Wednesday, April 26, 2023

Apakah Nabi Muhammad Buta Huruf?

Oleh: Dr. Toto Suharya, S.Pd., M.Pd.

Nabi Muhammad adalah contoh teladan umat manusia. Namun telah terjadi perbedaan pendapat, ada yang berpendapat Nabi Muhammad buta huruf dan ada yang berpendapat Nabi Muhammad tidak buta huruf. Saya coba jelaskan berdasarkan sudut pandang bersumber pada kitab suci Al Quran. 

Kata "ummi" berasal dari bahasa Arab, yang memiliki beberapa arti tergantung pada konteksnya. Secara harfiah, "ummi" berarti "ibu", namun dalam konteks agama Islam, "ummi" merujuk pada seseorang yang tidak bisa membaca dan menulis.

Dalam Al-Qur'an, kata "ummi" digunakan untuk menggambarkan Nabi Muhammad SAW sebagai orang yang tidak bisa membaca dan menulis sebelum menerima wahyu Allah SWT. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan literasi bukanlah faktor penting dalam menjadi seorang nabi atau rasul, melainkan ketaatan dan pengabdian kepada Allah SWT.

Selain itu, kata "ummi" juga dapat merujuk pada orang Arab yang bukan berasal dari kota atau pusat kebudayaan Arab, seperti Mekkah atau Madinah. Dalam hal ini, kata "ummi" lebih merujuk pada asal-usul geografis atau kultural seseorang daripada kemampuan literasinya.

Nabi Muhammad SAW tidak buta huruf. Sebenarnya, pada saat beliau hidup, huruf Arab merupakan bagian penting dari kebudayaan Arab dan banyak orang yang pandai membaca dan menulis. Nabi Muhammad SAW sendiri adalah seorang pedagang yang terampil dan sering melakukan perjalanan ke berbagai wilayah, sehingga beliau memiliki kesempatan untuk memperluas pengetahuan dan kemampuan literasinya.

Selain itu, sejarah juga mencatat bahwa Nabi Muhammad SAW dikenal sebagai sosok yang sangat pandai berbicara dan memimpin, sehingga kemampuan literasinya pasti sangat baik. Hal ini terbukti dengan kemampuannya dalam menyusun dan menyampaikan wahyu Allah SWT yang kemudian menjadi kitab suci umat Islam, Al-Qur'an.

Sebenarnya, tidak ada hadis sahih yang secara eksplisit menyatakan bahwa Nabi Muhammad SAW buta huruf. Ada beberapa riwayat yang mengindikasikan bahwa beliau tidak terlalu terampil dalam membaca dan menulis, namun tidak secara langsung menyebutkan bahwa beliau buta huruf.

Salah satu riwayat yang sering dikutip adalah hadis yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Imam Muslim, yang menyatakan bahwa Nabi Muhammad SAW pernah berkata: "Ana ummi, tidak bisa membaca dan menulis." (HR. Bukhari dan Muslim)

Namun interpretasi yang lebih tepat dari hadis ini adalah bahwa Nabi Muhammad SAW rendah diri dan menyatakan bahwa beliau bukanlah merasa sarjana yang terdidik, melainkan hanya seorang pedagang yang tidak memiliki kemampuan literasi yang cukup. Hadis ini sebenarnya lebih mementingkan pentingnya ketaatan dan pengabdian kepada Allah SWT daripada kemampuan literasi dalam menjalankan tugas sebagai nabi dan rasul.

Berdasarkan informasi dari Al Quran, kata buta huruf tidak merujuk pada sosok Nabi Muhammad, tetapi lebih pada penggambaran kultural masyarakat. 

Dia-lah yang mengutus kepada kaum yang buta huruf seorang Rasul di antara mereka, yang membacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka, menyucikan mereka dan mengajarkan kepada mereka Kitab dan Hikmah (As sunnah). Dan sesungguhnya mereka sebelumnya benar-benar dalam kesesatan yang nyata, (Al Jumu'ah, 62:2).

Keterangan berikutnya, kata buta huruf berkaitan dengan penjelasan budaya buta huruf yang tidak mengerti isi kitab suci. Masyarakat tidak mengetahui isi kitab suci kecuali hanya dongeng yang dikarang-karang tidak berdasarkan sumber kitab suci. 

Dan di antara mereka ada yang buta huruf, tidak mengetahui Al Kitab (Taurat), kecuali dongengan bohong belaka dan mereka hanya menduga-duga. (Al Baqarah, 2:28).

Buta huruf adalah sebuah kondisi kultural masyarakat yang tidak mengenal kebenaran-kebenaran dari Tuhan. Buta huruf tidak berkaitan dengan baca dan tulis secara teknis, tetapi sebuah penggambaran kondisi budaya masyarakat. Sekalipun bisa baca tulis, namun jika tidak mengenal dengan baik isi kitab suci, kita termasuk masyarakat buta huruf.***

No comments:

Post a Comment

MENGAPA GURU HARUS TERHORMAT

Oleh: Dr. Toto Suharya, S.Pd., M.Pd. Untuk menghormati guru, di Jepang tidak ada hari guru. Kisah ini dibagikan oleh Pak Susila dari Banten ...