Oleh: Dr. Toto Suharya, S.Pd., M.Pd.
Neurosains mempelajari sistem saraf mahluk hidup. Fokusnya
adalah seluk-beluk otak manusia, kesadaran sebagai unsur utama pembentuk
identitas manusia dan dikotomi tubuh dan jiwa pada setiap insan (Ikrar, 2016).
Gunggung Riyadi menjelaskan dari sudut pandang frekuensi, manusia terbagi menjadi delapan gelombang frekuensi, tiga di jantung dan lima di otak. Dijantnung dibagi menjadi very low frekuensi, low frekuensi, dan high frekuensi. Di otak terdiri dari lima frekuensi yaitu delta, teta, alpa, beta, dan gama.
Seluruh sel manusia ada di delapan frekuensi tersebut. Jika sudah mengetahuinya, kita bisa menggetarkan masing-masing sel dengan gelombang frekuensi agar sel berfungsi. Untuk menggetarkan masing-masing sel Mas Gunggung menggunakan ritme pernafasan yang bisa menghasilkan gelombang. Pernapasan sebagai pembentuk frekuensi manual.
Otak punya kemampuan melakukan perubahan pola. Neuroplastis adalah kemampuan otak untuk membentuk jaringan yang baru menimpa kebiasaan otak yang lama. Kemampuan neuroplastis ini menjadi dasar bahwa watak seseorang bisa diubah.
Perubahan pola di otak menurut teori lama terjadi selama 21 hari. Pada teori terbaru perubahan di otak terjadi dalam waktu 60 sampai 66 hari. Jadi, sebuah tindakan jika dilakukan berulang-ulang maka kebiasaan akan terbentuk. Hasil riset tindakan yang berulang-ulang dilakukan sampai 254 hari, maka tindakan akan menjadi prilaku yang melekat kuat pada diri seseorang.
Dalam sistem saraf ada saraf otonom terbagi menjadi dua simpatik dan parasimpatik. Saraf simpatik berkaitan dengan stres, dan syarat parasimpatik berkaitan dengan perbaikan. Untuk mengenal saraf harus kenal jantung.
Fluktuasi detak jantung. dibalik setiap detak ada pesan. Jarak antara dua detak jantung, jika jarak diatas 50 disebabkan parasimpatik, jika kurang dari 50 disebabkan oleh saraf simpatik. Frekuensi jantung terbagi menjadi tiga yaitu very low (< 0,04 Hz), low (0,04 s.d. 0,15 Hz), high (0.14 s.d. 0,4 Hz). Low frekuensi saraf simpatik, dan high frekeunsi saraf parasimpatik.
Mas Gunggung menggabungkan ilmu neurosian dan frekuensi yang dihasilkan pernafasan untuk mengaktifkan saraf di jantung dan di otak. Untuk mengaktifkan saraf di jantung dan otak membutuhkan tindakan berulang-ulang untuk membentuk sel jaringan baru di otak.
Ritme pernafasan yang ditemukan oleh Mas Gungung dapat dipelajari untuk membantu dunia pendidikan dalam membentuk karakter anak-anak. Untuk meningkatkan kecerdasan otak, anak-anak bisa diajarkan untuk melakukan ritme pernafasan tertentu yang dilakukan berulang-ulang sebelum pembelajaran dimulai.
Untuk itu kita membutuhkan ilmu Mas Gunggung untuk dikenalkan kepada para kepala sekolah, guru-guru, untuk membantu peserta didik dalam meningkatkan performa kecerdasan otak. Mas Gunggung bisa jadi ilmuwan terkemuka yang bisa kita ajak berkolaborasi untuk membantu melahirkan anak-anak cerdas untuk menyiapkan Indonesia Emas 2045.***
No comments:
Post a Comment