Oleh: Dr. Toto Suharya, S.Pd., M.Pd.
Kisah-kisah dalam Al Quran tentang sosok manusia sebagai individu, kepala keluarga, anggota keluarga, tetangga, pemimpin, dan anggota masyarakat, suku, bangsa, mengandung pelajaran. Hal yang dapat dipelajari dari kisah-kisah tersebut adalah karakternya. salah satu kisah yang dijelaskan di dalam Al Quran adalah kisah bangsa Yahudi.
Kisah bangsa Yahudi ditampilkan dalam Al Quran sebagai contoh, dari karakter manusia yang cenderung merusak. Hal ini tidak berarti memukul rata seluruh bangsa Yahudi berkarakter buruk. Namun, kisah buruknya karakter bangsa Yahudi harus jadi pelajaran untuk umat manusia, bukan untuk menghakiminya.
Selain karakter buruk bangsa Yahudi, dikabarkan pula bangsa Yahudi memiliki kelebihan dari bangsa-bangsa yang ada di dunia. Mereka memiliki kecerdasan di atas rata-rata. Namun demikian bukan berarti bangsa Yahudi menjadi merasa superior dari bangsa lain, atau bangsa lain merasa rendah dari bangsa Yahudi. Kecerdasan bangsa Yahudi tidak serta merta diberikan kepada mereka kecuali untuk jadi pelajaran bagi bangsa-bangsa lain.
Pada hakikatnya sebuah masyarakat terbentuk dari kumpulan individu-individu. Sosok individu adalah diciptakan dari jiwa dan raga. Jiwanya memiliki nafsu dengan dua sifat yaitu fujur dan takwa. Sesuai dengan sifat nafsu, dia cenderung pada hal-hal yang merusak, kecuali yang diberi rahmat Allah, yaitu nafsu yang dikendalikan oleh ilmu.
Dari sebuah kajian ilmiah, kehidupan keluarga Yahudi memiliki tradisi keluarga yang bisa melahirkan keturunan-keturunan cerdas. Kecerdasan yang dimiliki bangsa Yahudi, ternyata dapat menjadi pelajaran bagi seluruh umat manusia agar memiliki kecerdasan. Dalam tradisi keluarga Yahudi, mereka menjaga tradisi keluarga secara turun-temurun. Secara ilmiah budaya hidup orang Yahudi dalam tradisi selalu mengutamakan hal-hal yang menyebakan kecerdasan mereka terpelihara.
Tradisi-tradisi keluarga itu antara lain membaca buku. Tradisi ini diwariskan oleh keluarga Yahudi sejak anak-anak mereka berada dalam kandungan. Tradisi mereka dalam keluarga yang lainnya adalah mereka memelihara pola makan sehat dan mengandung nutrisi pada kecerdasan otak yaitu protein nabati maupun hewani. Dalam tradisi Yahudi, hal-hal yang dapat mengurangi kecerdasan otak mereka hindari. Merokok, minum alkohol, dan lemak, mereka hindari sejak anak dalam kandungan. Nutrisi-nutrisi makanan yang mereka makan cenderung menjaga kecerdasan otak tetap prima. Tradisi makan sehat bernutrisi ke otak ini sangat kuat mereka pegang dalam tradisi keluarga.
Namun demikian ada pelajaran lain yang dapat diambil dari umat manusia yaitu ketika karakter-karakter orang Yahudi karena kecerdasannya mereka punya kencenderungan sombong dengan menentang kebenaran-kebenaran dari Allah. Nabi-nabi yang diutus Allah mereka olok-olok dan mereka bunuh. Karakter bangsa Yahudi yang cerdas dan sombong, dijadikan contoh oleh Allah untuk pelajaran bagi umat manusia.
Jika kita kaji, potensi karakter orang Yahudi ada pada seluruh bangsa yang ada di dunia. Namun episode kisah tentang orang cerdas dan sombong dicatat dalam kisah orang Yahudi. Kisah ini akan terjadi pada setiap bangsa-bangsa yang ada di dunia. Jadi kecerdasan sesungguhnya milik semua bangsa, namun Allah memberi pelajaran di masa lalu agar manusia jangan seperti yang dikisahkan pada bangsa Yahudi.
Oleh karena itu, yang diwaspadainya bukan orang Yahudi secara ad hominem kepada keturunan Yahudi, tetapi karakter-karakter buruk yang dicontohkan dalam kisah bangsa Yahudi. Karakter buruk yang dikisahkan dari bangsa Yahudi adalah menyembunyikan dan mengingkari ayat-ayat Allah, membenarkan sebagian dan mengingkarinya sebagian, dan menyembunyikannya. Dikisahkan dalam Al Quran karakter buruk yang tidak patut dicontoh dari orang Yahudi.
"ataukah kamu (hai orang-orang Yahudi dan Nasrani) mengatakan bahwa Ibrahim, Ismail, Ishak, Yakqub dan anak cucunya, adalah penganut agama Yahudi atau Nasrani? Katakanlah: "Apakah kamu yang lebih mengetahui ataukah Allah, dan siapakah yang lebih dzalim daripada orang yang menyembunyikan syahadah dari Allah yang ada padanya?" Dan Allah sekali-kali tiada lengah dari apa yang kamu kerjakan." (Al Baqarah, 2:140).
Namun demikian, secara individu, dari golongan orang Yahudi, Nasrani, dan Shabiin, mereka bisa jadi orang-orang yang beriman kepada Allah.
"Sesungguhnya orang-orang mukmin, orang-orang Yahudi, orang-orang Nasrani dan orang-orang Shabiin, siapa saja di antara mereka yang benar-benar beriman kepada Allah, hari kemudian dan beramal shaleh, mereka akan menerima pahala dari Tuhan mereka, tidak ada kekhawatiran terhadap mereka, dan tidak (pula) mereka bersedih hati." (Al Baqarah, 2:62).
Maka, siapapun orangnya mereka yang mengikuti petunjuk Allah, menerima kebenaran dari Allah dan Rasulullah Muhammad SAW, dan beramal shaleh dialah yang mendapat petunjuk dari Allah. Rasulullah Muhammad SAW pembawa kebenaran, menyampaikan kepada seluruh umat manusia untuk taat hanya kepada satu Tuhan yaitu Allah Tuhan Yang Maha Esa, tidak beranak, tidak beribu, dan tidak diperanakan. Wallahu'alam.***
No comments:
Post a Comment