OLEH: TOTO SUHARYA
(Kepala Sekolah, Sekretaris I DPP AKSI)
Sejak diberakukannya kurikulum
2013, kini rencana perubahan kurikulum mulai mengemuka. Kurang lebih kurikulum
2013 sudah berusia 7 tahun. Hal paling mendasar dari perubahan kurikulum adalah
perubahan zaman yang menuntut arah tujuan baru dalam pembangunan sumber daya
manusia.
Anthony Gidden (1998) seorang
sosiolog menawarkan sebuah konsep The Third Way untuk beradaftasi dengan
kondisi zaman saat ini. The Third Way menawarkan tujuh nilai yang harus
dimiliki oleh manusia-manusia abad ini; 1.equality
2. protection of the vulnerable 3. freedom as autonomy 4. no rights without
responsibilities 5. no authority without democracy 6. cosmopolitan pluralism 7.
philosophic conservatism. Nilai-nilai ini menjadi
ukuran sebuah prilaku manusia agar bisa beradaftasi dan terciptanya
kesejahteraan masyarakat dunia. Setiap individu saat ini tidak hidup dalam
suatu kelompok negara, tetapi sudah menjadi bagian dari masyarakat global.
Agama tidak lagi dipandang sebagai bagian dari kelompok-kelompok ekslusif melainkan agama yang rahmatanlilaamin. Agama yang membawa ajaran internasional yang memberi petunjuk dan melindungi seluruh umat manusia di muka bumi. Kehidupan bertetangga bukan lagi dalam kerangka sebuah negara, tetapi antar negara dan bangsa. Kerjasama ekonomi, sosial, budaya, dan komunikasi melampau batas-batas negara. Semua sudah mejadi warga satu planet bumi yang harus menjaga kelestarian bumi dan kesejahteraan penduduknya bersama-sama.
Nilai-nilai
konseravatif dalam ajaran agama dan kearifan lokal yang mengandung nilai
universal perlu dipertahankan. Agama tetap dibutuhkan keberadaanya sebagai
petunjuk hidup menuju kehidupan sejahtera seluruh manusia di dunia dan akhirat.
Prilaku-prilaku penguasa dan masyarakat yang membawa kerusakkan tatanan
kehidupan bernegara perlu dikontrol bersama-sama oleh penduduk bumi.
Dalam
melakukan perubahan tujuan politik negara, China pun melakukan perubahan dalam
kurikulum pembelajarannya. “isi buku-buku teks sejarah dunia dilakukan
perubahan, difokuskan pada sejarah pertumbuhan ekonomi, inovasi, perdagagan
luar negeri, stabilitas politik, hormat kepada keragaman budaya, dan harmoni
sosial. J.P Morgan, Bill Gate, Bursa Saham New York, satelit ruang angkasa AS,
dan kereta api cepat Jepang adalah gambar-gambar yang ditampilkan untuk
membangun cita-cita warga negara. Adapun perang-perang, dinasti-dinasti dan
revolusi-revolusi komunis dibuang dari buku teks, diganti dengan
petunjuk-petunjuk halaman berwarna tentang ekonomi, teknologi, adat-adat
kebiasaan, dan globalisasi. Sosialisme
telah dikurangi menjadi satu bab tunggal yang pendek dalam buku pelajaran
sejarah SMA. Komunis China sebelum adanya reformasi ekonomi tahun 1979 disapu
hanya dalam satu kalimat, dalam bab etiket. (Mahbubani, 2011, hlm. 23).
Apa
yang dilakukan China, bukan apa yang harus kita contoh tapi bagaimana upaya
mereka dalam merubah tatanan kehidupan politik masyarakat menyesuaikan diri dengan
arah pembangunan manusia itulah langkah yang harus kita pikirkan. Tujuan
pembangunan negara kita harus sesuai dengan perubahan dan tuntutan zaman.
Kurikulum pendidikan harus mengalami beberapa penyesuaian berdasar arah
pembangunan yang kita cita-citakan sesuai perkembangan zaman.
Sejarah
perjuangan bangsa yang terlalu banyak informasi perang perlawanan penjajahan
masa kolonial Belanda, porsinya harus dikurangi dan diganti dengan sejarah
peranan ekonomi Nusantara dalam percaturan politik dunia. Peserta didik harus
diberi kesadaran bahwa mereka berada di sebuah negara yang sejak dahulu menjadi
pusat sumber daya alam dunia hingga sekarang. Keberhasilan VOC membangun
perusahaan global beratus-ratus tahun meraih keuntungan besar dari Indonesia
harus jadi bahan pelajaran bahwa Indonesia sampai sekarang berpotensi besar
menjadi negara penyumbang kesejahteraan penduduk dunia dan harus dikelola
sendiri untuk mesejahterakan warga negara dan penduduk dunia.
Kurikulum
sejarah terlalu mengajarkan patriotisme gaya abad ke-20 yang harus mengusir
penjajah secara fisik dari tanah air. Subtansi kurikulum sejarah seperti itu, faktanya
sekarang hanya melahirkan warga negara sebagai satuan tugas penjaga keamaan (satpam).
India untuk menjaga kedaulatan negaranya sudah melibatkan 12.000 entrepreneur
dibidang teknologi informasi. China memanen 30.000 doktor dan menyambut
kepulangan 200.000 ahli-ahli yang terdiaspora di luar negeri. (Mahbubani, 2011,
hlm. 76). Orang-orang cerdas ini disediakan untuk menjaga kedaulatan bangsa di
abad ke-21.
No comments:
Post a Comment