Oleh: Dr. Toto Suharya, S.Pd., M.Pd.
Jauhkan agama dari syair dan dongeng. Untuk menjauhkan agama dari syair dan dongen, pengajaran agama harus bersumber pada Al Quran.
Penceramah-penceramah dalam agama apapun, jika mereka berceramah tanpa bersumber pada kitab suci, mereka adalah penyair dan pendongeng. Kebenaran ajaran agama bukan pada mulut-mulut penceramah. Kebenaran agama terletak pada kitab suci yang mereka sampaikan.
Para penceramah yang tidak menjelaskan duduk perkara dari pandangan kitab suci, dia berpotensi mensesatkan orang. Kesesatan ditandai dengan melakukan apa yang Allah larang.
Contoh nyata kesesatan adalah ketika kita membenarkan sesuatu karena bertaklid pada orang. Ada juga orang membenarkan sesuatu atas dasar keturunan. Latar belakang keturunan, pendidikan formal, tidak bisa mutlak dijadikan sebagai dasar pembenaran.
Segala sesuatu yang dikemukakan tanpa rujukan kitab suci itulah dongeng. Fisika, kimia, biologi, sosiologi, geografi, hakikatnya syair dan dongeng. Dunia yang sedang kita alami sekarang, apapun yang kita lihat nyata adalah syair dan dongeng.
Manusia-manusia yang hidup di dunia ini kelak akan berubah menjadi syair dan dongeng. Manusia akan pindah memasuki dunia nyata setelah kematian. Masa lalu dan masa depan yang kita ceritakan tanpa berpijak pada kitab suci dia sebatas syair dan dongeng.
Maka sebaik-baiknya pengajaran dikembangkan dari kitab suci Al Quran, agar setiap pengajaran yang diajarkan tidak sebatas syair dan dongeng. Apapun teknologi yang berhasil diciptakan akan berubah menjadi syair dan dongeng karena teknologi terus mengalami perubahan.
Masa lalu dan masa depan jika diceritakan adalah syair dan dongeng. Masa lalu dan masa depan yang mengandung kebenaran karena bersumber pada kitab suci adalah kebenaran.
"dan Al Qur'an itu bukanlah perkataan seorang penyair. Sedikit sekali kamu beriman kepadanya. Dan bukan pula perkataan tukang tenung. Sedikit sekali kamu mengambil pelajaran daripadanya." (Al Haqqah, 69:41-42).
Kita suci adalah hukum-hukum dalam kehidupan yang dijelaskan Allah kepada para rasul. Alam semesta mengandung hukum-hukum. Hukum alam tanpa merujuk pada kitab suci adalah syair dan dongeng.
Kitab suci adalah sumber tertulis dari Allah, dan alam semesta adalah fakta empiris dari Allah. Memahami fakta empiris tanpa sumber kitab suci tertulis hanyalah menerka-nerka. Sekalipun dari fakta-fakta empiris manusia bisa membuktikan kebenaran, sifatnya hanya menduga.
Seluruh narasi yang diciptakan manusia bersumber pada alam semesta hanyalah syair dan dongeng. Para nabi dan rasul yang menerima wahyu adalah mengubah, memilah, syair dan dogeng alam semesta menjadi narasi tantang kebenaran dari Tuhan.***
No comments:
Post a Comment