OLEH: TOTO SUHARYA
Apa yang ada dalam pikiran anda ketika mendengar kata saham?
Awalnya mungkin berpikiran seperti saya, “saham adalah semacam permainan
seperti judi”. Pemikiran ini saya miliki mungkin 10 tahun yang lalu, ketika
tidak begitu mengenal apa itu saham, padahal diajarkan di sekolah pada mata
pelajaran ekonomi. Saya ingat, dulu guru ekonomi mengajak murid-murid studi
langsung ke Bursa Efek di Jakarta. Dulu, saya termasuk siswa yang tidak pernah
ikut kunjungan tersebut. Penyebabnya karena pengetahuan saya tentang saham
sangat minim dan akibatnya tidak sedikit pun menaruh perhatian pada saham. Pada saat itu dipikiran terlintas pula bahwa saham adalah mainan orang-orang berduit dan sangat tidak
cocok dengan orang yang hanya punya uang recehan.
Pernah terbersit ingin mengerti apa itu saham, dan apa arti
dari deretan angka-angka yang selalu bergerak dan berubah-ubah setiap saat.
Namun kesempatan untuk belajar saham tidak pernah terjadi karena sedikit sekali
orang yang mengerti. Saya membutuhkan orang yang bisa mengajarkan saham dengan
mudah dan bisa langsung dimengerti oleh akal sederhana.
Keinginan itu terjadi secara tidak sengaja. Pada bulan Maret 2020 serangan wabah virus Corona terjadi sangat cepat. Sekolah tiba-tiba dibubarkan, dan pembelajaran harus dilakukan melalui jarak jauh karena tidak boleh ada kerumunan. Penyakit virus Corona menyebar jika ada kerumunan. Guru-guru dan siswa harus bergantung pada internet dan teknologi informasi. Setiap hari guru dan siswa duduk di meja menggunakan smart phone atau laptop melakukan pembelajaran daring dari pagi sampai sore, bahkan sampai malam guru masih melayani siswa belajar.
Suatu hari saya melihat berita di media sosial, para karyawan
menangis masal karena perusahan tempat bekerja terpaksa melakukan PHK, akibat dari larangan pemerintah berbelanja guna menghindari kerumunan. Di satu sisi saya
menyaksikan orang bekerja dari rumah, tanpa ke mana-mana dengan penghasilan 32
juta per bulan. Ada Corona tidak ada Corona bagi orang ini tidak ada masalah,
karena mereka bekerja menggunakan teknologi informasi dari jarak jauh dan tetap tinggal di rumah.
Saya melihat ketika pandemi Corona terjadi, orang-orang yang
sudah kerja puluhan tahun sangat terpukul karena terancam tak berpenghasilan.
Tabungan kosong, investasi tidak punya. Lalu saya berpikir, apa yang harus
diajarkan di sekolah agar murid-murid dibekali kemampuan untuk mengelola aset
agar hidupnya bisa tetap sejahtera dan lebih sejahtera sekalipun situasi bencana. Hampir 70% lulusan SMA
tidak bisa melanjutkan kuliah karena masalah biaya. Lalu mereka terjun ke dunia
kerja, padahal mereka dipersiapkan untuk melanjutkan kuliah.
Lulusan SMA terjun ke dunia kerja hanya menghasilkan uang
cukup makan dan minum. Paling bagus bisa kredit motor dan nilai aset terus
berkurang seiring usia motor tersebut bertambah. Berpuluh-puluh tahun kerja
tidak pernah menambah sejahtera, karena tidak ada investasi
untuk masa depan. Dari situ saya berpikir untuk mencari tahu tentang saham.
Melalui media sosial, saya menelusuri tentang cara berinvestasi di saham.
Informasinya sangat banyak tersedia.
Saya menemukan penjelasan dari beberapa investor yang
menawarkan investasi saham dengan uang receh. Ternyata saham di era digital
sudah tidak seperti dulu. Saham kini sudah bisa diakses dari gadget dengan
aplikasi. Uang yang dibutuhkan untuk investasi pun hanya butuh puluhan ribu
saja. Saham yang tadinya hanya bisa dibeli kalangan berduit, kini bisa dimiliki
oleh rakyat dengan penghasilan kecil dan pas-pasan.
Saya mencari aplikasi dan mempelajari cara mengoperasikannya
di media sosial. Dua hari dua malam saya tekun mempelajari dan berhasil
mendaftar menjadi investor saham pada sebuah aplikasi tanpa harus mendatangi
kantor broker saham. Semua pendaftaran langsung dari rumah melalui gadget. Pertama
kali membeli saham dengan modal 500 ribu, membeli saham bank milik pemerintah
daerah Jawa Barat dan perusahaan telekomunikasi terbesar milik negara. Saya
merasakan sensasi bahagia, percaya diri, ketika sudah memiliki beberapa lot
saham dalam portofolio di aplikasi. Saya naikan investasi sampai lima
juta. Niat saya menabung, tetapi ketika melihat keuntungan jutaan saya mencoba
menjualnya kembali dan merasakaan sensasi untung jutaan dari saham.
Semangat untuk belajar dan nabung saham semakin tinggi, ketika
mendapat penjelasan dari kuliah master saham Indonesia, mengabarkan
bahwa saham adalah investasi aman. Saham adalah investasi jangka panjang yang
menjanjikan kapital berlipat dan penghasilan passive income. Beliau
sangat menyayangkan tidak banyak orang Indonesia yang tertarik investasi di saham.
Kata dia, “harta karun bukan ada di laut dan gunung, tetapi di bursa saham”,
Kekayaaan alam kita yang kaya tidak akan bisa dieksplorasi tanpa modal. Jadi
dengan mengajarkan investasi saham pada dasarnya kita sedang berusaha memberi
peluang kepada negara untuk mengolah harta karun yang kita miliki di laut dan
gunung. Jika penduduk Indonesia yang berjumlah 270 juta memilih nabung di
saham dapat dibayangkan puluhan ribu triliun dapat dikumpulkan untuk mengelola
harta karun kekayaan alam kita untuk kesejahteraan rakyat.
No comments:
Post a Comment