kehidupan negara yang kuat. Demikianlah teknik
pembelajaran yang dapat dikembangkan di saat masa new normal. Wallahu’alam.
No comments:
Post a Comment