Wednesday, June 10, 2020

MENYAJIKAN PEMBELAJARAN MASA BDR

OLEH: TOTO SUHARYA
(Kepala Sekolah, Sekretaris I DPP AKSI)

 A.    TARGET PENCAPAIAN KURIKULUM

Pencapaian Pada Kompetensi Inti sebagaimana dijelaskan di dalam kurikulum 2013 dan mengacu pada kecakapan abad 21. Kompetensi inti pada kurikulum 2013 sebagai berikut:

1.      Komeptensi spiritual

2.      Kompetensi sosial

3.      Kempetensi pengetahuan

4.      Kompetensi keterampilan

Kompetensi abad 21 mengacu kepada empat pilar pendidikan sebagaimana disosialisasikan oleh UNESCO yaitu learning to how, learning to do, learning to be, and learning to live together. Selain itu kecakapan yang dibutuhkan pada abad 21 dikenal dengan 4C (Cooperation, Colaboration, Comunication, dan Creativity). Pembelajaran jarak jauh, hendakanya mengacu pada integrasi pembelajaran yang mengasah pada ketermapilan berpikir kreatif dan inovatif. Bahan ajar dan soal evaluasi harus banyak mengarah pada melatih dan menguji para peserta didik pada kemampuan berpikir tingkat tinggi (HOTS). 

 B.     DESAIN KURIKULUM SMA

Berdasarkan hasil survey Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat Juni tahun 2020 terhadap orang tua dan siswa, diperosleh gambaran bahwa BDR mengalami beberapa kendapa bagi orang tua dan siswa. Kendala yang paling besar dihadapi orang tua dan siswa semasa BDR adalah mengalami kesulitan memahami isi tugas yang diberikan guru dan bertumpuknya tugas untuk anak-anak karena setiap guru memberi tugas untuk BDR. Orang tua mengalami kesulitan karena harus membantu anaknya untuk menyelesaikan tugas-tugas anaknya.

Proses pembelajaran di rumah sebenarnya bukan memberikan tugas tetapi memberikan layanan pembelajaran. Layanan guru kepada siswa layaknya seperti ketika mengajar di kelas. Membahas materi yang harus selesai pada jam pelajaran itu. Jika ada tugas, pengerjaannya tidak menyita waktu atau menambah waktu bagi anak-anak untuk mengerjakan tugas tetapi tugas memahami materi yang bahan ajarnya sudah tersedia dan dimiliki anak-anak.

Atas dasar itu, proses belajar dari rumah harus disiasati dengan model belajar dengan mengacu pada kompetensi inti yaitu spiritual, sosial, pengetahuan dan keterampilan. Hal yang paling urgen sesuai dengan perkembangan zaman untuk saat ini adalah  melatih keterampilan berpikir. Kegiatan spiritual, sosial bisa diajarkan melalui pembiasaan plus dengan pengetahuan. Kebiasaan spiritual dan sosial bisa diajarkan dengan melakukan kegiatan-kegiatan di rumah yang bernilai spiritual dan sosial secara disiplin. Kompetensi spiritual dan sosial ketercapaian pebelajarannya lebih pada kedisiplinan melaksanakan kegiatan tersebut. Alat ukurnya bisa dengan daftar ceklis, photo kegiatan, dikaetahui orang tua siswa.

Pembelajaran dari guru disajikan dalam bentuk bentuk berisi materi yang terdiri dari data atau fakta yang kemudian diajarkan dengan mepraktekkan keterampilan berpikir tingkat tinggi mulai dari menganalisis, sisntesis, evaluasi dan mencipta. Pembelajaran tematik dijarakan dengan menyuguhkan tema-tema atau masalah esensial yang terjadi di abad 21. Tema tersebut antara lain pemanansan global, pencemaran lingkungan, sampah plastik, pertambahan jumlah penduduk, wabah penyakit, bonus demografi, kekayaan laut dan darat indonesia, internet of thing, dan sebagainya.

Tema-tema disajikan dengan menyajikan data dari multi disiplin ilmu sesuai mata pelajaran. Semisal data kematian wabah penyakit covid 19 dibanding dengan kematian menurut penyakit kanker, rokok, dan virus HIV. Modul menyajikan data atau fakta sekitar virus HIV dari berbagai sudut pandang. Data-data tersebut kemudian diminta untuk dianalisis oleh siswa dengan cara membandingkan, dan memadukan (sintesa) data untuk menemukan solusi (create). Selajutnya anak-anak diminta mengevaluasi apa kebaikan dan kekurangan dari setiap negara dalam melakukan penanganan terhadap penanganan wabah virus covid 19.

Modul disajikan sesuai dengan jadwal jam pelajaran, jadi anak-anak tidak akan terbebani dengan tugas. Pelajaran disajikan sesuai dengan durasi jam pembelajaran. Jadi tidak semua mata pelajaran secara leterlek disajikan dalam mata pelajaran tetapi dipadukan dalam pembelajaran tematik. Mata pelajaran ada yang dkhususkan pada pembentukan karakter seperti agama, kewarganegaran, olah raga, seni, ditekankan pada praktek dalam bentuk kegiatan rutin di keluarga. Sejarah, matematika, sosiologi, geografi, ekonomi, untuk kelas IPS dan sejarah, fisika, kimia, biologi, matematika untuk IPA, disajikan dalam bentuk sajian materi pembelajaran HOTS. secara garis besar mata pelajaran terbagi menjadi dua sebagai berikut.

NO

MATA PELAJARAN

KETERANGAN

1

AGAMA

PEBIASAAN MELALUI PRAKTEK

2

KEWARGANEGARAAN

3

SENI

4

OLAH RAGA

5

BAHASA INDONESIA

6

BAHASA INGGRIS

7

BAHASA SUNDA

8

TEKNOLOGI INFORMASI

9

PRAKARYA

10

SEJARAH

PENYAJIAN MATERI DAN EVALUASI SOAL HOTS

11

GEOGRAFI

12

EKONOMI

13

SOSIOLOGI

14

FISIKA

15

KIMIA

16

BIOLOGI

Praktek pembelajaran ditugaskan kepada guru-guru dalam bentuk praktek kegiatan sehari-hari agar tidak membebankan kepada peserta didik. Guru-guru yang harus mengajarkan praktek dalam kegiatan sehari-hari ditugaskan untuk membuat desain kurikulum mengacu kepada target kompetensi inti. Selanjutnya guru yang ditugaskan mengajar dalam bentuk sajian materi dituntut untuk menyusun dan menyajikan materi pelajaran dalam bentuk sajian data atau fakta untuk beberapa pertemuan sesuai dengan minggu efektif yang tersedia. Materi bisa disajikan per mata pelajaran atau tematik, asal sajian materi berupa fakta dan data yang menunutut siswa untuk berpikir tingkat tinggi. Semisal dalam satu semester semua guru harus menyajikan kurikulum pembelajaran 18 kali pertemuan dengan pembagian 4 kali pertemuan untuk evaluasi dan 14 kali pertemuan untuk proses pembelajaran.

C.     PENYAJIAN MATERI PEMBELAJARAN

 SAMPAH PLASTIK

Jumlah penduduk kota Bandung terdiri dari 2.395 juta jiwa. Produksi sampah setiap hari 1500 ton berdasarkan data dari tempat pembuangan sampah. Sampah ini bercampur antara organik dan non organik. Komposisi 30% sampah basah dan 70% sampah plastik. Setiap hari truk sampah hilir mudik mengangkut sampah kurang lebih 150 kali ke tempat pembuangan sampah akhir. Sekalipun sudah terangkut ribuan ton dijalanan masih sering terlihat tumpukkan sampah plastik yang belum terangkut, jumlahnya kurang lebih 30% dari sampah yang sudah berhasil diangkut ke pembuangan sampah. Bahkan banyak sampah yang masih tercecer di pinggir jalan yang sengaja dibuang masyarakat karena tidak punya tempat pembuangan sampah sendiri jumlahnya sekitar 10% dengan komposisi bercampur dengan prosentase seperti yang sudah disebutkan di atas. Tempat pembuangan sampah luasnya 60 hektar kini sudah penuh dan hanya mampu menampung sampah kurang lebih dua tahun dari 20 tahun yang telah direncanakan.

Singapura adalah negara kecil dengan luas tidak lebih dari luas Yoyakarta. Jumlah penduduknya hanya 5.638.700 juta orang. Wisatawan yang datang ke singapura mencapai 19 juta orang. Singapura bisa hidup dengan mengandalkan dari pariwisata. Mereka tidak punya tempat pembuangan sampah karena lahan mereka terbatas. Mereka mengolah sampah menjadi listrik tenaga sampah. Sampah yang mereka butuhkan untuk menjaga pasokan listrik sebanyak 60.000 ton per bulan. Semua sampah dari kegiatan usaha, rumah tangga, hotel, dikelola oleh pemerintah, dipilah untuk memenuhi pasokan sampah plastik untuk bahan bakar listrik tenaga sampah. Sekalipun negara mereka kecil tetapi negaranya bebas sampah.

Luas kota Bandung 167,31 km². Lahan-lahan pertanian di kota Bandung masih tersedia kurang lebih 10% dari luas kota Bandung. Lahan terbuka sisanya sudah digunakan untuk pembangunan pabrik, jalan, dan perumahan penduduk. Lahan terbuka tersebut masih dikelola oleh petani untuk menanam padi, dan sayuran. Keuntungan mereka selalu kecil karena habis untuk biaya pemupukkan yang harus dibeli dari toko pupuk. Setiap 1 km lahan membutuhkan 1 ton pupuk. Hasil pertanian para petani di jual untuk menutupi kebutuhan pokok masyarakat kota Bandung. Keuntungan bersih petani diperoleh setelah dikurangi 50% biaya pemupukkan.

Pemerintah kota Bandung sudah sejak lama merencanakan untuk memanfaatkan sampah sebagai bahan bakar pembangkit listrik tenaga sampah, namun terkendala dengan dampak pencemaran lingkungan. Sampai sekarang rencana itu belum bisa dilaksanakan terkait dengan pendanaan dan penetapan lokasi tempat pengoahan sampah untuk pembangkit listrik. Untuk mengurangi tumpukkan sampah pemerintah sudah memberlakukan kebijakan pemilahan sampah dan pengolahan sampah organik dilingkungan keluarga. Namun program ini kurang berhasil karena beberapa kendala dengan kebiasaan masyarakat.

Berdasarkan data di atas, kerjakan tugas di bawah ini:

  1. Bandingkan antara sampah di Singapura dan Kota Bandung, apakah produksi sampah di kota bandung bisa dikelola menjadi pembangkit listrik?                              
  2. Jika masyarakat kota bandung mengolah sampah basah di masing-masing rumah tangga berapa ton jumlah sampah yang dapat dikurangi?
  3. Jika lahan  pembuangan sampah hanya mampu menampung sampah tinggal dua tahun, menurut kamu apa yang bisa dilakukan agar lahan tersebut masih bisa dimanfaatkan sampai 8 tahun ke depan?
  4. Melihat data-data di atas, jika kamu sebagai pemerintah apa yang dapat kamu lakukan untuk mensejahterakan petani dan masyarakat kota Bandung?

Pemilihan tema harus bersumber pada data konstekstual dan mengandung permasalahan yang ada di sekitar peserta didik. Tema secara tidak langsung menyadarkan peserta didik untuk terlibat dalam menyelesaikan masalah, dengan kreatif, inovatif, dan menginspirasi untuk mau dan bisa melakukannya dari lingkungan sendiri.

Demikian gambaran sajian materi yang melatih ketermapilan berpikir peserta didik. Melalui sajian materi seperti di atas, peserta didik bisa menyelesaikan pembelajarannya dalam jam pelajaran. Tidak akan ada tugas di luar jam pelajaran kecuali tugas dalam bentuk rutinitas keseharian mereka yang harus buat skedul dan pencatatan oleh mereka setiap hari dengan jujur sebagai ujian untuk integritas peserta didik di hadapan guru dan orang tuanya. Mata pelajaran yang terlibat dalam wacana tema di atas adalah matematika, geografi, sosiologi, dan ekonomi. Keterlibatan mata pelajaran dalam setiap tematik perencanaannya harus dibuat oleh guru bersangkutan sesuai dengan jadwal pelajaran yang tercantum sebagaimana direncakan oleh kurikulum.


No comments:

Post a Comment

MENGAPA ADA PELAJARAN OLAH RAGA?

Oleh: Dr. Toto Suharya, S.Pd., M.Pd. Olah raga secara kasat mata adalah gerakan fisik. Jika kita lihat dari sudut pandang neurosains olah ra...