OLEH: TOTO SUHARYA
(Kepala Sekolah, Trainer Logika Tuhan)
Menyimak
tayangan ILC di TVOne diskusi dengan saksi sejarah anak kandung D.N Aidit dan saksi
hidup Bedjo Untung (bukan anak Kol. Untung) yang pernah sembilan tahun dihukum
tanpa proses peradilan dengan Jend. Kiplan Zen tentang keterlibatan PKI dalam
gerakan 30 September 1965 sangat mengolah otak. Anak almarhum menuntut ayahnya
tidak bersalah. Di sisi lain Purn. Jend Kiplan Zen mengalami karena pada saat
kejadian 30 september 1965 terjadi sudah berusia anak sekolah SMA, dan merasakan
terjadi teror dan konflik antara kelompok pro PKI dan anti PKI. Masing-masing
mengemukakan fakta sejarah yang mendukung bahwa pada saat itu posisinya benar,
di sisi lain mengklarifikasi tidak bersalah.
Sukmawati
Sukarno Putri dalam bukunya mengambil kesimpulan bahwa Gerakan 30 Septermber
1965 adalah kudeta Suharto terhadap pemerintahan Sukarno. Di dalamnya terlibat agen-agen
internasional yang ingin melengserkan kekuasaan Sukarno. Keterlibatan PKI
didukung fakta bahwa pimpinan PKI yang menyatakan mendukung gerakan 30 September
1965. Kesimpulan Sukmawati Presiden Sukarno saat itu dianggap sebagai korban kudeta
yang dilakukan oleh Suharto.
Perihal
dengan film dokumenter yang sering diputar pada masa Orde Baru, dikritik oleh
anak almarhum karena ada ketidaktepatan dalam mengambarkan pribadi ayahnya dalam
film tersebut. Film adalah karya seni manusia yang kita sadari film ini bisa menjadi
alat mempertahankan kekuasaan. Diakhir acara, Gubernur Lemhanas yang bijaksana
mengajak rekonsiliasi. Beliau jelaskan, rekonsiliasi adalah menunjuk diri
sendiri, introspeksi saya mungkin salah dan memaafkan kesalahan orang lain.
Jika
kita menyimak penjelasan kasus gerakan 30 September 1965 dari empat saksi
sejarah, kita bisa menemukan ada empat pihak yang terlibat, yaitu komunis,
tentara, presiden, dan agen-agen internasional. Tetapi sebagai lulusan sarjana
pendidikan, fakta-fakta sejarah diungkap bukan untuk mencari siapa yang benar,
tetapi untuk menjadi pelajaran agar kita menjadi orang-orang bijaksana. Keburukan,
korban jiwa, yang terjadi di masa lalu adalah fakta. Kebenaran bagaimana kejadian
itu terjadi dan siapa yang salah dan yang benar tidak akan selesai diurai oleh
ilmu sejarah.
Kebenaran
sejarah tidak terletak pada fakta yang diungkap. Fakta hanya memberi
pengetahuan sebagai bahan pertimbangan untuk hidup kita lebih mawas diri, dan
menggapai kehidupan sejahtera di masa mendatang. “Sesungguhnya telah
berlalu sebelum kamu sunnah-sunnah Allah; karena itu berjalanlah kamu di muka
bumi dan perhatikanlah bagaimana akibat orang-orang yang mendustakan
(rasul-rasul)”. (Ali Imran, 3:137).
No comments:
Post a Comment