Oleh: Toto Suharya
(Kepala Sekolah, Trainer Logika Tuhan)
Setiap
orang pernah merasa kesal, marah, kecewa dan putus asa, ketika apa yang
diinginkannya tidak jadi kenyataan. Sebaliknya semua pasti merasa senang,
bahagia, bangga, dan optimis, ketika apa yang dicita-citakannya tercapai.
Melihat kenyataan ini ada orang berpendapat bahwa hidup ini silih bergantinya
antara sedih dan bahagia.
Bisakah
hidup selamanya bahagia? Mungkin jawabannya tidak, jika kita berpatokan pada
kenyataan bahwa hidup ini pergantian antara sedih dan bahagia. Namun jika kita
menggunakan pikiran, kita bisa mengendalikan apa yang kita pikirkan. Arah
pikiran kita sangat tergantung pada keinginan hati kita. Kita bisa hidup
selamanya bahagia jika isi hati kita semuanya prasangka baik.
Bagaimana
cara agar hati selalu berprasangka baik? Hati harus jadi pengendali pikiran,
dan hati dikendalikan oleh perintah Allah. Agar bisa selalu berprasangka baik, maka
hati harus bisa menyatukan pikiran dengan Allah. Orang-orang yang sudah bisa
menyatukan pikiran dengan Allah, mereka adalah orang-orang bertakwa.
“Jika
kamu memperoleh kebaikan, niscaya mereka bersedih hati, tetapi
jika kamu mendapat bencana, mereka bergembira karenanya. Jika
kamu bersabar dan bertakwa, niscaya tipu daya mereka sedikit pun tidak
mendatangkan kemudaratan kepadamu. Sesungguhnya Allah mengetahui segala apa
yang mereka kerjakan.” (Ali Imran, 3:120).
Inilah
cara menyatukan pikiran dengan Allah, “bersedihlah jika mendapat kebaikan
dan berbahagialah jika mendapat bencana”. Ini petunjuk berpikir dari Allah.
Hal sulit bagi seseorang jika harus bersedih kala mendapat kebaikan, dan
berbahagia saat mendapat bencana. Pola pikir seperti ini bisa diterapkan jika
kita memahami pola pikir Allah di dalam Al-Qur’an. Dalam siklus kejadian,
kesulitan selalu mendatangkan kebaikan dan kebaikan mendatangkan kesulitan.
Pola berpikir ini akan membantu kita lebih waspada, lebih terencana, di saat
mendapat kebaikan dan akan bahagia, optimis, kreatif, di saat mendapat bencana
atau kesulitan.
Bertakwalah
(kerjakanlah terus) dengan cara berpikir seperti ini! Pola pikir ini harus dilatihkan
ke dalam pikiran berpuluh-puluh kali sampai beribu-ribu kali. Sampai kelak
menjadi pola pikir bawah sadar kita. Berpola pikir seperti ini bukan keinginan
kita, tetapi sebagaimana petunjuk dari Allah. Pola pikir dari petunjuk Allah
akan selalu mengingatkan kita kepada Allah saat melihat dan merasakan kejadian.
Setiap kejadian yang dihubungkan dengan Allah, maka Allah adalah pemilik segala
kebaikan.
(berbahagialah jika mendapat bencana) karena dibalik kesedihan terdapat kebahagiaan yang sudah menunggu..... sama kayak "The Power Of Candy", sebelum kita dapet manisnya permen, kita harus buka dulu bungkus permennya yang enggak mungkin kita makan, baru kita dapet manisnya dari permen.
ReplyDeleteya persis bedanya dalam logika tuhan, dalam berpikir kita selalu berdasar pada kitab suci...agar jadi ibadah dan selalu ingat kepada Tuhan
ReplyDeleteSelalu berprasangka baik pada Allah,niscaya hati akan menjadi lebih baik, subhanallah...
ReplyDelete