Friday, February 19, 2021

EMOSI DIKENDALIKAN OTAK

 OLEH: TOTO SUHARYA

Akibat dari keterbatasan pengetahuan, hampir semua orang beranggapan bahwa emosi seseorang dikendalikan oleh hati. Pemahaman hati dibedakan dengan otak, karena hati hampir semua orang berprasangka ada di wilayah rongga dada. Sehingga emosi selalu berkaitan dengan hati yang ada di dalam dada dan tidak berkaitan dengan otak.

Sebuah penelitian tentang otak sudah banyak diungkap bahwa aktivitas emosi seseorang dikendalikan oleh otak sistem limbik. Dalam otak sistem limbic terdiri dari dua bagian yaitu hippocampus dan amygdala. Berdasarkan hasil penelitian bagian amygdala inilah pusat emosi terletak di bagian paling dalam otak. (Semiawan, 2017, hlm. 43).

LeDoux melakukan penelitian panjang selama 100 tahun, tentang fungsi otak amygdala dengan menggunakan teknik mengendalikan emosi.  Dari hasil penelitian tersebut Amygdala memiliki peran penting dalam mengendalikan emosi baik negatif maupun positif. Amygdala tidak bekerja sendiri dalam mengedalikan emosi. Amygdala membutuhkan koginisi terutama dalam hal ingatan berkaitan dengan fungsi otak Cortex. Hubungan antara Amygdala dengan Cortek terjadi karena berperannya otak Hippocampus yang ada dalam sistem limbik.

Kesimpulannya, otak Amygdala yang bertugas mengendalikan emosi sangat beperan besar dalam mengambil keputusan demi keputusan. Dalam mengambil keputusan otak Amygdala tidak lepas dengan otak Cortex yang berisi berbagai macam pengetahuan yang diingat. Namun demikian peran Amygdala lebih dominan mengendalikan emosi dibanding peran Cortex sebagai penyaji pengetahuan dalam bentuk ingatan. (Semiawan, 2017, hlm. 44).

Jika dikaitkan dengan hati, maka Amygdala bisa jadi adalah bagian hati yang selalu memengaruhi prilaku kita setiap hari. Jika keterangan di dalam Al-Qur’an bahwa hati adalah segumpal daging yang ada di dalam dada, maka jantung bisa jadi adalah bagian hati yang merespon emosi dari Amygdala dengan getaran berupa ritme detak jantung. Emosi negatif akan mendorong ritme detak jantung tidak normal, dan emosi positif akan mendorong ritme jantung menjadi normal. Ritme jantung seseorang menjadi ukuran sehat dan tidaknya seseorang, dan pengendalinnya ada di otak Amygdala.

Pesoalan selanjutnya adalah bagaimana mengendalikan Amygdala agar selalu menghasilkan emosi positif dalam segala kondisi. Syarat yang harus dimiliki adalah otak Kortex harus selalu menghasilkan pengetahuan positif, ingatan harus selalu kepada pengetahuan positif.  Hippocampus yang berperan sebaga penghubung antara cortex dan Amygdala harus dilatih dengan kemampuan otak dalam kegiatan bernalar yaitu menghubung-hubungkan (mengelola) informasi berupa konsep, kejadian, menjadi sebuah kesimpulan yang positif dalam ingatan.

Sederhananya untuk menjaga emosi tetap positif, maka otak cortek harus senantiasa menyediakan stok pengetahuan yang positif. Jika stok pengetahuan positif di cortex tidak ada atau kekurangan, maka emosi akan menerima pengetahuan-pengetahuan negatif yang ada di otak cortek. Jika kondisi ini dibiarkan maka Amygdala akan selalu terisi dengan pengetahuan-pengetahuan negatif, dan akan berdampak pada ritme jantung yang tidak normal. Pengetahuan negatif yang sering dikonsumsi oleh Amygdala akan membawa bibit penyakit berupa virus-virus yang menyebabkan peredaran darah kotor dan menyebar bersemanyam dibagian-bagian tubuh yang lemah menjadi penyakit. Stok pengetauan positif sangat tergantung pada kemampuan Hippocampus dalam mengolah pengetahuan.

Sekarang bagaimana caranya agar otak cortex selalu menyediakan stok pengetahuan positif dalam jumlah banyak. Di sini pentingnya petunjuk berpikir, mengolah pengetahuan agar semuanya mejadi positif. Allah sebagai sumber pengetahuan menurunkan wahyu sebagai petunjuk berpikir kepada manusia. Allah mengukuhkan diri sebagai pemilik pengetahuan yang absolut positif. Allah mengajarkan cara bernalar sebab akibat (logika) yang selalu menghasilkan pengetahuan positif. Salah satu petunjuk-Nya adalah kesulitan, kegelisahan, kesedihan, bencana, adalah penyebab kebahagiaan jika manusia mau berpedoman pada pola pikir yang diajarkan Allah. Cara berpikir ini harus dilatihkan pada otak terutama pada otak Hippocampus. 

Berdasarkan informasi dari penelitian di atas, menjaga hati sangat erat kaitannya dengan menjaga pikiran. Emosi memiliki peran dalam setiap pengambilan keputusan. Emosi-emosi yang tenang yang akan menghasilkan keputusan baik. Orang-orang yang pikirannya dipandu  Allah, dia akan mampu menjaga hatinya tetap tenang karena emosinya terkendali sebagai tanda otaknya bekerja dengan baik. Wallahu’alam.

No comments:

Post a Comment

MENGAPA GURU HARUS TERHORMAT

Oleh: Dr. Toto Suharya, S.Pd., M.Pd. Untuk menghormati guru, di Jepang tidak ada hari guru. Kisah ini dibagikan oleh Pak Susila dari Banten ...