OLEH: TOTO SUHARYA
(Kepala Sekoah / Sekretaris DPP AKSI)
Kepribadian atau karakter adalah
kompetensi yang harus diajarkan di sekolah. Untuk mengajarkannya pendidik harus
memahami konsep dan implementasinya. Mengajarkan kepribadian tidak cukup dengan
pengenalan konsep tetapi harus diimplementasikan dengan keteladanan. Namun
demikian untuk implementasi pendidikan karakter atau kepribadian, pemahaman
konsep tidak bisa diabaikan begitu saja.
Dalam dunia pendidikan mengajarkan
karakter harus memenuhi tiga ranah yaitu kognitif, afektif dan psikomotor. Kognitif berkaitan dengan pemahaman konsep,
afektif berkaitan dengan motivasi, dan psikomotor berkaitan dengan implementasi.
Pendidikan karakter berkaitan
dengan kecerdasan interpersonal. Kecerdasan interpersonal adalah kemampuan
seorang individu untuk mengendalikan emosi ketika menyikapi segala kejadian
yang ada di luar dirinya. Kecerdasan interpersonal adalah kemampuan individu
untuk merespon segala bentuk kejadian dengan sikap yang baik. Dalam ajaran
agama, kecerdasan interpersonal berkaitan dengan pengajaran akhlak.
Dalam bahasa sederhana kecerdasan interpersonal berkaitan dengan kemampuan olah pikir untuk membentuk pola pikir positif sebagai dasar untuk membentuk sikap atau respon positif sebagai reaksi terhadap berbagai kejadian. Untuk itu kecerdasan interpersonal sangat berkaitan erat dengan kemampuan bernalar. Kepribadian atau karakter yang baik sangat ditentukan oleh kebiasaan berpikir. Kebiasaan berpikir dikenal dengan mindset.
Untuk membentuk kebiasaan berpikir
(mindset) yang baik, unsur pertama yang harus dipahami adalah menjadikan semua sebab
kebaikan dan keburukan selalu bersumber dari dalam diri bukan dari luar.
Patokan ini bisa kita turunkan dasar pola pikirnya dari Al-Qur’an.
“Barang siapa mengerjakan perbuatan
jahat, maka dia tidak akan dibalas melainkan sebanding dengan kejahatan itu.
Dan barang siapa mengerjakan amal yang shaleh baik laki-laki maupun perempuan
sedang ia dalam keadaan beriman, maka mereka akan masuk surga, mereka diberi
rezeki di dalamnya tanpa hisab.” (Al Mukminun, 40:40).
Ayat ini menjelaskan apa yang
disebut dengan law of attraction. Hukum ini menjadi dasar berpikir untuk
membentuk kepribadian atau karakter. Manusia-manusia berkepribadian baik selalu
fokus pada kebaikan yang harus dilakukan oleh dirinya sendiri bukan fokus pada
kebaikan yang harus dilakukan orang lain. Bagi orang berkepribadian baik, berbuat
baik seperti membangun kesejahteraan hidup untuk dirinya sendiri. Sebaliknya bersikap
buruk seperti membangun jurang kesengsaraan untuk dirinya sendiri. Orang-orang
yang berpikir seperti ini cenderung bisa mengendaikan emosinya. Jika ini
terbangun menjadi pola pikir atau mindset dan diimplementasikan maka prilaku
seseorang akan terlihat berkarakter atau berakhlak baik.
Untuk itu mengajarkan
kepribadian berkaitan dengan mengajarkan cara berpikir sesuai dengan panduan
yang benar. Kebenaran itu milik Tuhan, maka panduan berpikir harus kita
kembangkan dari kitab suci yaitu Al-Qur’an. Sebagaimana dijelaskan bahwa Al-Qur’an
adalah kitab pedoman, antara lain pedoman berpikir untuk membentuk kepribadian
atau karakter (akhlak mulia).
No comments:
Post a Comment