Oleh: Dr. Toto Suharya, S.Pd., M.Pd.
Berpikir adalah perintah dari Allah kepada seluruh umat manusia. Wujud dari orang berpikir adalah dia berbicara mengemukakan pendapat, bertanya, atau berargumen. Setiap orang setiap hari pasti berbicara, itu artinya setiap orang berpikir.
Selain berbicara, wujud dari setiap orang berpikir adalah mereka berbuat melakukan sesuatu. Ilmu tentang otak mengkonfirmasi bahwa seluruh gerak tubuh manusia dikendalikan dari otak. Jadi wujud nyata dari orang berpikir berbicara dan berbuat.
"Kalau sekiranya Kami menurunkan Al Qur'an ini kepada sebuah gunung, pasti kamu akan melihatnya tunduk terpecah belah disebabkan takut kepada Allah. Dan perumpamaan-perumpamaan itu Kami buat untuk manusia supaya mereka berpikir." (Al Hasyr, 59:21).
Jika Allah memerintahkan pada setiap orang berpikir, maka artinya setiap orang sudah diberi kemampuan untuk berpikir. Kemampuan dasar yang Allah berikan pada setiap orang dalam berpikir adalah mengolah informasi melalui pola pikir sebab akibat.
Wujud berpikir yang tidak dapat dilihat adalah mengolah informasi yang ada di otak. Berpikir sebab akibat adalah aktivitas atau perilaku otak yang tidak bisa dilihat dan dilakukan oleh setiap orang.
Pola pikir sebab akibat, Allah jelaskan dalam Al Quran dengan menjadikan diri-Nya sebagai sebab dan diri-Nya sendiri sebagai akibat. Pola ini kemudian menjadi ketentuan yang terjadi dalam berbagai kejadian yang terjadi di alam semesta.
"Dialah Yang Awal dan Yang Akhir, Yang Lahir dan Yang Batin; dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu." (Al Hadiid, 57:3).
Logika sebab akibat menjadi dasar pola pikir setiap manusia dalam memahami sebuah konsep dan fenomena. Kemampuan berpikir sebab akibat merupakan kemampuan dasar berpikir.
Perbedaan pemahaman seseorang pada sebuah kejadian bukan terletak pada kemampuan berpikirnya, tetapi pada ilmu pengetahuan yang dimilikinya.
Metode berpikir ilmiah dibangun atas dasar kesepakatan bersama yang dikembangkan dalam dunia pendidikan. Sedangkan metode berpikir ilmiah yang tidak dilembagakan adalah kemampuan berpikir sebab akibat yang dimiliki oleh semua orang.
Sebenarnya kalau dicermati, ketika seseorang memberi makna pada setiap benda atau kejadian dilandasi oleh pola pikir sebab akibat. Para filsuf mengemukakan pendapat dan pemahamannya didasari oleh pola pikir sebab akibat.
Perbedaan berpikir terjadi karena perbedaan perrbendaharaan pengetahuan dan aturan-aturan berpikir yang sudah dilembagakan dan diwariskan turun temurun melalui para murid atau pengikutnya.***
No comments:
Post a Comment