OLEH: TOTO SUHARYA
Pesan moral yang tinggi ini saya
dapatkan setelah ribuan kali membaca surat Yasin dari dulu hingga sekarang. Menyimak makna yang
terkandung di dalamnya, saya dapati dengan menghubungkan konsep-konsep Al-Qur’an dan hadist yang pernah singgah dalam memori saya. Konsep-konsep tersebut saya sintesakan dan hasilnya ada makna yang saya temukan. Berikut isi surat Yasin dari ayat 1-6:
“Yaa Siin. Demi Al Qur'an yang
penuh hikmah, sesungguhnya kamu salah seorang dari para utusan, (yang berada)
di atas jalan yang lurus, (sebagai wahyu) yang diturunkan oleh Yang Maha
Perkasa lagi Maha Penyayang. agar kamu memberi peringatan kepada kaum yang
bapak-bapak mereka belum pernah diberi peringatan, karena itu mereka lalai”.
(Yaasin, 36:1-6).
Inspirasi saya dapatkan dari
surat Yasin, “sesungguhnya kamu salah seorang dari para utusan”.
Makna khusus dari ayat ini adalah menjelaskan tentang kehadiran para utusan,
para penyampai kebenaran, salah satunya yaitu Nabi Muhammad SAW. Para utusan
adalah membawa pesan-pesan Al-Qur’an. Selanjutnya para utusan adalah contoh
teladan yang harus kita teladani. Untuk meneladani para utusan, pegangannya ada dalam Al-Qur’an dan Hadist. Selesai sampai di situ pemahaman saya.
Namun jika saya baca ulang, “sesungguhnya kamu salah seorang dari para utusan”, ayat ini seperti sedang berkomunikasi dengan siapa saja yang sedang membacanya. Memang benar, ayat ini sedang mengatakan bahwa yang diajak bicara adalah “kamu” orang yang sedang membaca. Saya menduga, ayat ini bisa bermakna khusus dan bisa bermakna luas. Makna khusus menjelaskan kisah para rasul utusan Allah, dan makna luas mengandung pesan moral bahwa kita harus menjadi penerus misi ajaran para rasul. Bisa jadi juga, ayat ini berpesan kepada orang-orang yang beriman kepada Tuhan, mereka diberi tanggung jawab moral untuk menjadi pewaris ajaran para rasul. Dari mulai para sahabat, ulama, wali, kiyai, ustad, guru, dosen, para pemimpin, kepala keluarga, ibu rumah tangga, orang dewasa, remaja, sampai anak-anak, dirangkum dalam pesan ini. Jadi dalam pundak seorang muslim (berserah diri pada Tuhan), kita semua diberi pesan moral untuk meneruskan misi, untuk mengimplementasikan ajaran-ajaran dari para rasul secara berkesinambungan.
Saya, sebagai orang yang berprofesi
sebagai pendidik, menduga bisa jadi pesan ayat “sesungguhnya
kamu salah seorang dari para utusan”, mengandung pesan moral tinggi untuk
para pendidik. Para pendidik idealnya adalah manusia-manusia berkualitas
tinggi, yang akan mengajari generasi-generasi penerus menjadi manusia-manusia
berkualitas. Sangat dimengerti bahwa manusia-manusia yang akan mendidik manusia, haruslah manusia yang berkualitas tinggi pula. Jika
demikian, betapa tingginya standar dari Tuhan bagi orang-orang yang layak menjadi
pendidik. Masya Allah, astagfirullah.
Kecuriagaan saya semakin kuat,
surat Yasin membawa pesan buat para pendidik yang bermoral tinggi, “agar
kamu memberi peringatan kepada kaum yang bapak-bapak mereka belum pernah diberi
peringatan, karena itu mereka lalai” (Yasin, 36:6). Tugas para pendidik memang
menyampaikan peringatan-peringatan, nasehat-nasehat, tentang keimanan kepada Tuhan Yang Maha Esa dalam kondisi sempit maupun lapang. Sekalipun bumi ini
menjanjikan berbagai kenikmatan dan kebahagiaan, kekuasaan dan kekayaan, namun
jangan sampai manusia melupakan keyakinannya kepada Tuhan. Intinya apa pun
latar belakang profesi pendidik, mereka harus mengemban misi-misi spiritual.
Selanjutnya kualitas moral tinggi
seorang pendidik dijelaskan di dalam surah Yasin, “ikutilah orang yang tiada
minta balasan kepadamu; dan mereka adalah orang-orang yang mendapat petunjuk”.
(Yasin, 36:21). Kualitas moral tinggi dari seorang pendidik, dia konsisten berada di jalan lurus untuk tidak meminta bayaran dari pekerjaannya sebagai
pendidik. Pekerjaan pendidik tidak terikat dengan upah. Semua pekerjaan
dikerjakan karena berharap balasan rezeki dari Allah yang datang tidak disangka-sangka dan
abadi. Suatu pekerjaan ada uang atau tidak ada uangnya, semuanya dikerjakan
dengan sempurna. Adapun sumber kesejahteraan hidupnya diserahkan pada sekehendak Allah yang maha kaya dan melimpah rezekinya. Selama para pendidik bekerja dengan
ikhlas dan mengerjakan semua pekerjaan dengan sempurna, maka kesejahteraan
hidupnya ada dalam tanggungan Allah. Pendidik-pendidik yang bekerja ikhlas dan sempurna karena Allah, sangat tidak mungkin hidupnya miskin.
No comments:
Post a Comment