OLEH: TOTO SUHARYA
Diskusi dengan alumni yang kebetulan sudah investasi saham di pasar modal. Pembahasan diskusi fokus pada jual beli saham di pasar modal. Dari hasil pengamatan di lapangan, masyarakat masih banyak yang berprasangka bahwa invesatasi saham dikaitkan dengan judi dan haram. Mereka juga sering menyebut jual beli saham dengan main saham. Mental blok ini terjadi pada masyarakat dari berbagai kelas sosial. Sayang sekali, jual beli saham yang sudah dilegalisasi pemerintah dan ada fatwa MUI halal, masih dipersepsi judi oleh sebagian besar masyarakat.
Padahal di tingkat SMA pelajaran saham dipelajari pada mata pelajaran ekonomi. Ditambah ada kunjungan siswa-siswa ke pasar saham di Bursa Efek Jakarta. Namun demikian persepsi masyarakat masih tetap saja bertahan dengan cerita dari mulut ke mulut bahwa jual beli saham dianggap judi. Padahal informasi di media sosial youtube, blog, insragram, dan media online sudah begitu terbuka bahwa saham adalah sebuah perdagangan.
Dari hasil riset dari berbagai media, saham jelas berbeda dengan judi online. Perbedaan antara investor saham dengan tukang judi online bisa dilihat dari karkaternya. Investor saham sebelum investasi ada beberapa pengetahuan dasar yang harus dimiliki. Judi online modalnya tebak-tebakan, sedangkan investasi saham dibangun oleh ilmu pengetahuan. Beberapa ilmu yang harus dimiliki para investor saham yaitu ilmu tentang kemampuan membaca laporan keuangan perusahaan. Membaca faktor-faktor yang dapat memengaruhi pergerakan harga saham sepeti kebijakan politik, ekonomi, di dalam dan luar negeri.
Para investor saham selalu membaca berita-berita terbaru tentang pertumbuhan ekonomi dan kebijakan-kebijakan psoitif untuk kesejahteraan rakyat. Para investor saham punya kebiasaan literasi tinggi. Pemikirannya rasional, selalu melakukan analisis, interpretasi, berdasarkan data dan fakta.
Berbeda dengan tukang judi online, dia tidak punya budaya literasi. Tukang judi tidak perlu berita tentang kebijakan ekonomi dan politik. Tukang judi online tidak perlu analisis teknikal ataupun fundamental. Tukang judi online tidak paham laporan keuangan perusahaan. Cara berpikir mereka irasional, mistik, dan utopis, ingin untung dari enteng. Modal para penjudi online adalah untung-untungan berdasarkan angan-angan yang mereka miliki. Para penjudi sering mengambil keputusan dengan emosinya dan akalnya jarang berfungsi.
Trading saham terjadi di pasar saham dengan informasi terbuka. Judi online dilakukan di pasar gelap dengan informasi tertutup. Judi online selalu mengiming-ngimingi pelakunya dengan keuntungan besar. Permainan judi online hanya sedikit gunakan otak, sekalipun digunakan otaknya untuk permainan curang, penipuan, dan merugikan orang lain.
Logika investor saham adalah untung dan rugi, sedang logika penjudi online adalah kalah dan menang. Para investor di saat harga saham turun dituntut untuk sabar menunggu kembali pergerakan saham naik. Setiap tahun para investor akan mendapat keuntungan dari perusahan dalam bentuk dividen. Setiap pembangian deviden para investor akan diundang Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS).
Para penjudi online tidak terikat apa-apa. Setelah mereka kalah mereka tidak akan ada tunjangan, undangan rapat, atau pun bantuan dari bandar judi. Para penjudi yang kalah benar-benar akan bangkrut dan jatuh miskin. Risiko para penjudi online adalah harta kekayaan habis. Setelah jatuh miskin mereka akan jadi gembel.
Mental seorang investor selalu belajar dan penuh perhitungan dalam bertindak. Kegagalan-kegagalan yang dialami akan jadi ilmu sebagai modal tumbuh menjadi manusia berkualitas tinggi. Kecerdasan investor bukan hanya intelegen, tetapi emosinal, dan spiritual sangat diperlukan.
Jadi perbedaan antara investor saham dan tukang judi online bukan di otaknya. Perbedaan kontrasnya adalah isi otak tukang judi online adalah sampah dan isi otak investor saham adalah ilmu. Emosi tukang judi online dikendalikan hawa nafsu, sedangkan investor saham emosinya dikendalikan oleh akal sehat. Jelas sekali mental tukang judi dengan investor saham berbeda kontras. Namun kadang-kadang ada juga jual beli saham dengan mental tukang judi. So jadi, "syarat jadi investor saham harus terus belajar, dan jadilah pembelajar sepanjang hayat".***
No comments:
Post a Comment