Friday, March 26, 2021

TIPS MENGAJARKAN KARAKTER

OLEH: TOTO SUHARYA
(Kepala Sekoah / Sekretaris DPP AKSI)

Kepribadian atau karakter adalah kompetensi yang harus diajarkan di sekolah. Untuk mengajarkannya pendidik harus memahami konsep dan implementasinya. Mengajarkan kepribadian tidak cukup dengan pengenalan konsep tetapi harus diimplementasikan dengan keteladanan. Namun demikian untuk implementasi pendidikan karakter atau kepribadian, pemahaman konsep tidak bisa diabaikan begitu saja.

Dalam dunia pendidikan mengajarkan karakter harus memenuhi tiga ranah yaitu kognitif, afektif dan psikomotor.  Kognitif berkaitan dengan pemahaman konsep, afektif berkaitan dengan motivasi, dan psikomotor berkaitan dengan implementasi.

Pendidikan karakter berkaitan dengan kecerdasan interpersonal. Kecerdasan interpersonal adalah kemampuan seorang individu untuk mengendalikan emosi ketika menyikapi segala kejadian yang ada di luar dirinya. Kecerdasan interpersonal adalah kemampuan individu untuk merespon segala bentuk kejadian dengan sikap yang baik. Dalam ajaran agama, kecerdasan interpersonal berkaitan dengan pengajaran akhlak.

Dalam bahasa sederhana kecerdasan interpersonal berkaitan dengan kemampuan olah pikir untuk membentuk pola pikir positif sebagai dasar untuk membentuk sikap atau respon positif sebagai reaksi terhadap berbagai kejadian. Untuk itu kecerdasan interpersonal sangat berkaitan erat dengan kemampuan bernalar. Kepribadian atau karakter yang baik sangat ditentukan oleh kebiasaan berpikir. Kebiasaan berpikir dikenal dengan mindset.

Untuk membentuk kebiasaan berpikir (mindset) yang baik, unsur pertama yang harus dipahami adalah menjadikan semua sebab kebaikan dan keburukan selalu bersumber dari dalam diri bukan dari luar. Patokan ini bisa kita turunkan dasar pola pikirnya dari Al-Qur’an.

“Barang siapa mengerjakan perbuatan jahat, maka dia tidak akan dibalas melainkan sebanding dengan kejahatan itu. Dan barang siapa mengerjakan amal yang shaleh baik laki-laki maupun perempuan sedang ia dalam keadaan beriman, maka mereka akan masuk surga, mereka diberi rezeki di dalamnya tanpa hisab.” (Al Mukminun, 40:40).

Ayat ini menjelaskan apa yang disebut dengan law of attraction. Hukum ini menjadi dasar berpikir untuk membentuk kepribadian atau karakter. Manusia-manusia berkepribadian baik selalu fokus pada kebaikan yang harus dilakukan oleh dirinya sendiri bukan fokus pada kebaikan yang harus dilakukan orang lain. Bagi orang berkepribadian baik, berbuat baik seperti membangun kesejahteraan hidup untuk dirinya sendiri. Sebaliknya bersikap buruk seperti membangun jurang kesengsaraan untuk dirinya sendiri. Orang-orang yang berpikir seperti ini cenderung bisa mengendaikan emosinya. Jika ini terbangun menjadi pola pikir atau mindset dan diimplementasikan maka prilaku seseorang akan terlihat berkarakter atau berakhlak baik.

Untuk itu mengajarkan kepribadian berkaitan dengan mengajarkan cara berpikir sesuai dengan panduan yang benar. Kebenaran itu milik Tuhan, maka panduan berpikir harus kita kembangkan dari kitab suci yaitu Al-Qur’an. Sebagaimana dijelaskan bahwa Al-Qur’an adalah kitab pedoman, antara lain pedoman berpikir untuk membentuk kepribadian atau karakter (akhlak mulia).

Jadi pembentukan kepribadian sangat berkaitan erat dengan kebiasaan berpikir. Segala sesuatu yang kita pikirkan akan cenderung mengundang sesuatu sesuai dengan yang kita pikirkan. Orang-orang yang meyakini cara berpikir seperti ini sebagai pedoman berpikir dari Tuhan, sikap atau emosinya akan cenderung termotivasi untuk melakukan sebagai bagian dari ibadah kepada Tuhan. Ilmu berpikir positif sesungguhnya adalah pelajaran agama yang harus diajarkan sesering mungkin melalui berbagai kasus atau kejadian. Selanjutnya setiap orang harus diajak untuk membuktikan agar kebaikan-kebaikan yang dihasilkan dari perbuatan baiknya dapat dirasakan atau terbukti dalam hidup keseharian. Pembuktian ini dapat menjadi energi bagi seseorang untuk kembali melakukan kebaikan dan pada akhirnya akan menjadi prilaku permanen menjadi keyakinan dan berwujud dalam bentuk prilaku sehari-hari atau  karakter. Walahu’alam. 

No comments:

Post a Comment

MENGAPA GURU HARUS TERHORMAT

Oleh: Dr. Toto Suharya, S.Pd., M.Pd. Untuk menghormati guru, di Jepang tidak ada hari guru. Kisah ini dibagikan oleh Pak Susila dari Banten ...