Monday, February 7, 2022

MENGAPA DHUHA 12 RAKAAT?

OLEH: TOTO SUHARYA

Psikologi Well Being adalah sebuah aktivitas individu dalam merasakan kehidupan sehari-hari dengan melakukan refleksi diri terhadap kualitas dan pengalaman hidupnya Jika hasil evaluasi dirinya membuat dirinya menyerah maka psikologi wellbeing-nya rendah, sebaiknya jika hasil refleksi dirinya membuat dirinya menjadi giat berusaha maka psikologi wellbeing-nya tinggi Fitriani, (2016). Salah satu faktor yang dapat memengaruhi tingkat wellbeing seseorang adalah intensitas menjalankan ibadah ritual. Semakin tinggi intensitas ritual ibadah seseorang semakin baik hubungan sosial, solidaritas rasa kekeluargaannya (Fitriani, 2016).

Program pendidikan ritual dhuha 12 rakaat bersumber pada keterangan hadist. “Barang siapa shalat dhuha 12 rakaat, Allah akan membuatkan untuknya istana di surga” (HR. Tirmiji dan Ibnu Majah).  Program shalat dhuha 12 rakaat bertujuan meningkatkan religiusitas para siswa. Tingkat religiusitas dapat meningkatkan wellbeing (kebahagiaan) siswa. Kebahagian akan melahirkan hormon imun, harapan, pikiran dan perasaan positif. Shalat memiliki dampak efektif menyembuhkan gangguan jiwa seperti stress dari problem kehidupan. Ada empat teraputik yang terdapat dalam shalat yaitu, olah raga, meditasi, auto sugesti, dan kebersamaan. (Zulkarnain, 2020)

Studi terhadap 103 orang mahasiswa tentang pengaruh shalat, hasilnya shalat berpengaruh pada prilaku mahasiswa, sekalipun dalam kategori sangat rendah (Fitria, 2018). Ada faktor yang harus diperbaiki dalam memahami shalat. Salah satunya dengan mendefinisikan shalat dalam makna luas, tidak sebatas ritual. Sebagaimana dijelaskan di dalam Al-Qur’an, “Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan mungkar (Al Ankabut, 29:45). Ayat ini bisa menjadi dasar pembuatan definisi, shalat adalah upaya mencegah timbulnya prilaku-prilaku buruk. Kualitas shalat tidak dipahami berhenti pada dimensi ritual tetapi terkait erat dengan dimensi faktual.

Untuk meningkatkan pemahaman siswa tentang kegiatan dhuha 12 rakaat, dilakukan ceramah berisi motivasi dhuha. Motivasi berisi informasi-informasi positif tentang manfaat ibadah ritual 12 rakaat dhuha. Shalat dhuha bermanfaat untuk pembentukkan akhlak, kesehatan, kecerdasan, dan keberhasilan dalam meraih cita-cita kehidupan dunia dan akhirat. Ceramah motivasi dhuha dilakukan oleh guru-guru secara bergiliran.

Data dari 10 siswa berprestasi akademik terbaik di sekolah, seluruh siswa tergolong pada kelompok yang disiplin melaksanakan shalat lima waktu full time dan disiplin dhuha tiap hari delapan sampai 12 rakaat. Sedangkan 10 siswa dengan kecerdasan akademik rendah di sekolah, semua tergolong siswa yang tidak disiplin ibadah. Kelompok siswa jurusan IPA, berdasar hasil survey tiap akhir semester termasuk kelompok siswa yang lebih disiplin melaksanakan shalat dibanding jurusan IPS. 

Fenomena menarik jika melihat data shalat siswa berdasarkan level kelas. Semakin tinggi level kelas siswa semakin sedikit yang melaksanakan shalat. Jadi pada saat kelas 10 anak anak rajin shalat, naik ke kelas 11 mulai jarang shalat, dan setelah kelas 12 semakin jarang yang shalat. Jika melihat fakta ini, seolah-olah berlaku kesimpulan semakin tinggi pendidikan siswa, semakin tidak percaya Tuhan. Mungkin bisa jadi, pendidikan sekuler harus terus dikritisi karena faktanya saat ini sedang terjadi kriris dalam pembeajaran.     

Gerakan shalat lima waktu dan dhuha 12 rakaat adalah upaya pendidikan karakter religius melalui pembiasaan bersumber pada ajaran agama. Bagi siswa Kristen, mereka dituntut pula untuk melaksanakan ibadah secara disiplin sesuai keyakinan. Pada akhir bulan, kegiatan dievaluasi melalui survey google form. Data diambil melalui survey google form disebar ke tiap kelas dan di isi langsung oleh siswa dengan tujuan melatih kesadaran kejujuran siswa terhadap Tuhan. Target pembiasaan karakter religius ditentukan dengan standar minimal yaitu 30% dari populasi siswa, kemudian ditingkatkan berdasarkan hasil evaluasi bulanan.

Dari hasil pengamatan, kegiatan rutin dhuha 12 rakaat yang dilaksanakan bersama-sama di masjid atau lapangan, meningkatkan kedisiplinan seluruh warga sekolah untuk hadir bersama-sama di pagi hari. Lingkungan sekolah kondusif dan suasana kekeluargaan lebih terasa. Sikap saling menghargai antar umat beragama tercipta. Beberapa siswa mulai terlatih menghadapi masalah dengan tetap optimis menggantungkan segala harapannya kepada Tuhan. Inilah generasi-generasi unggul, yang akan selalu kreatif, berani menghadapi risiko, pantang menyerah, dan selalu optimis sebagai bagian dari capaian program. Wallahu’alam. 

3 comments:

  1. Dulu pas masih SMA, bisa dibilang aku sering melaksanakan shalat dhuha ini setiap hari. Tapi setelah masuk duia kerja, rasanya sudah jarang sekali melaksanakannya. Bahkan bisa dibilang sulit seklai untuk melaksanakannya. Dan aku juga merasakan perbedaan yang terjadi pada diri, ketika dulu saat masih rutin Dhuha dengan sekarang ini yang sering melewatkannya. Perbedaannya tidak jauh seperti yang telah disebutkan di atas. Rasanya memang perlu ada yang mengingatkan juga sekaligus memberi masukkan agar tetap bisa konsisten dhuha.

    ReplyDelete
  2. Amazing, sholat dhuha di sekilah memang sgt bermanfaat, memberi pengaruh pada penanaman karakter siswa, juga guru. Terus semangat melestarikan praktek baik disekolah,tentunya hrs bertahap utk target 12 raka'at tersebut. Barokallah

    ReplyDelete

MENGAPA GURU HARUS TERHORMAT

Oleh: Dr. Toto Suharya, S.Pd., M.Pd. Untuk menghormati guru, di Jepang tidak ada hari guru. Kisah ini dibagikan oleh Pak Susila dari Banten ...