Wednesday, June 3, 2020

MENYATUKAN PIKIRAN DENGAN ALLAH

Oleh: Toto Suharya
(Kepala Sekolah, Trainer Logika Tuhan)

Setiap orang pernah merasa kesal, marah, kecewa dan putus asa, ketika apa yang diinginkannya tidak jadi kenyataan. Sebaliknya semua pasti merasa senang, bahagia, bangga, dan optimis, ketika apa yang dicita-citakannya tercapai. Melihat kenyataan ini ada orang berpendapat bahwa hidup ini silih bergantinya antara sedih dan bahagia.

Bisakah hidup selamanya bahagia? Mungkin jawabannya tidak, jika kita berpatokan pada kenyataan bahwa hidup ini pergantian antara sedih dan bahagia. Namun jika kita menggunakan pikiran, kita bisa mengendalikan apa yang kita pikirkan. Arah pikiran kita sangat tergantung pada keinginan hati kita. Kita bisa hidup selamanya bahagia jika isi hati kita semuanya prasangka baik.

Bagaimana cara agar hati selalu berprasangka baik? Hati harus jadi pengendali pikiran, dan hati dikendalikan oleh perintah Allah. Agar bisa selalu berprasangka baik, maka hati harus bisa menyatukan pikiran dengan Allah. Orang-orang yang sudah bisa menyatukan pikiran dengan Allah, mereka adalah orang-orang bertakwa.

“Jika kamu memperoleh kebaikan, niscaya mereka bersedih hati, tetapi jika kamu mendapat bencana, mereka bergembira karenanya. Jika kamu bersabar dan bertakwa, niscaya tipu daya mereka sedikit pun tidak mendatangkan kemudaratan kepadamu. Sesungguhnya Allah mengetahui segala apa yang mereka kerjakan.” (Ali Imran, 3:120).

Inilah cara menyatukan pikiran dengan Allah, “bersedihlah jika mendapat kebaikan dan berbahagialah jika mendapat bencana”. Ini petunjuk berpikir dari Allah. Hal sulit bagi seseorang jika harus bersedih kala mendapat kebaikan, dan berbahagia saat mendapat bencana. Pola pikir seperti ini bisa diterapkan jika kita memahami pola pikir Allah di dalam Al-Qur’an. Dalam siklus kejadian, kesulitan selalu mendatangkan kebaikan dan kebaikan mendatangkan kesulitan. Pola berpikir ini akan membantu kita lebih waspada, lebih terencana, di saat mendapat kebaikan dan akan bahagia, optimis, kreatif, di saat mendapat bencana atau kesulitan.

Bertakwalah (kerjakanlah terus) dengan cara berpikir seperti ini! Pola pikir ini harus dilatihkan ke dalam pikiran berpuluh-puluh kali sampai beribu-ribu kali. Sampai kelak menjadi pola pikir bawah sadar kita. Berpola pikir seperti ini bukan keinginan kita, tetapi sebagaimana petunjuk dari Allah. Pola pikir dari petunjuk Allah akan selalu mengingatkan kita kepada Allah saat melihat dan merasakan kejadian. Setiap kejadian yang dihubungkan dengan Allah, maka Allah adalah pemilik segala kebaikan.

Demikianlah materi berpikir yang bisa diajarkan kepada anak-anak kita agar kelak mereka menjadi generasi tangguh yang selalu memandang segala macam bencana sebagai peluang untuk mendapat kebaikan dari Allah. Merekalah yang dimaksud dengan generasi optimis tanpa batas! Wallahu’alam. 

3 comments:

  1. (berbahagialah jika mendapat bencana) karena dibalik kesedihan terdapat kebahagiaan yang sudah menunggu..... sama kayak "The Power Of Candy", sebelum kita dapet manisnya permen, kita harus buka dulu bungkus permennya yang enggak mungkin kita makan, baru kita dapet manisnya dari permen.

    ReplyDelete
  2. ya persis bedanya dalam logika tuhan, dalam berpikir kita selalu berdasar pada kitab suci...agar jadi ibadah dan selalu ingat kepada Tuhan

    ReplyDelete
  3. Selalu berprasangka baik pada Allah,niscaya hati akan menjadi lebih baik, subhanallah...

    ReplyDelete

OTAK PEMBENTUK KARAKTER

Oleh: Dr. Toto Suharya, S.Pd., M.Pd. Prilaku seseorang dapat dipahami dari prilaku otak. Pembentukkan karakter seseorang dibentuk di otak. P...