OLEH: TOTO SUHARYA
Pemikiran dari tulisan ini saya gunakan sumbernya dari Al Quran. Mengapa saya lakukan? Para ilmuwan bisa mengambil kesimpulan karena mereka berhasil meyakinkan diri bahwa fakta yang mereka temukan melalui metode peneltian benar, sehingga mereka berani mengatakan apa yang dia simpulkan benar.
Sekarang, saya akan gunakan fakta yang sudah benar tanpa melalui verifikasi dengan metode penelitian. Fakta atau konsep dari Al Quran sudah punya validitas kebenaran, dan memiliki dasar kuat untuk dijadikan argumen. Namun demikian keterbatasan pemikiran manusia membuat tafsir terhadap Al Quran menjadi beragam.
Dari sudut pandang dunia pendidikan, Al Quran adalah sumber ide untuk pengembangan dasar-dasar teori tentang didaktik dan pedagogik. Didaktif berkaitan dengan pengetahaunnya pengetahuan, dan pedagogik berkaitan dengan cara mengajarkannya. Al Quran adalah wahyu ilahi, tidak sepadan dengan pemikiran manusia. Tetapi informasi dari Al Quran banyak perintah kepada manusia untuk memikirkan ayat-ayatnya.
Isi Al Quran ada dua yaitu yang bisa terjangkau oleh pemahaman manusia berkaitan dengan informasi-informasi lahiriah, dan yang tidak terjangkau oleh pemahaman manusia berkaitan dengan informasi batiniah. "Dialah Yang Awal dan Yang Akhir, Yang Lahir dan Yang Batin; dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu." (Al Hadiid, 57:3).
Informasi gejala lahiriah tidak bertentangan dengan gejala batiniah. Manusia diberi peluang sedikit kemampuan untuk mengungkap gejala-gejala lahiriah dan batiniah. Peluang sedikit inilah yang dimanfaatkan oleh manusia-manusia yang berani dan mau berpikir untuk mengenal siapa Tuhannya.
Di bawah adalah teks terjemahan Digital Al Quran Versi 3.2. Inilah sedikit pengetahuan yang sedikit-sedikit bisa kita ungkap dari sudut pandang pendidikan. Lebih spesifik dalam hal ini bicara tentang profesi guru. Ayat ini menjelaskan tentang didaktik dan pedagogik.
"Demi yang diutus untuk membawa kebaikan, dan yang terbang dengan kencangnya, dan yang menyebarkan dengan seluas-luasnya, dan yang membedakan dengan sejelas-jelasnya, dan yang menyampaikan wahyu, untuk menolak alasan-alasan atau memberi peringatan, sesungguhnya apa yang dijanjikan kepadamu itu pasti terjadi" (Al Mursalaat, 77:1-7).
Dalam terjemahan ayat ini umumnya menjelaskan tentang malaikat. Namun demikian, malaikat dalam hal ini adalah makhluk sebagai pembentuk unsur manusia yang diberitakan dalam Al Quran tunduk pada manusia mengikuti perintah Allah. Keutamaan malaikat adalah memiliki keimanan dan ketakwaan yang taat. Sebaliknya unsur manusia yang lainnya adalah iblis, yang memiliki karkter sombong dan pembangkang. Dua sifat ini adalah dalam diri manusia. Sebagaimana dijelaskan di dalam Al Quran.
"dan jiwa serta penyempurnaannya, maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu kefasikan dan ketakwaannya, sesungguhnya beruntunglah orang yang menyucikan jiwa itu, dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya" (Asy Syams, 91:7-10).
Jadi dari kedua unsur manusia yang fujur dan takwa, ada manusia-manusia takwa berkualitas tinggi dengan ciri-ciri berilmu tinggi dan sangat mencintai kebaikan. Selalu berusaha mengajarkan kebaikan, memiliki kemampuan membedakan dengan jelas bersumber dari wahyu. Mengajarkan bagaimana cara berargumen dan memberi nasehat dengan kepastian yang jelas.
Manusia berkualitas tinggi yang selalu membawa misi kebaikan adalah guru. Kebaikan adalah pengetahuan-pengetahuan yang benar, mengandung keyakinan, dan bisa dibuktikan. Inilah ilmu didaktik yang dimiliki para guru, ilmu tentang pengetahun yang baik yang bisa menghasilkan argumen-argumen terbaik. Melatih kemampuan berargumen merupakan pedagogik yang harus dimiliki guru.***
No comments:
Post a Comment