Friday, September 4, 2020

ILMU PENDIDIKAN DARI KIAI

OLEH: MUHAMMAD PLATO

Menyimak podcast Dahlan Iskan dengan Kiai Asep Saifuddin, saya menemukan kisah-kisah utusan yang dijelaskan di dalam Al-Qur’an. Saya nikmati kisah ini hingga tergerak untuk menuangkannya dalam tulisan, agar pelajaranya tersebar luas dan bermanfaat terutama untuk diri saya.

Kisah Kiai yang penuh dengan kesulitan dan berakhir dengan penuh berkah dari Allah swt adalah pelajaran logika dari Allah swt tentang kehidupan. Pelajaran logika kehidupan dari Allah swt adalah kesulitan yang berhasil dijalani dengan tetap berada di jalan Allah swt adalah penyebab keberkahan rezeki dari Allah swt. Logika ini sudah dijelaskan di dalam Al-Qur’an, bahwa kesulitan adalah sebab dan kemudahan adalah akibat.

Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. (Alam Nasyrah, 94:5-6).

Perjalanan panjang Kiai Asep menemui teman-temannya di Jawa timur, Jawa Barat, Jakarta, dan Sumatera seperti melihat bagaimana kisah Nabi Ibrahim, Nabi Musa, Nabi Muhammad dan para utusan lainnya. Perjalanan hijrah dari satu tempat ke tempat lain dijalani dengan penuh kesulitan, kesederhanaan, dan penderitaan.  Namun perjalanan itu tidak mencari tujuan atas kehendak dirinya tetapi atas dasar kehendak Allah swt dengan jalan Istikharah. Perjalanan hijrah adalah kisah yang harus ditempuh oleh manusia agar manusia banyak belajar dari berbagai macam situasi dan orang.

Dalam kondisi yatim, Kiasi Asep Saifuddin selalu menjaga dirinya untuk tidak minta dan dikasihani orang lain. Dua hari tidak makan hanya minum air keran, demi harga dirinya Beliau memakan nasi-nasi bekas dikuali sambil membersihkan kuali agar siap kembali digunakan. Itupun dilakukannya dalam kondisi sepi malam supaya tidak mendapat perhatian orang.  

Kisah unik lainnya adalah Beliau tidak pernah lepas dari istikharah dalam mengambil keputusan. Dalam kondisi sulit atau senang ketika mau mengambil keputusan selalu diawali dengan shalat instikharah. Shalat istikharah adalah doa minta petunjuk agar segala keputusan yang diambil baik berdasar mimpi, hasil pertimbangan rasional, atau pun faktor lainnya berharap selalu mendapat bimbingan Allah. Ketika berada di Sumatera dan beristikharah, Beliau melihat ibunya melambai-lambaikan tangan. Tanda itu beliau baca sebagai akhir dari karir di Sumatera dan kembali pulang ke orang tuanya.

Kisah Kiai Asep Saifuddin menarik lainnya adalah ketika mencari jodoh di Jawa Timur. Dirinya selalu mengalami kegagalan untuk menikah. Dari kejadian itu, Beliau berdoa kepada Allah “jodohkanlah aku dengan orang yang tidak punya kekayaan, pendidikan, kedudukan, dan nasab”. Doa ini dilantunkan karena orang-orang selalu terjebak dengan kekayaan, pendidikan, kedudukan, dan nasab. Orang kaya akan mencari jodoh berdasar kekayaan. Orang berpendidikan akan melihat jodoh berdasar pendidikan. Orang berkedudukan akan melihat jodoh berdasar kedudukannya. Orang bernasab akan melihat jodoh dengan nasabnya. Kiai Asep Saifuddin menyimpulkan bahwa pandangan orang selalu terjebak minimal oleh empat faktor itu untuk melihat masa depan seseorang. Jadi Beliau berdoa untuk dijodohkan dengan orang yang benar-benar menghargai dirinya sebagai manusia yang memiliki kelebihan dan kekurangan. Akhirnya dia diberi jodoh yang tidak memiliki kriteria sesuai dengan doanya. Istri tersebut kini menjadi partner Kiai Asep Saifuddin dalam menebarkan ilmu dan keberkahan di muka bumi.

Pelajaran besar dari kisah Kiai Asep Saifuddin ketika memberikan dengan ikhlas sekolah yang dibangunnya diambil oleh pemilik tanah. Keluarga pemilik tanah mengambil alih sekolah yang jumlahnya sudah mencapai 1500an siswa, dan hanya diberi bagian sekolah yang hanya berisi ratusan dan tidak mendapat kepercayaan masyarakat, dan akses jalan masuk sekolah ditutup oleh pemilik tanah. Beliau tidak mengambil langkah hukum untuk memperkarakan kasus ini tetapi berserah diri kepada Allah dan kembali membangun sekolah dari awal. Dalam satu tahun kondisi sekolah sudah berbalik. Sekolah yang dikelola Kiai kembali jumlahnya ribuan dan sekolah yang sebelahnya hanya ratusan.

Kisah ini memberi pelajaran bahwa Allah akan menggantikan pengorbanan besar dengan keberhasilan yang besar. Ketauhidan kepada Allah membuat Kiai Asep Saifuddin bersikap tenang, tidak benci, dan menjalani cobaan dengan tetap optimis. Sudah ribuan siswa dan mahasiswa dalam dan luar negeri diberi beasiswa oleh Kiai Asep. Kini Beliau becita-cita menjadikan Indonesia sebagai pusat pendidikan Islam internasional, dengan mendirikan kampus di isi mahasiswa dari berbagai negara di dunia.

Beliau sudah menemukan kuncinya bahwa untuk menjadi pusat pendidikan faktor pertamanya adalah kampus harus banyak memberikan beasiswa kepada mahasiswa internasional. Itulah yang akan mendatangkan mahasiswa-mahasiswa dari luar negeri ke Indonesia. Yaman, Mesir kekayaannya lebih kecil dari Indonesia, tetapi kenapa mereka bisa menjadi pusat pendidikan Islam dunia, karena mereka memiliki beasiswa, beasiswa untuk mahasiswa internasional. Demikian juga yang dilakukan kampus-kampus di Amerika.

Kesimpulan akhir dari kisah Kiai Asep Saifuddin adalah keberhasilan seseorang sudah ditentukan oleh Allah. Orang-orang sukses ditentukan Allah akan terjadi kepada orang-orang yang berakhlak baik. Sebaik-baiknya akhlak adalah mereka yang memberi jalan kesejahteraan bagi kehidupan orang lain.

Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal-amal yang shaleh bagi mereka surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai; itulah keberuntungan yang besar. (Al Buruuj, 85:11) Akhlak baik adalah sebab dan sukses (keberuntungan besar) adalah akibatnya. Itulah logika Allah. Wallahu’alam.

No comments:

Post a Comment

MENGAPA GURU HARUS TERHORMAT

Oleh: Dr. Toto Suharya, S.Pd., M.Pd. Untuk menghormati guru, di Jepang tidak ada hari guru. Kisah ini dibagikan oleh Pak Susila dari Banten ...