Saturday, September 17, 2022

TIGA PROGRAM MERDEKA BELAJAR UNTUK MERDEKA

OLEH: TOTO SUHARYA

Kurang lebih 20 tahun merenung. Program pendidikan apa yang bisa dipakai siswa ketika setelah lulus nanti. Setelah diperhatikan, siapa siswa yang sukses setelah berpendidikan? Pengamatan mata telanjang, pandangan umum, sukses selalu berukuran pada material. Jika sukses ukurannya material, maka sudah pasti ada siswa-siswi yang tidak sukses. Jadi untuk apa berpendidikan?

Jika ukuran sukses adalah gelar akademik, kehormatan, dan kedudukan, maka sudah pasti juga ada yang tidak punya gelar, kehormatan, dan berkedudukan di mata masyarakat. Jadi, apa tujuan pendidikan? Ukuran pandangan keduniawian memang tidak bisa dijadikan ukuran sebagai kesuksesan, kecuali oleh mereka yang sudah punya sudut pandang materialistik. Orang materialistik cara berpikirnya, "pokoknya dunia". 

Dari sudut pandang lain, kesuksesan dari pendidikan adalah ketika siswa-siswi bisa berprilaku baik. Namun ketika melihat kenyataan, ada saja orang-orang yang berpendidikan prilakunya tidak baik. Kadang prilaku baik bersifat relatif tergantung geografi dan budaya masyarakat yang ada. Jadi apa peran pendidikan?

Berdasarkan filosofi pendidikan Ki Hadjar Dewantara, tujuan pendidikan adalah mengantarkan siswa kepada kebahagiaan setinggi-tingginya. Hal ini dapat dicapai dengan membimbing siswa merdeka belajar, dan mendiri, dan bisa mengatur dirinya sendiri. Hasilnya, ada siswa yang merasa terancam, dan merasa cemas ketika berada di lingkungan pendidikan. Artinya ada siswa-siswa yang merasa tidak bahagia ketika berada dalam lingkungan pendidikan. Jadi apa sebenarnya pendidikan? 

Bisa jadi mungkin, pendidikan adalah usaha-usaha pembimbingan kepada siswa-siswi agar mereka bisa menemukan jalan hidupnya masing-masing. Pendidikan tidak ada kaitan dengan kesuksesan, karena pendidikan adalah proses. Sarana pembelajarannya adalah kegagalan, kekecewaan, kemenangan, kebahagian, yang sifatnya sementara. Untuk itu hasil penilaian pendidikan tidak bisa jadi alat ukur baku untuk menentukan keberhasilan siswa. Hasil penilaian dari sebuah pendidikan hanya sebagai informasi. 

Pengguna informasi adalah masyarakat yang membutuhkan bantuan untuk membantu pekerjaan-pekerjaan dalam berbagai bidang. Kualitas pendidikan bukan terletak pada jumlah kejuaraan yang dihasilkan, tetapi ketelitian dalam mengidentifikasi dan mengungkap kepermukaan berbagai kecerdasan yang dimiliki siswa-siswi. Namun, guru sebagai pelaku pendidikan akan merasa kesulitan jika harus mengungkap semua kecerdasan yang dimiliki siswa. Apalagi jika jumlah siswanya ribuan. 

Hemat penulis, ada konsep dasar yang harus diajarkan dalam dunia pendidikan. Konsep dasar ini digunakan untuk memabngkitkan seluruh kecerdasan yang dimiliki peserta didik. Ada lima dasar pendidikan yang penulis renungkan menjadi pondasi agar siswa-siswi bisa punya kemampuan menyelesaikan masalah hidupnya hingga kelak dia bisa mandiri dan menemukan kebahagian hidupnya. 

Pertama, pendidikan harus membangun harapan siswa-siswa tetap optimis. Siapapun agamanya, apapan rasnya, dari mana pun asalnya, dan apapun warna darah keturunannya, dia harus punya harapan setelah berpendidikan. Harapan dapat dibangun jika mereka punya informasi-informasi baik di memori otaknya. Lalu siapa yang selalu memberi harapan baik? Hal-hal yang sifatnya langsung duniawi tidak dapat permanen memberi harapan. Sudah jadi pemahaman umum, pemberi harapan mutlak adalah Tuhan Yang Maha Esa. 

Untuk itu, dimensi keimanan dan ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa, merupakan dimensi pendidikan dalam rangka membangun harapan-harapan optimis siswa-siswi. Upaya-upaya membangun harapan siswa-siswi kepada Tuhan, bukan urusan satu mata pelajaran, tetapi harus jadi gerakan bersama, meliputi seluruh keyakinan agama dan dikemas dalam berbagai mata pelajaran. Program bisa dilakukan di dalam ektrakurikuler, intra dan ko kurikuler. Pada prakteknya seluruh informasi yang dikaitkan dengan Tuhan harus berisi kabar gembira. Kemampuan kritis dan kreatif yang harus dilatih dalam dimensi ketuhanan adalah membaca seluruh kejadian menjadi harapan baik dari kacamata ketuhanan. Dimensi ini ada pada dimensi keterampilan kognitif.

Keimanan dan ketakwaan berkaitan dengan pengetahuan yang dimiliki siswa. literasi dan numerasi merupakan prorgam yang terletak pada dimensi keiman dan ketakwaan kepada Tuhan. Literasi membaca berbagai aspek kehidupan disimpan di ketuhanan karena literasi budaya dasar orang-orang beriman dan bertakwa sehingga membawa harus menjadi tugas setiap manusia berada di atas perintah Tuhan. 

Kedua, pendidikan harus membangun tindakan-tindakan siswa-siswi ke arah yang membawa dampak baik bagi orang lain. Pembelajaran proyek dilakukan dalam koridor mencari masalah, dan membantu memecahkan masalah untuk kepentingan orang lain atau masyarakat. Gotong royong, kolaborasi antar suku, agama, ras, dan bangsa, dilakukan dalam rangka memecahkan masalah-masalah yang dihadapi sehari-hari. 

Proyek pembelajaran yang diorientasikan pada kompetensi sosial yaitu membantu menemukan dan memecahkan masalah yang akan jadi modal siswa-siswi untuk bisa berkomunikasi, berkontribusi, berkolaborasi pada kehidupan masyarakat. Apapun latar belakang agama, budaya, suku, bangsa, seseorang, mereka cenderung bisa menerima orang-orang yang bermanfaat bagi masyarakat. Siswi-siswi yang terbiasa membantu dan bermanfaat bagi masyarakat, mereka pasti bisa bergotong royong, berkolaborasi secara global dan cepat beradaftasi dengan berbagai macam dan lapisan masyarakat. 

Dari kompetensi sosial yang terbiasa membantu menemukan dan memecahkan masalah, siswa-siswi dapat memiliki ketermapilan hidup. Semakin terbangun karakter sosial siswa, maka berbagai keterampilan hidup akan siswa-siswi dapatkan. 

Ketiga, membangun kemandirian dengan membiasakan diri untuk berinvestasi. Kemandirian adalah kemampuan siswa-siswi utuk merencanakan kehidupan untuk dirinya di masa depan. Salah satu investasi yang perlu ditawarkan kepada siswa adalah pasar modal dan emas. Investasi di pasar modal dan emas melatih siswa punya kemampuan mengelola uang sejak dini. Kemandirian merupakan ciri kedewasaan seseorang, ditandai dengan kemampuan mengelola uang untuk investasi. 

Ketiga konsep pendidikan ini dikembangkan dari kitab Al Qur'an. "(yaitu) mereka yang beriman kepada yang gaib, yang mendirikan shalat dan menafkahkan sebahagian rezeki yang Kami anugerahkan kepada mereka, (Al Baqarah, 2:3). Di dalam ayat ini ada dua dimensi yang saling terikat dengan kuat yaitu dimensi ketuhanan dan sosial kemasyarakatan. 

Pada dimensi keimanan pada Tuhan, didalamnya termasuk kegiatan membaca. "Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan, Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah," (Al Alaq, 94:1-3).

Pada dimensi kemandirian, kegiatannya dikaitkan dengan kemampuan mengelola uang sebagai ciri dari kedewasaan seseorang. Maka program investasi emas, pasar modal dapat menjadi pilihan untuk membangun kemandirian.  "Yusuf berkata: "Supaya kamu bertanam tujuh tahun (lamanya) sebagaimana biasa; maka apa yang kamu tuai hendaklah kamu biarkan dibulirnya kecuali sedikit untuk kamu makan." (Yusuf, 12:47). 

Itulah tiga program merdeka belajar yang akan memerdekakan hidup manusia di dunia dan akhirat. Semoga Allah Tuhan Yang Maha Esa membimbing kita dijalan yang penuh dengan kenikmatan merdeka. Kemerdekaan adalah ketika kita punya harapan yang tidak pernah mati karena berharap kepada yang tidak pernah mati. Wallahu'alam.

No comments:

Post a Comment

OTAK PEMBENTUK KARAKTER

Oleh: Dr. Toto Suharya, S.Pd., M.Pd. Prilaku seseorang dapat dipahami dari prilaku otak. Pembentukkan karakter seseorang dibentuk di otak. P...