Oleh: Dr. Toto Suharya, S.Pd., M.Pd.
Keraguan memiliki dua sudut pandang. Keraguan bagi orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Allah dan keraguan bagi orang yang beriman kepada Allah.
Keraguan kepada Allah dan Rasul-Nya tidak dimiliki oleh orang-orang beriman. Bagi orang-orang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya tidak ragu dia berjihad dengan harta dan jiwanya di jalan Allah. Orang beriman ragu kepada dirinya sendiri, apakah dia telah benar-benar beriman kepada Allah.
Sesungguhnya orang-orang yang beriman hanyalah orang-orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya kemudian mereka tidak ragu-ragu dan mereka berjihad dengan harta dan jiwa mereka pada jalan Allah, mereka itulah orang-orang yang benar. (Al Hujuraat, 49:15).
Keraguan bagi orang beriman bukan kepada apa yang telah ditetapkan Allah, tapi keraguan terhadap dirinya sendiri karena merasa takut kepada Allah. Keraguan orang beriman, menjadi jalan untuk memperbaharui keimanannya kepada Allah.
Seperti Kisah Nabi Ibrahim yang bertanya kepada Allah bagaimana cara menghidupkan orang mati. Nabi Ibrahim bukan ragu kepada Allah, tetapi ragu kepada dirinya apakah dia telah benar-benar beriman kepada Allah. Ketika Allah bertanya kepada Nabi Ibrahim, "apakah kamu belum yakin?' Maka Nabi Ibrahim menjawab, "bukan begitu, tapi aku ingin lebih yakin".
Keraguan pada diri sendiri tentang kualitas keimanan kepada Allah, perlu terus dipertanyakan pada diri sendiri agar diri seseorang terus belajar karena merasa belum sunguh-sungguh beriman kepada Allah. Keraguan orang beriman adalah perasaan untuk selalu memperbaiki diri untuk menjadi orang terbaik dihadapan Allah.
Orang beriman ragu kepada dirinya apakah telah beriman kepada Allah dengan sunguh-sungguh, sedangkan keraguan orang kafir dia ragu terhadap kebenaran dari Allah. Keraguan orang-orang kafir mendorong dirinya jauh dari keimanan kepada Allah.
Dan senantiasalah orang-orang kafir itu berada dalam keragu-raguan terhadap Al Qur'an, hingga datang kepada mereka saat (kematiannya) dengan tiba-tiba atau datang kepada mereka adzab hari kiamat. (Al Hajj, 22:55).
Keraguan yang dimiliki orang beriman terhadap kualitas keimanan dirinya pada Allah menjadi sebab orang-orang beriman berkarakter rendah hati dan tidak merasa diri paling benar, sebaliknya keraguan yang dimiliki orang kafir, menjadi sebab kesombongan karena merasa dirinya benar.
Keraguan orang beriman dan keraguan orang kafir melahirkan dua karakter berbeda. Keraguan orang beriman menjadi refleksi diri dihadapan Allah tentang keimanan dirinya pada Allah. Keraguan orang kafir menjadi dusta pada seluruh nikmat yang telah Allah berikan.
Keraguan orang beriman melahirkan semangat untuk berbuat lebih baik untuk menutupi segala kekurangannya dihadapan Allah. Keraguan orang kafir melahirkan sikap masa bodoh pada kehidupan setelah kematian.***
No comments:
Post a Comment