Saturday, July 2, 2022

Refleksi Guru Dalam Pengajaran

Oleh: Toto Suharya

Menjelang 77 tahun Indonesia merdeka, mendekati satu abad bangsa Indonesia merdeka. Upaya-upaya dalam bidang pendidikan sudah dilakukan dan terus menerus diakukan perubahan. Dalam tarikh masehi sekarang kita sekarang berada di awal abad ke-21. Dalam perjalanan sejarah biasanya pada awal abad sering terjadi perubahan besar-besaran menimbulkan situasi krisis. Sebagaimana dulu pada awal abad ke-20 bangsa Indonesia terus bergerak membebaskan diri dari kolonial Belanda. Puncaknya pada pertengah abad ke-20 tahun 1945 bangsa Indonesia menyatakan kemerdekaan. 

Keberhasilan bangsa Indonesia merdeka tidak lepada dari upaya-upaya pembenahan dalam bidang pendidikan telah dilakukan sejak tahun 1922 oleh Ki Hadjar Dewantara dengan berdirinya perguraun Taman Siswa. Sekarang kita berada di awal abad ke-21 sejarah seperti berulang, bahwa upaya pendidikan yang dilakukan oleh Ki Hadjar Dewantara sedang dimulai kembali.

Pendididikan untuk bangsa Indonesia memang harus dikerjakan sesuai dengan karakter bangsa Indonesia. Orang yang paling mengerti tentang pendidikan bangsa Indonesia adalah bangsa Indonesia sendiri. Melalui konsep Trikon (kontinyu, konevergen, dan konsentris), Ki Hadjar Dewantara sudah membuka diri menerima pengaruh-pengaruh budaya dari luar, tetapi tidak melupakan budaya bangsa Indonesia sendiri. Konsep ini ternyata lebih tepat untuk diterapkan dalam pendidikan bangsa Indonesia.

Pendidikan harus berkelanjutan, budaya-budaya dari luar digunakan untuk mengukuhkan jati diri bangsa. Melalui asas konvergen, kita berusaha merekonstruksi budaya luar untuk mengembangkan budaya bangsa sendiri (konsentris). Pendidikan harus fokus pada pengembangan budaya-budaya lokal direkonstruksi menjadi budaya global sesuai dengan perkembangan zaman. Gagasan Ki Hadjar Dewantara sebenarnya menuntut bangsa Indonesia untuk bisa beradaftasi dengan kodrat zaman dengan tidak meninggalkan kodrat alam dimana kita tinggal.

Gagasan Ki Hadjar Dewantara ternyata lebih cocok untuk diterapkan dalam sistem pendidikan bangsa Indonesia. Upaya yang dilakukan Ki Hadjar Dewantara sejak tahun 1922 adalah bagaimana memerdekan siswa dari ketergantungan. Bagaimana cara memerdekakan siswa dalam belajar untuk mencapai kebahagiaan hidup yang setinggi-tingginya. Pendidikan berfokus pada siswa bagaimana agar mereka benar-benar merdeka. 

Penjajahan ternyata tidak hanya berlaku dalam bentuk fisik, tetapi terus berlanjut berubah bentuk dalam pejajahan mental dikemas dalam bidang sains, teknologi, dan ekonomi. Peran besar pendidikan di abad 21 masih berbicara tentang kemerdekaan dalam belajar untuk melahirkan generasi-generasi mandiri dan bisa menyelesaikan masalah hidup dirinya dan bangsa pada umumnya.

Mengacu pada gagasan pendidikan dari Ki Hadjar Dewantara, peran besar pada pendidikan di abad 21 sekarang adalah memerdekanan siswa dalam belajar. Pendekatan-pendekatan belajar yang harus dilakukan guru adalah melatih daya nalar siswa. Dalam setiap pembelajaran mereka harus dituntun bagaimana mengolah informasi untuk memecahkan berbagai permasalahan yang mereka hadapi.

Paradigma pengajaran zaman kolonial Belanda yang pada saat itu sumber informasi sangat terbatas, guru menjadi sumber informasi paling dominan. Pada zaman kolonial Belanda, belajar menjadi sebuah aktivitas yang sangat dominan membutuhkan kehadiran guru sebagai sumber informasi dan penentu tujuan pembelajaran. Sekarang di abad informasi, kehadiran guru dibutuhkan tetapi bukan sebagai sumber informasi, tetapi sebagai penuntun pembelajaran. Sebagaimana filosofi Ki Hadjar Dewantara, tugas guru adalah memberi teladan, memberi semangat, membangkitkan keberanian, dan memberi dorongan, memengaruhi agar siswa mau terus belanjar secara mandiri.

Ketergantungan siswa ada guru telah mematikan kreativitas, daya nalar kritis, sikap gotong royong, menghargai perbedaan, dan kemandirian. Dominasi guru pada siswa dalam belajar, membuat siswa tidak pandai mengolah informasi, akibatnya mereka sangat mudah putus asa, dan tidak terampil menerima perbedaan pendapat karena fanatisme pada gurunya. Guru telah menjadi berhala, karena siswa tidak punya keberanian berbeda dengan gurunya. 

Dari pengataman di lapangan, setelah siswa lulus dari pendidikan, kebanyakan siswa masih sangat tergantung pada guru. Sumber informasi yang melimpah di internet, tidak menjadi motivasi siswa untuk berani belajar mandiri. Mereka masih tetap mengharapkan kehadiran guru secara fisik. Padahal di era informasi, guru-guru yang bermakna luas tidak harus hadir secara fisik. Melalui internet mereka bisa belajar sesuai keinginan mereka sekalipun tidak berstatus sebagai pelajar. Mereka bisa belajar untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi dengan memilih banyak guru sesuai dengan kebutuhan. 

Dalam konsep pemikiran Ki Hadjar Dewantara, makna guru dan sisjadi luas. Semua makhluk adalah guru, dan semua makhluk adalah murid dan dimanpun ruang kita temua itulah kelas tempat belajar. Guru dalam konsep abadi 21 bukan hanya mereka yang mendapat surat tugas sebagai guru, tetapi semua orang yang kita temui yang bisa memebrikan iformasi ilmu pengetahuan dia adalah guru. Tugas guru-guru yang mendapat surat tugas adalah membebaskan pikiran-pikiran siswa yang masih terbelenggu oleh konsep guru dalam paradigma zaman kolonial Belanda.

Guru harus mulai menurunkan kedudukannya, bukan lagi sebagai dewa dihadapan siswa. Guru adalah manusia biasa yang hanya bertugas memberi teladan, memotivasi, dan memfasilitasi, bukan untuk menguasai pikiran para siswa supaya tunduk dan patuh pada pemikiran guru. Mari bapak ibu guru kita sama-sama bebaskan pikiran siswa dari belenggu pemikiran-pemikiran guru, karena zaman berubah maka biarkan mereka hidup sesuai dengan zamannya. Mari kita ajari siswa-siswi kita menjadi manusia-manusia mandiri, dengan melatih mereka untuk menyesaikan masalah-masalah hidup mereka sendiri agar bisa meraih kebahagiaan tanpa tergantung pada orang lain.***

 

No comments:

Post a Comment

MENGAPA GURU HARUS TERHORMAT

Oleh: Dr. Toto Suharya, S.Pd., M.Pd. Untuk menghormati guru, di Jepang tidak ada hari guru. Kisah ini dibagikan oleh Pak Susila dari Banten ...