OLEH : TOTO SUHARYA
(Kepala Sekolah, Sekretaris DPP AKSI)
Kurang lebih 15-20 persen
anak-anak akan mengalami learning lost. Guru-guru pun sudah merasa lelah
melayani. Dari hasil supervisi pembelajaran di suatu sekolah jenjang
menengah, kehadiran siswa dalam pembelajaran maksimal hanya mencapai 85 persen.
Bekerjasama dengan wali kelas, guru mata pelajaran dan orang tua, kehadiran
siswa masih stagnan. Komunikasi via wa dan kunjungan ke rumah telah dilakukan
namun aktivitas belajar anak-anak sangat sulit dikontrol.
Budaya belajar jarak jauh
via daring atau luring, belum membiasa. Hampir dua tahun pandemi ini, anak-anak
masih ada yang belum bisa beradaftasi. Budaya belajar di negara kita masih
sangat terikat dengan kegiatan tatap muka. Pembelajaran jarak jauh yang
terpaksa harus dilakukan karena pandemi, belum bisa disadari sebagai suatu
keharusan oleh sebagian anak-anak bahwa pembelajaran harus dilakukan dengan
cara jarak jauh, dilakukan dengan sikap tanggung jawab dan mandiri. Sebagian
anak-anak kita masih sangat mengandalkan pembelajaran tatap muka.
Kendala yang dihadapi
anak-anak selain kurang motivasi, didasari pula oleh keterbatasan kemampuan
pengoperasian teknologi informasi, kepemilikan perangkat teknologi informasi, ketersediaan
kuota dan akses internet. Dari 15-20 persen anak-anak masih terkendala masalah
ini. Keterbatasan ini menjadi sebab kurangnya motivasi belajar anak-anak
melalui layanan daring. Layanan luring melalui modul dan penugasan, tidak
dikerjakan secara maksimal karena sebagian anak-anak juga kurang aktif
berkomunikasi dengan guru.
Komunikasi dengan orang tua melalui media informasi dirasa kurang efektif, karena beberapa orang tua kurang aktif merespon setiap informasi-informasi yang disampaikan guru di grup media sosial. Latar belakang pendidikan dan ekonomi keluarga menjadi salah satu faktor penghambat, keterlibatan orang tua dalam menjaga anak-anaknya agar tetap belajar melalui layanan jarak jauh tidak efektif. Orang tua siswa sama-sama mengalami kesulitan mengendalikan kegiatan belajar anak-anaknya di rumah.
Semakin lama layanan
pembelajaran jarak jauh secara daring dan luring, semakin kurang kondusif
akibat belum bisa menghadapi situasi darurat pandemi saat ini. Beberapa
masukkan dalam rapat orang tua siswa, mereka sudah merasa kewalahan dan
khawatir anak-anaknya tidak bisa belajar dengan efektif melalui jarak jauh.
Mereka sudah berharap kembali ada pembelajaran tatap muka agar bisa menjamin
anaknya belajar dengan efektif dibimbing oleh guru-gurunya.
Tatap muka dengan situasi
masih pandemi tentu sangat berisiko, bagi kesehatan guru dan anak-anak.
Percepatan vaksin untuk anak-anak tentu menjadi hal yang urgen untuk dilakukan.
Sekalipun vaksin tidak menjamin orang bebas dari tertular virus covid-19, tapi
setidaknya vaksin dapat mengurangi risiko bahaya virus covid-19, dan juga bisa
memberi sedikit imun dengan kepercayaan diri bahwa vaksin dapat membantu menjaga kekebalan
tubuh terhadap virus covid-19.
Selanjutnya, jika seluruh
elemen masyarakat menganggap penting untuk menjaga hak pendidikan anak-anak, semua harus berani menanggung risiko bersama jika pembelajaran tatap muka dilakukan.
Seluruh elemen masyarakat harus menyadari pentingnya pola hidup sehat agar
imunitas tubuh dapat terpelihara. Kemudian, segala risiko yang mungkin terjadi
ketika tatap muka dilaksanakan harus disadari menjadi tanggung jawab bersama
untuk menghadapinya. Akibat-akibat terburuk ketika dilakukan tatap muka harus
dihadapi bersama tanpa ada usaha saling manyalahkan antar pihak. Pandemi ini
sudah menjadi masalah bersama yang harus kita hadapi bahu membahu. Segala upaya
yang dilakukan pemerintah harus diapresiasi sebagai usaha untuk memperbaiki
keadaan agar cepat kembali pulih.
Seluruh elemen masyarakat
harus memberi dukungan penuh kepada pemerintah untuk membuka layanan pendidikan
melalui tatap muka, dengan kesiapan bersama untuk menanggung dan mengantisifasi
segala kemungkinan yang terjadi. Kita semua harus menjadi pelaku bukan hanya
pengamat dunia pendidikan. Segala kejadian yang mungkin terjadi pada saat tatap
muka, bukan hanya untuk diperbicangkan tetapi untuk bahu-membahu
menyelesaikannya. Dengan komitmen bersama dan kolaborasi seluruh elemen
masyarakat, sekolah akan punya kekuatan moril dan kesiapan untuk melakukan
pembelajaran tatap muka.
Beragamnya kualitas fasilitas
sarana kesehatan di lingkungan sekolah adalah tugas bersama untuk
menyediakannya dan yang lebih penting adalah kesiapan budaya hidup sehat, dan
melakasanakan protokol kesehatan yang harus terus ditingkatkan kesadarannya. Sekalipun
sarana prasasaran kesehatan di sekolah terbatas, dengan kesadaran budaya hidup
sehat dan melakukan protokoler kesehatan di masa pandemi, kiranya pembelajaran
tatap muka dengan mengucap bismilah mudah-mudhaan bisa dilakukan.
Kita niatkan bersama,
memohon kepada Tuhan YME bahwa upaya pembelajaran tatap muka adalah upaya
melaksanakan perintah Allah, yaitu mewujudkan generasi-generasi tangguh di masa
yang akan datang. Semoga Allah melahirkan generasi-generasi kreatif, dan
tangguh, dengan belajar dari situasi pandemi ini. Wallahu’alam.
No comments:
Post a Comment