Oleh: Toto Suharya
(Penulis Kepala Sekolah, Trainer Logika Tuhan)
Sejak
terjadi pandemi Covid 19 tidak ada pilihan yang lebih efektif melayani pembelajaran
kecuali menggunakan pembelajaran daring. Dunia secara global sudah terkoneksi
dengan internet. Berbagai macam kegiatan ekonomi sudah dihubungkan dengan
internet, jangkauan pasar menjadi global dan keuntungan pun meningkat tajam.
Perbankan, pasar ritel, pasar modal, transportasi, hotel, pariwitsata, rental
mobil, kos-kosan, semua sudah terkoneksi dengen internet.
Dunia
pendidikan adalah layanan jasa yang sangat memungkinkan melakukan migrasi ke
layanan berbasis internet. Biaya pendidikan yang selama ini jadi beban
masyarakat dapat ditekan menjadi sangat terjangkau. Layanan pendidikan melalui
internet bisa menjangkau daerah-daerah pelosok yang terkoneksi internet dan
bersifat global lintas negara. Di masa mendatang sekolah akan lebih fleksibel
dan menyesuaikan dengan kebutuhan masyarakat.
Dunia
sudah terbelah menjadi dua yaitu dunia nyata dan maya. Mendalami dan menguasai dunia
maya sudah menjadi kehidupan normal bagi manusia di abad internet. Pendidikan
harus cepat beradaftasi dengan keadaan ini. Layanan pembelajaran tidak bisa
lagi hanya tergantung pada layanan fisik tatap muka dengan buku paket. Perubahan
informasi yang cepat membuat isi materi buku paket jauh tertinggal dan tidak
berguna. Kondisi geografi dan waktu belajar tidak akan jadi hambatan lagi bagi
anak-anak untuk sekolah. Belajar bisa dilakukan di mana saja dan kapan saja.
Permasalahan
yang dihadapi dunia pendidikan new normal bagaimana memenuhi harapan masyarakat
untuk mendapatkan layanan pendidikan daring berkualitas. Berdasar hasil survey,
orang tua siswa hampir 100 persen mereka setuju dalam pembelajaran jarak jauh berharap
anak-anaknya bisa belajar mandiri tanpa tergantung pada guru dan terjalin komunikasi
yang baik antara guru, siswa dan orang tua. Hal-hal baik lainnya yang perlu
dikembangkan terus adalah tentang kebiasaan hidup sehat sesuai protokoler
kesehatan, kedisiplinan anak dalam membagi waktu belajar dan bermain, penggunaan
teknologi untuk pembelajaran, dan melatih anak mandiri serta bertanggung jawab.
Selain
itu hasil survey kepada peserta didik selama BDR, anak anak maksimal belajar lima
hari. Lama belajar tiap hari 1-3 jam. Proses pembelajaran yang paling banyak
dilakukan adalah 79,6% mengerjakan soal-soal dan 61,7% menggunakan berbagai
media di internet. Sebanyak 12,2% menggunakan aplikasi mandiri dan sebagian
besar menggunakan aplikasi belajar dari pihak swasta di internet. Ada 27,7%
sekolah belum memberikan dukungan pada anak-anak selama belajar di rumah. Ada
14,6% anak-anak tidak menonton tv, dan paling banyak nonton tvri. Hambatan
terbesar yang dihadapi anak-anak pada saat BDR adalah kesulitan memahami
pelajaran (70%). Selanjutnya 57,1% merasa bosan, 56,6% kurang konsentrasi,
56,5% sulit komunikasi dengan guru, dan intruksi tugas yang diberikan guru
kurang jelas. Di atas 75% anak-anak memiliki teknologi informasi memadai. Di
atas 70%, anak-anak menyelesaikan
masalah pembelajaran berdiskusi dan komunikasi dengan teman. Untuk mengurangi
kejenuhan belajar di rumah anak-anak melakukan aktivitas lain.
Berdasarkan
hasil survey di atas ada beberapa hal yang harus diperhatikan saat melaksanakan
pembelajaran daring. Pertama, menyajikan materi dengan instruksi yang jelas.
Isi materi memuat fakta-fakta yang harus dianalisis, disintesa, dan dipecahkan
(create) untuk melatih keterampilan berpikir. Kedua, pembelajaran dengan
pengerjaan soal-soal, konstruksinya harus sudah sesuai dengan kontruksi soal
HOTS. Ketiga, untuk mengurangi kebosanan belajar isi materi harus kontesktual, materi
menggunakan berbagai media di internet dan sesuai dengan kebutuhan masa depan
anak-anak untuk hidup sukses.
No comments:
Post a Comment