Friday, September 13, 2024

AGAMA BUKAN SYAIR ATAU DONGENG

Oleh: Dr. Toto Suharya, S.Pd., M.Pd.

Jauhkan agama dari syair dan dongeng. Untuk menjauhkan agama dari syair dan dongen, pengajaran agama harus bersumber pada Al Quran. 

Penceramah-penceramah dalam agama apapun, jika mereka berceramah tanpa bersumber pada kitab suci, mereka adalah penyair dan pendongeng. Kebenaran ajaran agama bukan pada mulut-mulut penceramah. Kebenaran agama terletak pada kitab suci yang mereka sampaikan.

Para penceramah yang tidak menjelaskan duduk perkara dari pandangan kitab suci, dia berpotensi menyesatkan orang. Kesesatan ditandai dengan melakukan apa yang Allah larang. 

Contoh nyata kesesatan adalah ketika kita membenarkan sesuatu karena bertaklid pada orang. Ada juga orang membenarkan sesuatu atas dasar keturunan. Latar belakang keturunan, pendidikan formal, tidak bisa mutlak dijadikan sebagai dasar pembenaran.

Segala sesuatu yang dikemukakan tanpa rujukan kitab suci itulah dongeng. Fisika, kimia, biologi, sosiologi, geografi, hakikatnya syair dan dongeng. Dunia yang sedang kita alami sekarang, apapun yang kita lihat nyata adalah syair dan dongeng. 

Manusia-manusia yang hidup di dunia ini kelak akan berubah menjadi syair dan dongeng. Manusia akan pindah memasuki dunia nyata setelah kematian. Masa lalu dan masa depan yang kita ceritakan tanpa berpijak pada kitab suci dia sebatas syair dan dongeng.

Maka sebaik-baiknya pengajaran dikembangkan dari kitab suci Al Quran, agar setiap pengajaran yang diajarkan tidak sebatas syair dan dongeng. Apapun teknologi yang berhasil diciptakan akan berubah menjadi syair dan dongeng karena teknologi terus mengalami perubahan. 

Masa lalu dan masa depan jika diceritakan adalah syair dan dongeng. Masa lalu dan masa depan yang mengandung kebenaran karena bersumber pada kitab suci adalah kebenaran.

"dan Al Qur'an itu bukanlah perkataan seorang penyair. Sedikit sekali kamu beriman kepadanya. Dan bukan pula perkataan tukang tenung. Sedikit sekali kamu mengambil pelajaran daripadanya." (Al Haqqah, 69:41-42).

Kita suci adalah hukum-hukum dalam kehidupan yang dijelaskan Allah kepada para rasul. Alam semesta mengandung hukum-hukum. Hukum alam tanpa merujuk pada kitab suci adalah syair dan dongeng.

Kitab suci adalah sumber tertulis dari Allah, dan alam semesta adalah fakta empiris dari Allah. Memahami fakta empiris tanpa sumber kitab suci tertulis hanyalah menerka-nerka. Sekalipun dari fakta-fakta empiris manusia bisa membuktikan kebenaran, sifatnya hanya menduga.

Seluruh narasi yang diciptakan manusia bersumber pada alam semesta hanyalah syair dan dongeng. Para nabi dan rasul yang menerima wahyu adalah mengubah, memilah, syair dan dogeng alam semesta menjadi narasi tantang kebenaran dari Tuhan.***  

Thursday, September 5, 2024

ILMU BERPIKIR DASAR PELAJARAN AGAMA

Oleh: Dr. Toto Suharya, S.Pd., M.Pd.

Sejak tahun 2005 meneliti Al Quran dari sudut pandang ilmu berpikir, semakin dalam saya menemukan bahwa ilmu agama berkaitan dengan kompetensi berpikir. Sementara awam memahami agama sebagai pengajaran tentang aturan-aturan formal dan ritual.

Di masyarakat awam, akal dipertentangkan dengan ajaran agama. Berpikir jadi dianggap tabu dalam pelajaran agama. Padahal kalau kembali kepada kitab suci Al Quran, Allah memerintahkan kepada manusia untuk berpikir. 

Sebelum terjun lebih dalam meneliti Al Quran, saya ikut mempertentangkan agama dengan akal. Namun seiring waktu saya semakin menemukan banyak fakta, bahwa agama sangat berkaitan erat dengan akal. Fungsi akal adalah berpikir. 

Ketika pemahaman agama terlalu formal dan ritual, kebanyakan orang mengklaim telah beragama dengan memperlihatkan mode berpakaian. Padahal, keberagamaan yang sebenar-benarnya, tidak berhenti dipakaian atau tampilan fisik tapi sampai ke pola pikir yang tidak kelihatan.

Dalam sebuah kisah hadis, ketika sahabat Nabi Muhammad berkata tentang kesalehan seseorang karena dilihat dari kedisiplinan shalat, sedekah, puasa, maka Nabi Muhammad memerintahkan untuk memeriksa akalnya.

Pesan dari kisah ini adalah kegiatan-kegiatan ritual dalam ajaran agama jangan hanya sebatas kegiatan fisik, tetapi harus selesai dengan urusan hati dan pola pikirnya. Para pengajar agama seharus bukan sebatas pengajar tata cara ibadah ritual, tetapi harus jadi ahli pikir.

Masyarakat awam berpendapat, ilmu berpikir seolah-olah hanya berguna untuk kajian ilmu sosial dan alam yang objeknya manusia dan alam. Padahal, ilmu agama yang selama ini bersumber pada Al Quran dan hadis, di dalamnya mengandung ajaran yang memandu manusia berpikir.

Hukum-hukum formal yang berhasil dinarasikan dan diterapkan dalam berbagai bidang, sumbernya dari pemikiran. Ilmu fiqih yang sering digunakan banyak orang dalam membahas agama, pola dasarnya adalah hasil pemikiran. 

Pada dasarnya aktivitas berpikir merupakan kerja akal dalam mengolah pengetahuan yang ada di memori otak. Saya berpendapat pola pikir seseorang sangat ditentukan oleh deposit pengetahuan yang ada di otak. 

Diakui ataau tidak, desposit pengetahuan tentang Al Quran umat Islam di Indonesia sangat minim. Menurut penulis inilah sebab terjadinya paradoks dalam kehidupan masyarakat Indonesia. 

Minimnya deposit pengetahuan Al Quran umat Islam di Indonesia, disebabkan oleh metode pengajaran Al Quran yang tidak variatif. Metode belajar Al Quran didominasi oleh pengajaran baca dan tulis bahasa Arab. 

Pengajaran tentang substansi Al Quran tidak dikembangkan. Banyak faktor memengaruhi mengapa pengajaran Al Quran tidak mengalami perkembangan. Jawaban sementara saya, budaya berpikir masyarakat tidak serius didukung dari berbagai bidang.

Solusinya, saya telah mengembangkan ilmu berpikir bersumber pada Al Quran. Seluruh isi Al Quran adalah pengetahuan. Al Quran bisa benar-benar jadi petunjuk hidup jika dipahami sebagai pola pikir.

Memahami Al Quran dari sudut pandang pola pikir dapat menjadikan Al Quran sebagai sumber bacaan yang tidak ada habis-habisnya dan tidak membosankan. Memahami Al Quran dari sudut pandang pola pikir, dapat melahirkan pemikir-pemikir kelas dunia. 

Memahami Al Quran dari sudut pola pikir dapat meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Memahami Al Quran dari sudut pandang pola pikir dapat menepis prasangka-prangka buruk pada agama sebagai penghambat perubahan.***


AGAMA BUKAN SYAIR ATAU DONGENG

Oleh: Dr. Toto Suharya, S.Pd., M.Pd. Jauhkan agama dari syair dan dongeng. Untuk menjauhkan agama dari syair dan dongen, pengajaran agama ha...