OLEH: TOTO SUHARYA
(Kepala Sekolah / Sekretaris DPP AKSI).
Selebrasi kegagalan
ketika tidak lolos seleksi kepala sekolah penggerak yang saya lakukan bukan
pekerjaan iseng atau baper. Selebrasi ini saya lakukan dengan sadar, mengandung
filosofi, pendidikan, dan paradigma berpikir di abad ke-21. Seperti kata
Ary Ginanjar, kita sering bertanya what bukan why. Bertanya
dengan why berarti ada penghargaan dan rasa ingin tahu tentang tujuan
dari sebuah tindakan. Sedangkan bertanya what lebih cenderung pada apa
yang dihasilkan dan transaksional. Orang-orang yang selalu bertanya what,
mungkin tidak akan mengerti mengapa kegagalan dirayakan.
Ada hal menarik dari Ary
Ginanjar Agustian, pada tahun 1990 Samuel Pierpont Langley diberi anggaran
besar oleh pemerintah Amerika untuk menemukan teknologi pesawat terbang. Namun
akhirnya teknologi pesawat ditemukan oleh The Wright Brother. Pertanyaannya
mengapa Langgley gagal dan Wright berhasil? Langley mendapat anggaran, surat
tugas, dan tujuannya melaksanakan tugas. Sedangkan Wright tidak pakai anggaran dan surat tugas, tujuannya bukan melaksanakan tugas tetapi ingin mengubah
dunia.
Selanjutnya Ari Ginajar Agustian (2021) menyampaikan sebuah cara untuk melakukan transformasi, selama ini kita lebih banyak menyelesaikan masalah di kuadran kiri terkait dengan stuktur, strategi, dan sistem, sementara permasalahan akut yang terjadi di masyarakat terkait dengan behaviors, values, dan beliefs.
Selebrasi kegagalan yang saya lakukan adalah dalam rangka mengajarkan dan menyelesaikan masalah behavior, values, dan beliefs bangsa. Dengan belajar dari kegagalan, para pendidik harus sadar bahwa kepala sekolah penggerak sejati tidak perlu sokongan anggaran atau surat tugas. Tujuan bergerak penggerak sejati bukan melaksanakan tugas, tetapi mengubah dunia pendidikan menjadi tempat belajar dan upaya mengubah pola pikir bangsa.
Secara filosofis Bill Gate
mengatakan, “kemerdekaan adalah ketika kita merdeka melakukan kegagalan”. Kutipan
ini mengandung kata-kata filosofis yang harus ditanyakan jika tidak mengerti. Bangsa
merdeka adalah bangsa yang ketika melihat kegagalan tidak mencemooh, mencela,
menghina, dan merendahkan. Di bangsa merdeka, gagal dianggap biasa, dan
mengundang banyak simpati dan support, sehingga mengundang banyak orang lagi untuk
berani gagal. Semakin banyak orang berani gagal maka semakin banyak orang
cerdas karena orang dengan banyak gagal dialah orang yang banyak belajar. Untuk itu selayaknya kegagalan mendapat
selebrasi dari semua pihak sebagai pendorong untuk tetap bergerak sekalipun
tanpa imbalan, anggaran, atau surat tugas.
Kerennn
ReplyDeletethank you.....
ReplyDelete