Saturday, September 17, 2022

KADANG AKU BERPIKIR, PERAN GURU HARUS SEPERTI "IBLIS"

OLEH: TOTO SUHARYA

Diskusi-diskusi kecil sering terjadi baru-baru ini. Kurikulum merdeka belajar menuntut kita untuk terus berdialog bagaimana mengimplementasikan kurikulum merdeka belajar dalam berbagai metode. Saat ini, sudah masanya dimanpun tempat berada harus jadi tempat diskusi. Kapan pun dan dalam situasi apapun diskusi tentang peran guru dan penerapan metode belajar untuk siswa, selalu menarik untuk diperbincangkan. 

Diskusi-diskusi informal dengan wakasek, guru, petugas kebersihan, satpam, staf tata usaha, selalu terjadi. kadang sampai berjam-jam. Isu yang paling hangat didiskusikan adalah tentang profesionalisme guru, metode mengajar, program sekolah, agama, filsafat pendidikan, dan perkembangan teknologi informasi. 

Dalam sebuah diskusi dengan guru tentang peran guru di masa kurikulum merdeka belajar, disepakati bahwa "peran guru sangat berat".  Di era keterbukaan melalui teknologi informasi, faktor lingkungan semakin dominan dapat memengaruhi karakter siswa. Akses terhadap berbagai macam informasi, sudah tidak mungkin lagi dibatasi. Informasi sudah menjadi milik pribadi dan setiap orang bebas menentukan informasi apa yang akan diakses. Guru kesulitan memantau siswa, informasi apa yang diaksesnya setiap hari. Apakah informasi bergizi atau sampah? Jika informasi yang diakses bergizi maka siswa akan jadi siswa produktif, sebalik jika yang diakses informasi sampah, siswa akan sulit dikendalikan perilakunya. 

Peran guru saat ini, seperti berpacu dengan waktu, untuk sesering mungkin memberikan informasi-informasi positif yang harus diakses. Dalam diskusi terlontar ide, "peran guru sekarang jika bisa harus seperti Iblis ketika menggoda Nabi Adam dan Hawa". Bedanya jika Iblis menggoda Nabi Adam dan Hawa untuk berbuat dosa, sedangkan guru menggoda siswa-siswa untuk berbuat kebajikan". 

Banjirnya informasi melalui teknologi informasi, siswa-siswi milenial sekarang dituntut oleh kondisi menjadi anak dewasa sejak dini. Kemampuan berpikir untuk memilah, menginterpretasi, dan menilai sebuah informasi harus diajarkan sejak pendidikan dasar. Untuk mengajarkan kemampuan berpikir sangat tidak mudah. Perlu ketekunan, ketelitian, dan kemahiran dalam mengembangkan metode belajar yang melatih kemampuan berpikir. 

Komunikasi inten dengan siswa, orang tua siswa, harus dibangun sesering mungkin. Di abad informasi, komunikasi menjadi kompetensi penting yang harus dikuasi para guru. Ketika Iblis menggoda Nabi Adam dan Hawa, dia tidak pernah putus asa menggoda. Demikian juga guru sebagai pendidik tidak boleh putus asa untuk terus sesering mungkin membangun komunikasi positif dengan siswa, kadang tanpa batas waktu. Dengan adanya teknologi informasi, kadang peran guru dalam membimbing menjadi 24 jam. Guru tidak boleh kalah kreatif oleh Iblis, mereka menggoda siswa 24 jam, bahkan sampai masuk dalam mimpi. 

Faktanya, dalam diskusi terungkap ada guru yang berperan hingga 24 jam. Melalui media informasi siswa dipantau mulai sejak bangun tidur, di sekolah, hingga kembali ke rumah. Tahajud call, subuh call, hingga absen kehadiran di kelas dan mengikuti program-program karakter di sekolah terus dipantau melalui media teknologi informasi. Namun demikian, sesering apapun guru berkomunikasi positif dengan siswa, masih kalah langkah sama Iblis, yang bisa masuk pada aliran darah siswa. 

Untuk itulah pendidikan agama menjadi media belajar yang bisa diandalkan abad ini. Agama mengajarkan kemandirian dan kesadaran siswa untuk selalu ingat pada Tuhan. Kedekatan siswa dengan Tuhan yang diajarkan melalui keyakinan agama masing-masing dapat menjadi kompetensi siswa untuk menjadi manusia dewasa yang tidak mudah tergoda oleh Iblis. Melalui pembelajaran agama, dan ketermpilan berpikir yang diajarkan dari berbagai mata pelajaran, siswa bisa punya alat pertahanan diri untuk bertarung melawan godaan-godaan Iblis.  

Tugas guru di abad ini semakin berat, pengaruh-pengaruh negatif melalui media informasi begitu mudah tersebar. Informasi-informasi positif yang diajarkan guru, bisa saja hilang dalam hitungan menit, karena setelah selesai pembelajaran, kita tidak tahu informasi apa yang diakses siswa. Kadang-kadang dalam situasi belajar pun, ada saja siswa yang asik mengakses informasi yang disukaainya sembunyi-sembunyi. Tidak ada yang dapat menolong dalam situasi seperti ini, kecuali kita semua memberi teladan kepada seluruh siswa sesering mungkin untuk selalu mendekat dan berserah diri kepada Tuhan dalam segala kondisi. 

Setiap hari kita harus melatih siswa berdoa, "ya Allah selamatkan kami dari keburukan prilaku, dan selamatkan kami dari keburukan hidup di dunia dan di akhirat. Jadikanlah kami setiap hari sebagai pemenang, yang berhasil menjaga prilaku tetap baik, dan terhindar dari prilaku-prilaku buruk!". Itulah isi diskusi-diskusi yang  kita lakukan dan berakhir karena waktu shalat tiba.***  

No comments:

Post a Comment

OTAK PEMBENTUK KARAKTER

Oleh: Dr. Toto Suharya, S.Pd., M.Pd. Prilaku seseorang dapat dipahami dari prilaku otak. Pembentukkan karakter seseorang dibentuk di otak. P...