Monday, July 22, 2024

FILOSOFI PENGETAHUAN

Oleh: Dr. Toto Suharya, S.Pd., M.Pd.

Pendidikan itu sederhana hanya mengurusi isi memori otak. Isi memori otak membawa dampak pada pola pikir, cara bicara, cara bertindak, dan prilaku seseorang. Kepribadian seseorang sangat ditentukan oleh isi pengetahuan di memori otak.

Adiputri (2023) menjelaskan sistem pendidikan di Finlandia mengadopsi pemikiran Kereluik dkk. (2011/2013), Maynard (2019). Mereka berpendapat kerangka kerja pembelajaran abad ke-21 mencakup pengetahuan fundamental, meta pengetahuan, humanistik.

Pengetahuan fundamental terdiri dari tiga, yaitu pengetahuan ilmu-ilmu dasar, pengetahuan lintas ilmu, dan literasi digital. Pengetahuan fundamental digunakan untuk memahami (to know). 

Meta pengetahuan digunakan untuk bertindak (to act). Meta pengetahuan meliputi kemampuan kolaborasi, berpikir kritis, pemecahan masalah, kreativitas, dan inovasi. 

Meta pengetahuan berkaitan dengan pengetahuan tata cara berpikir kolaboratif, kreatif, memecahkan masalah, dan inovasi. Hal ini berkaitan dengan kemampuan menghasilkan pengetahuan dari pengetahuan. 

Pengetahuan humanistik diperlukan untuk memaknai (to value). Pengetahuan humanistik mencakup  keterampilan hidup/kerja, kesadaran etis/emosional, dan kompetensi kultural. 

Pengetahuan humanistik berkaitan dengan kemampuan menemukan nilai-nilai hidup yang dapat dijadikan pedoman dalam menjalani kehidupan bermasyarakat.

Jika kita perhatikan tiga konsep pengetahuan yang digunakan sistem pendidikan Finlandia, tidak beda dengan teori pendidikan terdahulu. 

Teori pendidikan yang digunakan di Finlandia mengacu kepada tiga belahan otak, yaitu otak depan, tengah, dan belakang. Otak depan dikaitkan dengan Kognitif (to know). Otak tengah dikaitkan dengan Afektif (to value). Otak belakang dikaitkan dengan Psikomotor (to act).

Jika dikaitkan dengan taksonomi Bloom, pendidikan di Finlandia mulai mengajarkan pengetahuan dari level berpikir memahami, menerapkan, analisis, sistesis, dan evaluasi. 

Dalam prakteknya, sebelum melaksanakan pengajaran guru harus melakukan riset tentang pengetahuan apa yang hendak dijadikan bahan ajar untuk siswa. Pengetahuan tersebut diajarkan secara bersamaan digunakan untuk to know, to act, dan to value

Pendekatan yang digunakan untuk menerapkan tiga konsep pengetahuan di atas dengan problem solving. Sebelum mengajar guru harus melakukan riset mengacu pada kodrat alam, kodrat zaman, dan kodrat keadaan. 

Kodrat alam berkaitan dengan potensi dan masalah lingkungan sekitar siswa, kodrat zaman berkaitan dengan jiwa zaman, trend, dan arah perubahan yang sedang terjadi di masyarakat. Kodrat keadaan, meliputi kondisi perkembangan psikologi siswa. 

Kondisi saat ini, guru-guru harus jadi kurikulum hidup, guru mampu mendesain pengajaran sesuai dengan kebutuhan dan perubahan zaman. Guru-guru harus punya kepedulian tinggi pada lingkungan dan mengenali masalah yang sedang dan akan terjadi kemudian pada siswa.

Jadi, pengajaran bukan hanya menyampaikan pengetahuan-pengetahuan dasar struktur keilmuan, tapi pengetahuan dasar tersebut harus menjadi alat untuk memahami, (to know), mendorong siswa berpikir kritis, kreatif, inovatif, kolaboratif (to act), dan bermakna bagi kehidupan mereka di masyarakat (to value).***

Tuesday, July 9, 2024

DUA SUDUT PANDANG KERAGURAGUAN

Oleh: Dr. Toto Suharya, S.Pd., M.Pd.

Keraguan memiliki dua sudut pandang. Keraguan bagi orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Allah dan keraguan bagi orang yang beriman kepada Allah.

Keraguan kepada Allah dan Rasul-Nya tidak dimiliki oleh orang-orang beriman. Bagi orang-orang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya tidak ragu dia berjihad dengan harta dan jiwanya di jalan Allah. Orang beriman ragu kepada dirinya sendiri, apakah dia telah benar-benar beriman kepada Allah.

Sesungguhnya orang-orang yang beriman hanyalah orang-orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya kemudian mereka tidak ragu-ragu dan mereka berjihad dengan harta dan jiwa mereka pada jalan Allah, mereka itulah orang-orang yang benar. (Al Hujuraat, 49:15).

Keraguan bagi orang beriman bukan kepada apa yang telah ditetapkan Allah, tapi keraguan terhadap dirinya sendiri karena merasa takut kepada Allah. Keraguan orang beriman, menjadi jalan untuk memperbaharui keimanannya kepada Allah. 

Seperti Kisah Nabi Ibrahim yang bertanya kepada Allah bagaimana cara menghidupkan orang mati. Nabi Ibrahim bukan ragu kepada Allah, tetapi ragu kepada dirinya apakah dia telah benar-benar beriman kepada Allah. Ketika Allah bertanya kepada Nabi Ibrahim, "apakah kamu belum yakin?' Maka Nabi Ibrahim menjawab, "bukan begitu, tapi aku ingin lebih yakin". 

Keraguan pada diri sendiri tentang kualitas keimanan kepada Allah, perlu terus dipertanyakan pada diri sendiri agar diri seseorang terus belajar karena merasa belum sunguh-sungguh beriman kepada Allah. Keraguan orang beriman adalah perasaan untuk selalu memperbaiki diri untuk menjadi orang terbaik dihadapan Allah.

Orang beriman ragu kepada dirinya apakah telah beriman kepada Allah dengan sunguh-sungguh, sedangkan keraguan orang kafir dia ragu terhadap kebenaran dari Allah. Keraguan orang-orang kafir mendorong dirinya jauh dari keimanan kepada Allah. 

Dan senantiasalah orang-orang kafir itu berada dalam keragu-raguan terhadap Al Qur'an, hingga datang kepada mereka saat (kematiannya) dengan tiba-tiba atau datang kepada mereka adzab hari kiamat. (Al Hajj, 22:55).

Keraguan yang dimiliki orang beriman terhadap kualitas keimanan dirinya pada Allah menjadi sebab orang-orang beriman berkarakter rendah hati dan tidak merasa diri paling benar, sebaliknya keraguan yang dimiliki orang kafir, menjadi sebab kesombongan karena merasa dirinya benar.

Keraguan orang beriman dan keraguan orang kafir melahirkan dua karakter berbeda. Keraguan orang beriman menjadi refleksi diri dihadapan Allah tentang keimanan dirinya pada Allah. Keraguan orang kafir menjadi dusta pada seluruh nikmat yang telah Allah berikan. 

Keraguan orang beriman melahirkan semangat untuk berbuat lebih baik untuk menutupi segala kekurangannya dihadapan Allah. Keraguan orang kafir melahirkan sikap masa bodoh pada kehidupan setelah kematian.***  

Thursday, July 4, 2024

KODE DNA TERCATAT DALAM AL QURAN

Oleh: Dr. Toto Suharya, S.Pd., M.Pd.

Al Quran diwahyukan kepada Nabi Muhammad SAW. saat usia Nabi Muhammad SAW. 40 tahun. Jika Nabi Muhammad SAW. lahir tahun 570 Masehi, maka kurang lebih Nabi Muhammad SAW menerima wahyu pada usia 40 yaitu pada tahun 610 Masehi. 

Al Quran yang dibaca umat Islam sekarang sudah berusia kurang lebih 1414 tahun. Berdasarkan penelusuran di internet, asal usul penemuan DNA dimulai sejak tahun 1944. Struktur DNA dijelaskan oleh James Watson dan Francis Crick pada tahun 1953. 

Kode genetik DNA terdiri dari empat yaitu ATGC ditemukan di DNA, dan AGCU ditemukan dalam RNA. Penjelasan lengkapnya harus memperdalam ilmu kimia, bisa browsing di internet.

Untuk memperdalam pengetahuan tentang DNA bisa membaca buku karya Kazuo Murakami. Membaca buku ini bisa sedikit memahami keajaiban dari DNA. 

Secara tidak sengaja, saya menemukan kode 4 di dalam Al Quran surat Al Baqarah ayat 260. Secara tidak sengaja pula saya menemukan hubungan bahwa Al Baqarah ayat 260 berkaitan dengan kehidupan. Pada Al Baqarah ayat 260, Allah mengabarkan tentang bagaimana Nabi Ibrahim bertanya kepada Allah bagaimana cara menghidupkan orang yang mati.

"Dan (ingatlah) ketika Ibrahim berkata: "Ya Tuhanku, perlihatkanlah padaku bagaimana Engkau menghidupkan orang mati". Allah berfirman: "Belum yakinkah kamu?". Ibrahim menjawab: "Aku telah meyakininya, akan tetapi agar hatiku tetap mantap (dengan imanku)". Allah berfirman: "(Kalau demikian) ambillah empat ekor burung, lalu cingcanglah semuanya olehmu. (Allah berfirman): "Lalu letakkan di atas tiap-tiap satu bukit satu bagian dari bagian-bagian itu, kemudian panggillah mereka, niscaya mereka datang kepadamu dengan segera". Dan ketahuilah bahwa Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana." (Al Baqarah, 2:260).

Di dalam ayat di atas ada kode "empat". Kalau kita bertanya mengapa Allah menyuruh Nabi Ibrahim mengambil "empat" ekor burung, tidak tiga, lima, enam, atau depalan? Rupanya pada ayat di atas Allah sedang menyampaikan kode kehidupan. 

Kesimpulan, kode "empat" sebagai simbol kehidupan tentu kita pahami setelah ada penemuan tentang DNA. Lalu mengapa hasil riset menemukan kode DNA mengandung "empat" huruf ATGC dan AGCU? 

Saya tidak sedang mengait-ngaitkan penemuan ilmiah dengan Al Quran. Tapi silahkan pikirkan mengapa kode "empat" dalam Al Quran berkaitan dengan kehidupan, memiliki kesamaan dengan kode "empat" pada penelitian DNA? Lalu siapa penyebab dari semua kejadian menurut Anda?

Kesimpulan saya selanjutnya, para peneliti dari manapun dengan latar belakang apapun, mereka sedang mengungkap rahasia dari Allah. Sebagai muslim yang berpegang teguh pada Al Quran, saya tidak membeda-bedakan ilmuwan dari suku, bangsa, budaya, dan agama manapun. 

Sebagai muslim yang beriman pada Al Quran, saya menganggap semua ilmuwan di muka bumi ini adalah instrumen dari Allah yang dapat membantu orang beriman bertambah imannya. Maka dapat dipahami jika perintah Allah dalam Al Quran kepada seluruh manusia untuk "membaca atas nama Allah". 

"Membaca atas nama Allah" maknanya bisa jadi melakukan berbagai riset sebagai cara menambah keyakinan pada Allah, dengan mengungkap kebenaran-kebenaran dari Al Quran. Melakukan riset atau membaca adalah perintah Allah pada semua umat manusia. 

"Dan Kami tidak mengutus kamu, melainkan kepada umat manusia seluruhnya sebagai pembawa berita gembira dan sebagai pemberi peringatan, tetapi kebanyakan manusia tiada mengetahui." (Saba, 34:28).

Jika demikian, para peneliti sebenarnya orang-orang yang sedang melaksanakan perintah dari Allah. Untuk itu, setiap pribadi muslim yang beriman kepada Al Quran, seharusnya punya karakter sebagai peneliti dengan motivasi membuktikan kebenaran ayat-ayat dari Allah.***

ILMU BERPIKIR DASAR PELAJARAN AGAMA

Oleh: Dr. Toto Suharya, S.Pd., M.Pd. Sejak tahun 2005 meneliti Al Quran dari sudut pandang ilmu berpikir, semakin dalam saya menemukan bahwa...