OLEH: TOTO SUHARYA
Dalam salah satu nilai
profil Pelajar Pancasila dijelaskan bahwa peserta didik karakternya harus
dibentuk sebagai manusia berkebinekaan global. Artinya bukan berarti anak-anak
melupakan dirinya sebagai anak nusantara, anak-anak harus tetap memiliki
karakter berkebinekaan bersumber pada ruang lingkup terdekatnya sebagai bangsa.
Karakter berkebinekaan global bukan berarti kita harus fokus menghormati
perbedaan suku bangsa di luar sana, tetapi pembangunan karkater itu harus tetap
berfokus pada bagaiman car akita hidup sehari-hari yang memang sudah beraneka
ragam.
Di sekolah bisa kita
kembangkan program Tukar anak Nusantara. Program ini bisa jadi proyek
pembelajaran secara kolaboratif antar mata pelajaran. Perencanaan disusun
secara koaboratif untuk menentukan kompetensi yang ingin di capai, tujuan
pembelajaran, dan produk yang dihasilkan. Dalam pembelajaran proyek Tukar Anak
Nusantar, ada beberapa capaian pembelajaran yang bisa dikembangkan pada program
ini, antara lain capaian hasil pengetahuan, sikap dan prilaku hidup sebagai
masyarakat yang hidup dalam kebinekaan.
Kemudian capaian pembelajaran dalam bentuk produk pembelajaran, dapat diarahkan pada peningkatkan kemampuan literasi dengan membuat buku tentang kehidupan masyarakat yang ditempatinya, bisa buku bertema budaya, agama, sosial, keluarga, dan sebagainya. Buku ini bisa dibuat perkelompok atau per individu. Buku diterbitkan oleh penerbit dan ber ISBN. Untuk itu pertukaran anak nusantara dapat dikemas dalam bentuk tema-tema, agar anak selama mengikuti pertukaran pelajar dapat menggali informasi sesuai tema yang mereka tentukan.
Untuk menjamin keamanan
dan proses pembimbingan selama pertukaran, anak-anak harus didampingi guru
pendamping, yang juga melakukan pertukaran guru. Namun jika dalam program tukar
anak nusantara ingin mencapai kemandirian anak, guru pembimbing diberikan
kepada guru di tempat pertukaran. Guru pembimbing hanya bertugas sebagai
pemantau kegiatan, dan fasilitator jika dibutuhkan.
Selama anak-anak
mengikuti program tukar anak nusantara, aktivitasnya lebih banyak berkomunikasi
anak-anak teman sebanyanya. Mereka tinggal bersama teman sebanyanya, bermain,
belajar, dan bertukar informasi tentang budaya, agama, tradisi, dan berbagai
hal tentang kehidupan masyarakat yang ditempati. Program ini bisa berjalan satu
samapai tiga bulan untuk memberikan ruang agar anak-anak betul-betul merasakan
manis pahitnya kehidupan di tempat anak-anak nusantara berada.
Dalam kontek merdeka
belajar, penentuan peserta program, tempat yang akan dituju, kompentensi,
capaian dan produk pembelajaran yang akan dihasikan hasil lebih banyak
melibatkan anak-anak. Tidak akan semua anak bersedia mengikuti program ini,
tetapi pasti ada anak-anak pemberani dan antusias mengikuti program ini. Kreasi
program ini bagi anak-anak tertentu dapat menjadi program yang menghindarkan
anak-anak dari kejenuhan dan keputusasaan belajar karena terlalu dibatasi oleh
ruang kelas dan lingkungan sekolah yang terbatas.
Pembianyaan program dapat
dilakukan dengan kolaborasi antar sekolah, dan keluarga. Untuk beban transport,
makan minum, bisa dibebankan kepada dana BOS sesuai kemampuan. Selanjutnya
untuk meringankan beban anggaran bisa dilakukan kerjasama antar sekolah dengan
orang tua siswa. Perjanjian kerjasama dapat dilakukan dengan saling pinjam
rumah, kamar, fasilitas, dengan anak peserta program. Sekolah dan orang tua
bisa saling jamin, anak peserta program dari daerah lain dijamin oleh sekolah
yang dikunjungi demikian juga sebaliknya. Dengan kolaborasi program ini sangat
mungkin dilakukan oleh seluruh sekolah di Indonesia.
Program ini dapat menjadi
jembatan jalinan persaudaraan anak-anak se nusantara. Program ini dapat membawa
anak-anak pada suasana Indonesia yang sesungguhnya sebagai anak nusantara yang
hidup di lautan ke anekaragaman, dan kelak menjadi manusia berkebinekaan
global. Ikatan kebangsaan Indonesia akan terus terjalin dan semakin kuat dari
masa ke masa.
No comments:
Post a Comment