OLEH: TOTO SUHARYA
(Sekretaris DPP AKSI)
Berulang-ulang pernyataan Mas
Mentri bahwa sekolah penggerak bukan sekolah unggulan. Pernyataan ini mengemuka
dari mulut Mas Mentri jangan sampai keberadaan sekolah penggerak menjadi
pembeda bagi sekolah-sekolah lain yang tidak terlibat dalam proyek sekolah
penggerak. Saat ini, telah berkembang sebuah pemahaman dan terkondisikan bahwa
sekolah-sekolah yang tergabung dalam sekolah penggerak sebagai sekolah
unggulan, ekslusif, dan berbeda dengan sekolah-sekolah non penggerak.
Pernyataan sikap Mas Menteri adalah sebuah kekhawatiran bahwa kastanitasi
sekolah akan terulang kembali dengan adanya program sekolah penggerak.
Kekahwaatiran lainnya adalah munculnya sentimen negatif dari sekolah-sekolah
yang tidak tergabung dalam program sekolah penggerak yang merasa tidak
diperhatikan.
Persepsi penulis, Program Sekolah
Penggerak adalah upaya pemerintah untuk mendorong semua sekolah untuk melakukan
perubahan. Namun demikian sekolah penggerak dapat dikatakan sebagai sekolah uji
coba penerapan kurikulum baru. Perbedaannya hanya di proses penentuan sekolah
tidak dilakukan melalui ajuan atau penunjukkan, tetapi kali ini melalui seleksi
kesiapan sekolah dalam menerima perubahan. Seleksi bukan untuk menjaring
peserta program, tetapi dapat menjadi konisioning agar sekolah yang dijadikan
proyek secara psikologis merasa siap untuk menerima perubahan karena sudah
berdasarkan hasil seleksi.
Tepatnya memang Program Sekolah
Penggerak adalah uji coba penerapan ide-ide perubahan minset, kurikulum, yang
dilakukan oleh kementerian. Dalam uji cob aini butuh kepala sekolah, guru-guru,
yang mentalnya sudah terkondisikan siap berubah. Melalui cara seleksi
rekruitmen sekolah-sekolah yang akan di uji coba harus terkondisikan kesiapan
mentalnya. Tantangan terberat dari dunia pendidikan adalah menyiapkan para
pendidik yang selalu siap menghadapi perubahan dan memiliki kemampuan beradaftasi
tinggi dengan kondisi zaman.
Di luar sekolah-sekolah penggerak, hendaknya tidak menunggu komando untuk melakukan perubahan. Seluruh sekolah harus menggerakkan seluruh warganya untuk merespon dan beradaftasi dengan perubahan zaman. Gerakan perubahan tersebut dimulai dari menentukan hal-hal substansial yang harus segera dilakukan perubahan dalam layanan pendidikan. Hal-hal substansial tersebut ada dalam tujuan pendidikan yang hendak menciptakan generasi Pelajar Pancasila dengan nilai-nilai dasar yang sudah di sosialisasikan yaitu peajar yang Berketuhanan Yang Maha Esa, berkebhinekaan global, mandiri, cerdas, kreatif, dan mampu berkolaborasi untuk menghadapi tantangan zaman.
Untuk mewujudkan tujuan
pendidikan tersebut semua sekolah tanpa komando harus berupaya menciptakan lingkungan
pendidikan yang inklusif dan menyenangkan. Layanan pendidikan harus berpusat
pada kebutuhan, bakat, dan minat, peserta didik. Tidak ada lagi perangkingan, dan
tidak ada jurusan-jurusan yang akan melahirkan kastanisasi kecerdasan peserta
didik. Semua perserta didik harus dipandang sebagai manusia cerdas yang harus
dibantu untuk menemukan jati dirinya dengan menemukan dan medorong untuk tumbuh
sesuai dengan kecerdasan khas yang dimilikinya.
Melalui program literasi, wawasan
peserta didik dalam memandang dunia harus dibuka seluas-luasnya dengan
menyajikan konten-konten materi bahan ajar yang sudah terseleksi kevalidan dan
keshaihan, serta berhubungan dengan kontek lingkungan di mana para peserta
didik tinggal. Peserta didik dari lingkungan petani, materi-materi bahan ajar
hendaknya memperkenalkan pengetahuan, teknologi, yang berkaitan dengan
inovasi-inovasi dalam bidang pertanian. Peserta didik di lingkungan nelayan,
hendkanya disajikan pengetahuan tentang inovasi-inovasi dalam bidang kelautan.
Bahan-bahanajar yang disajikan bukan sekedar pengetahuan umum tapi disajikan
dari hasil riset-riset para ahli yang bisa diakses dari berbagai jurnal nasional
maupun internasional yang terakreditasi.
Untuk menyajikan pengetahuan dan
inovasi hasil riset ilmiah kepada peserta didik, dibutuhkan guru-guru yang
memahami latar belakang kemampuan para peserta didik dalam menyerap ilmu
pengetahuan yang hendak disajikan. Pemahaman tentang struktur kerja otak untuk
meningkatkan kemampuan bernalar, pemanfaatan media pembelajaran, dan
model-model pembelajaran harus dipahami dengan cermat agar pembelajaran dapat
membantu para peserta didik menjadi manusia-manusia literat.
Pendidikan karakter yang tidak boleh
tidak dan harus dikembangkan oleh seluruh sekolah adalah membudayakan membaca
sebagai bahan dasar untuk melahirkan peserta didik cerdas dan kreatif. Berbagai
ide sebagai upaya membudayakan budaya baca, bisa dikemas dalam berbagai program
seperti readding cahallange, membaca miminal 25 buku per tahun, bedah buku,
jurnal, membiasakan mengemuakan pendapat
dalam bentuk esay dalam setiap pembelajaran, dan membuat proyek-proyek
peneitian kolaboratif yang direncakan dalam kurikulum minimal satu tahun satu
kali di setiap tingkatan peserta didik.
Guru-guru dalam setiap pembelajaran harus merasa bertanggung jawab untuk menyampaikan ide-ide baru yang berhasil ditemukan dari sebuah buku atau jurnal untuk memberi contoh bahwa membaca harus dilakukan oleh para peserta didik untuk bisa menemukan ide-ide baru dalam melakukan perubahan. Mengkulturkan budaya pada peserta didik, harus dimulai dari kultur membaca dari para pendidik. Para pendidik harus memiliki kesadaran tinggi bahwa budaya membaca adalah pondasinya pendidikan, dengan demikian untuk meningkatkan kualita layanan pendidikan, setiap guru sudah harus punya naluri yang sama yaitu biasa membaca tanpa harus ada komando. Naluri membaca harus terus difasilitasi seperti memberi makan ketika perut lapar.
Otak seperti perut yang tidak boleh dibiarkan lapar dan tidak boleh diisi dengan sembarangan makanan. Otak para pendidikan dan peserta didik harus selalu terisi dengan pengetahuan-pengetahuan bergizi agar kecerdasannya tumbuh dengan sempurna. Mari bergerak tanpa harus menunggu komando, label, dan surat keputusan. Bergerak adalah naluri manusia, maka barang siapa mau hidup sejahtera dunia dan akhirat, bergeraklah. Allah akan memberi kesejahteraan terbaik kepada yang bergerak. Wallahu’alam.
No comments:
Post a Comment