OLEH: TOTO SUHARYA
Dari laporan Rapor Pendidikan hasil Asesmen Nasional yang dilakukan Kemdikbudristek tahun 2021, menyajikan fakta bahwa generasi kita masih mengalami kelemahan dalam literasi. Dari kelemahan ini, generasi bangsa kita mengalami kelemahan dalam berbagai bidang. Literasi dasar yang dikaitkan dengan kebiasaan membaca, menjadi pokok permasalah dasar dalam dunia pendidikan. Semua kompetensi yang dimiliki manusia dapat ditingkatkan dengan membaca. Kunci dari membaca adalah memiliki perbendaharaan pengetahuan, karena manusia dewasa, damai, sejahteran, dan terampil, diawali dari pengetahuan. Atas dasar itu, Allah mewahyukan kepada Nabi Muhammad pada awal kenabiannya dengan memerintahkan membaca.
Secara spesifik, kali ini penulis akan menjelaskan pentingnya literasi finansial untuk meningkatkan kemampuan generasi bangsa kita dalam hal finansial. Literasi finansial bermanfaat bagi pembentukan karakter bangsa yang berdaya saing, dan menunjang pada kedaulatan ekonomi keluarga dan negara. Mental bangsa yang harus dibangun untuk generasi emas mendatang adalah menjadikan mereka sebagai manusia-manusia bermental sebagai investor menuju pada masyarakat merdeka finansial.
Pesan ini penulis kaitkan dengan pesan dari kitab suci Al Qur'an. (Setelah pelayan itu berjumpa dengan Yusuf dia berseru): "Yusuf, hai orang yang amat dipercaya, terangkanlah kepada kami tentang tujuh ekor sapi betina yang gemuk-gemuk yang dimakan oleh tujuh ekor sapi betina yang kurus-kurus dan tujuh bulir (gandum) yang hijau dan (tujuh) lainnya yang kering agar aku kembali kepada orang-orang itu, agar mereka mengetahuinya." Yusuf berkata: "Supaya kamu bertanam tujuh tahun (lamanya) sebagaimana biasa; maka apa yang kamu tuai hendaklah kamu biarkan dibulirnya kecuali sedikit untuk kamu makan. (Yusuf, 12:46-47).
Informasi dari Al Quran ini mengandung pesan agar masyarakat punya kemampuan mengelola pangan, finansial dalam waktu jangka panjang. Dalam siklus kehidupan akan terjadi sebuah kondisi kriris yang menuntut masyarakat bisa survival dalam kondisi tersebut. Sebagaimana kita saksikan, situasi krisis kerap berulang terjadi dalam kehidupan masyarakat. Para peneliti berpendapat siklus kriris teresebut kerap terjadi tujuah, sepuluh, 100, dan 1000 tahunan. Saat ini, di awal abadi 21 kita sedang menghadapi krisis karena terjadi perubahan pola hidup masyarakat dengan pemanfaatan teknologi informasi dalam berbagai bidang kehidupan. Selain itu terjadi kelangkaan dan keterbatasan sumber daya alam, dengan semakin bertambahnya jumlah manusia di seluruh dunia.
Dalam hal literasi finansial masyarakat Indonesia masih rendah dalam hal investasi saham di pasar modal. Kecerdasan finansial yang perlu kita ajarkan kepada generasi bangsa sesuai pesan dari Nabi Yusuf adalah bertanam tujuh tahun, dan sedikit untuk kamu makan". Generasi bangsa harus diajarkan untuk berpikir jangka panjang dan berhemat untuk menjaga kestersesiaan pangan atau finansial. Prilaku konsumtif yang cenderung mewabah di abad sekarang, perlu diimbangi dengan pendidikan yang mengajarkan kepada masyarakat memiliki budaya produktif dan investatif.
Budaya hidup menjadi kreditor yang sudah menjadi gaya hidup masyarakat, harus diubah menjadi gaya hidup hemat, investatif, dengan kemampuan mengelola kebutuhan pangan dan finansial dengan berpikir ke masa depan. Salah satu alternatif yang bisa diajarkan untuk melatih kemerdekaan finansial dengan mengajarkan investasi saham di pasar modal melalui pemanfaatan teknologi informasi smart phone yang sudah menjadi gaya hidup masyarakat.
Investasi di pasar modal bukan lagi gaya hidup milik orang-orang dengan finansial besar. Dengan kemajuan teknologi informasi, investasi saham di pasar modal bisa menjadi gaya hidup seluruh lapisan masyarakat. Ini peluang besar bagi bangsa Indonesia untuk memiliki mental berdaya saing, mental investor, yang akan ikut membangun kedaulatan bangsa dalam ekonomi. Investasi di pasar modal melalui teknologi infomasi bisa jadi sebuah gerakan gotong royong untuk menjaga kedaulatan dan menghidupkan ekonomi negara.
Investasi saham di pasar modal bisa dipelajari dari berbagai saluran informasi yang ada di media sosial internet. Masyarakat selain belajar di ruang-ruang informal, harus didorong di ruang-ruang formal di sekolah pada usia tertentu. Warren Buffett sebagai investor legendaris dari Amerika, mengaku mulai investasi saham dari usia 11 tahun. Di Indonesia pengenalan investasi saham di pasar modal bisa dilakukan di pendidikan tingkat menengah.
Pesan dari Nabi Yusuf untuk dunia pendidikan adalah ajari siswa untuk berpikir jangka panjang, ajarkan sejak dini kemampuan mengelola finansial. Salah satu ciri dari kedewasaan manusia adalah kemampuan mengelola finansial. Ciri dari kedewasaan finasial ditandai dengan kepemilikan mental berpikir jangka panjang dan tindakan-tindakan yang bersifat investatif. Salah satu tindakan yang biasa diajarkan untuk membangun mental ini adalah dengan mengajarkan gerakan menabung saham di pasar modal di tingkat pendidikan memengah melalui pengelolaan uang saku siswa.
Negara-negara maju maju kemandirian finansial dibangun oleh masyarakat yang punya kesadaran investasi. Berdasarkan informasi dari berbagai media, Singapura memiliki 30% penduduknya punya budaya investasi. Amerika Serikat memiliki 70% penduduk berbudaya investasi. Informasi dari Vier Abdul Jamal sebagai legenda pasar saham Indonesia mengatakan, di Hongkong yang sekarang sebagai bagian dari China, obrolan masyarakat di saat kencing saja mereka ngobrol tentang saham.
Dari tulisan ini, penulis berharap dengan gerakan nabung saham yang inspirasinya dari Nabi Yusuf, dapat memperbaiki kualitas mental bangsa, dan meningkatkan kedaulatan ekonomi bangsa di tingkat internasional. Semoga Indonesia di tahun 2045 menjadi negara dengan kekuatan ekonomi terbesar di dunia. Semua ini bisa dicapai dengan budaya yang diajarkan Nabi Yusuf pada masyarakat yaitu, "sedikit makan dan biarkan sebagian besar ditangkai". Minimalnya tujuh tahun kita lakukan. Wallahu'alam.***
No comments:
Post a Comment