Oleh: Toto Suharya
Sejarah adalah peristiwa yang terjadi di masa lampau. Menurut konsep waktu, sesuatu yang terjadi di masa lalu tidak akan terulang kembali. Proklamasi kemerdekaan Indonesia yang terjadi pada tahun 1945, peristiwanya tidak akan terulang kembali. Sesuatu yang terjadi di luar kontrol manusia.
Memandang ilmu sejarah bisa terbagi menjadi dua sudut pandang, tergantung argumentasi seseorang dalam memahaminya. Pertama sejarah bisa dipandang sebagai ilmu pasti. Secara universal apa yang terjadi pada setiap orang disebabkan oleh sesuatu yang terjadi. Pandangan ini sering di dukung oleh pendapat Hegel (2012). Hal yang pasti dalam sejarah adalah kejadiannya yang tidak akan pernah berulang, kemudian yang terjadi selanjutnya adalah akibat dari kejadian yang lalu.
Pembelajaran sejarah menjadi sebuah pembelajaran reflektif. Hegel (2012, hlm. 5) berpendapat sejarah reflektif adalah sejarah yang secara penyajiannya tidak dibatasi oleh waktu. Hakikatnya semua yang terjadi berhubungan sebagai kesatuan dan inilah ruh dari sejarah (sejarah universal). Dalam hal ini, penyusunan materi sejarah menjadi hal terpenting. Pertimbangan penulis sejarah menjadi sangat penting dan prinsip, mengacu pada motif perbuatan, dan peristiwa yang akan dipaparkan, dan itulah yang menentukan ceritanya.
Mengacu pada pendapat Hegel jalannya sejarah sudah ditentukan aturan-aturannya. Pemahaman sejarah ada di rasio seseorang. Sejarah sebagai kegiatan reflektif diceritakan berdasar subjektivitas seseorang, namun kemutlakkan harus ada dalam pikiran setiap orang, kemutlakkan itu adalah keseleruhan sistem yang saling ketergantungan. Kemutlakkan itu adalah dalam sistem-sistem yang kecil maupun besar.
Capra (2002, hlm. 49) mengatakan partikel-partikel subatomik tak memiliki arti sebagai entitas terisolir dan hanya dapat dimengerti sebagai interkenokeksi, dan korelasi-korelasi, antara aneka proses dan pengukuran. Dalam keseluruhan sistem keberadaan suatu benda saling berhubungan sebab akibat, dan ditentukan pula oleh sebab dan akibat yang mutlak yang Yang Maha Pemelihara Kebaikan. Bagi penulis, Sang Pemelihara Kebaikan, dalam kontek pemikiran Islam adalah Ar Rahman dan Ar Rohiim.
Inilah yang dimaksud etika atau cara berpikir (way of thingking). Jika cara berpikir seseorang berbeda, keseluruhan pengalaman hidupnya akan berbeda. Tindakan etis manusia tidak dapat dipisahkan dari cara berpikir. Terdapat hubungan timbal balik antar keduanya (Abdullah, 2022, hlm. 38). Bagi penulis hubungan tembal balik (sebab-akibat) dapat dimaksudkan sebagai bagian absolut idea pemikiran Hegel, dan sebab atau akibat mutlaknya adalah satu kesatuan sistem.
Gagasan pemikiran Hegel, Capra, Abdullah, menjadi cara bagaimana kita menjalani kehidupan untuk menemukan gagasan-gagasan kebaikan, dan tujuan-tujuan baik, sebagai cara dan tujuan hidup mutlak dari Yang Maha Kasih dan Sayang. Sarana untuk memahamai way of thingking adalah sejarah kehidupan manusia. Jadilah sejarah adalah ilmu tafsir dalam upaya mencari war of thingking.***
No comments:
Post a Comment