Friday, August 4, 2023

KOMPETENSI PENDIDIKAN MASAGI

Oleh: Dr. Toto Suharya, S.Pd., M.Pd.

Jepang adalah negara yang berhasil melakukan transformasi dari negara tertutup menjadi negara terbuka tanpa kehilangan jati dirinya. Sampai saat ini, Jepang menjadi contoh bagi negara-negara Asia untuk melakukan tranformasi budaya tanpa kehilangan jati diri. 

Secara historis budaya Sunda tidak kalah tua dengan peradaban-peradaban budaya di dunia. Nama-nam geografi yang mengandung nama Sunda, menjadi tanda bahwa Sunda bisa jadi peradaban besar yang pernah ada di dunia. Nama Sunda yang masih ada sekarang, adalah Suku Sunda yang ada di wilayah Provinsi Jawa Barat. Suku Sunda ditandai dengan penggunaan bahasa Sunda dalam bahasa pergaulan sehari-hari. 

Untuk menghidupkan kembali budaya-budaya Sunda, agar tidak punah, Provinsi Jawa Barat di bawah pimpinan Gubernur Ridwan Kamil menggagas konsep pendidikan dengan istilah "Sekolah Masagi". Dari 500 lebih sekolah jenjang menengah yang ada di Jawa Barat, kurang lebih 147 sekolah untuk mendapatkan sosialisasi tentang Sekolah Masagi. 

Budaya Sunda sudah mengenal tahapan-tahapan kehidupan. Budaya sunda sangat menekankan bahwa hidup adalah proses. Budaya berproses orang Sunda bisa dilihat dari cara pembuatan bentuk rumah, dimulai dari bentuk tagog anjing, badak heuay, jolopong, julang ngapak. Secara berurutan, bentuk rumah dari awal, menunjukkan bagaimana kondisi hidup orang Sunda, hidup menyesauikan dengan kebutuhan.  

Konsep Sekolah Masagi diperkenalkan sebagai sekolah yang menerapkan pendidikan khas Jawa Barat bersumber pada kearipan lokal Jawa Barat dengan istilah Pancaniti (lima niti), yaitu niti surti, niti harti, niti bukti, niti bakti, dan niti sajati. Dari konsep pancaniti ini, tim pengembang kurikulum Masagi mengembangkan konsep pendidikan berlandarkan pada filosofi Pancaniti. Dirangkum dari penjelasan tim pengembang kurikulum Masagi, dari filosofi Pancaniti dapat dikembangkan empat konsep pendidikan Masagi. 

Pertama, Pancaniti menunjukkan konsep kompetensi dasar yang harus dikembangkan untuk membangun manusia-manusia sempurna. Konsep surti berkaitan dengan pendidikan karakter, adab, atau akhlak. Konsep harti, berkaitan dengan kompetensi pengetahuan, dan kemampuan nalar tinggi. Konsep bukti, berkaitan dengan kompetensi keterampilan dan produk. Konsep bakti, berkaitan dengan kompetensi sosial, yaitu kemampuan berkomunikasi, dan bermanfaat bagi orang lain. Konsep sajati, berkaitan dengan kompetensi spiritual, ditandai dengan kedekatan, ketaatan, kebijaksanaan, dalam menjalankan perintah ajaran agama. 

Kedua Pancaniti mengandung konsep perkembangan psikologi dalam pengajaran. Niti Surti, pendidikan karakter dominan diajarkan pada pendidikan anak-anak usia dini dan dasar. Niti Harti dan Bukti, pendidikan keterampilan nalar dan produk dominan diajarkan di pendidikan menengah. Niti Bukti dan  Bakti, pendidikan produk dan pengabdian pada masyarakat dominan diajarkan di pendidikan tinggi strata 1. Niti Sajati, pendidikan tentang spiritual dan kebijaksanaan diajarkan dominan pada strata 2 dan 3. 

Ketiga Pancaniti mengandung tahapan proses pengajaran yang harus dilalui. Niti Surti; kegiatan refleksi, identifikasi masalah, asesmen diagnosis,  Niti Harti; analisis dan pemecehan masalah, Niti Bukti; menemukan soslusi atau produk, Niti Bakti, bermanfaat, relevan bagi kehidupan, Niti Sajati; penemuan nilai moral kehidupan. 

Ketiga Pancaniti, mengandung lima domain kecerdasan yang harus dikembangkan dalam diri seorang peserta didik. Ada lima domain yaitu, niti surti, kecerdasan emosional; niti harti; kecerdasan intelektual; niti bukti; keterampilan hidup, niti bakti; kecerdasan sosial; niti sajati; kecerdasan spiritual. 

Konsep pendidikan dalam Pancaniti sudah menggambarkan keluhuran budaya Sunda jika digali kembali bisa ditranformasikan menjadi budaya-budaya lokal yang hidup di zaman sekarang. Konsep Pancaniti dalam pendidikan terlihat sederhana dan Masagi (segi empat). Konsep Pancaniti digunakan oleh Gubernur Jawa Barat untuk menghidupkan budaya Sunda di kancah kehidupan era teknologi informasi. 


No comments:

Post a Comment

MENGAPA GURU HARUS TERHORMAT

Oleh: Dr. Toto Suharya, S.Pd., M.Pd. Untuk menghormati guru, di Jepang tidak ada hari guru. Kisah ini dibagikan oleh Pak Susila dari Banten ...