Oleh: Dr. Toto Suharya, S.Pd., M.Pd.
Jika kita telusuri dari berbagai referensi saya simpulkan, toksix merujuk pada pola pikir negatif terhadap setiap kejadian. Toksix disebabkan kerja fungsi otak emosi berlebihan. Cara pandang orang toksix terlalu banyak mengandalkan emosi bertahan hidup.
Orang-orang toksix mengalami ganggunan fungsi otak korteks, sehingga fungsi emosi keterikatan menjadi lemah. Orang-orang toksix selalu memandang setiap kejadian dipersepsi sebagai ketidaknyamanan. Cara pandang ini memacu emosi bertahan hidup untuk menyerang agar keadaan bisa dikendalikan.
Toksix bisa dikategorikan sebagai pola pikir cenderung negatif dan berdampak pada pola prilaku merugikan bagi pelakunya. Lebih berbahaya lagi, Profesor di bidang Bioethics dari Universitas Toronto, Kerry Bowman mengatakan, "semua jenis emosi pasti menular, tapi emosi yang sifatnya negatif paling menular (Suadu, 2018).
Emosi bertahan hidup kekuatannya sangat besar. Emosi bertahan hidup mengilhami pola-pola pikir negatif berlebihan dan berubah menjadi prilaku toxic. Pola pikir toxic cenderung mengeksploitasi emosi bertahan hidup dan berbahaya bagi tubuh. Untuk menyembuhkan prilaku toxic dibutuhkan kemampuan mengelola emosi.
Upaya mengurangi prilaku toxic dapat dilakukan dengan mengaktifkan kekuatan neuroplastik otak. Kemampuan neuroplastis adalah kemampuan otak membentuk koneksi sipaptik (sirkuit saraf) baru antara sel saraf (Suadu, 2018). Neuroplatis adalah kemampuan otak dalam mengintegrasikan informasi yang tersimpan di memori dengan hal-hal baru sehingga menghasilkan gagasan baru.
Syarat untuk melatih kekuatan neuroplastis otak, dapat diawali dari mengakses bacaan-bacaan diluar bidang yang disenangi, menulis, atau melakukan hal-hal baru yang disenangi. Membaca buku atau melakukan pekerjaan-pekerjaan disenangi, pada dasarnya melatih otak mengolah informasi baru menjadi gagasan baru, dan hal ini dapat meningkatkan kekuatan neuroplastis otak.
Meningkatkan kekuatan neuroplastis otak, pada dasarnya dapat dilakukan dengan menambah wawasan pengetahuan tentang berbagai macam aspek kehidupan, agar cara pandang terhadap dunia tidak terjebak pada satu sudut pandang. Orang yang punya keribadian terbuka dan adaftif memahami banyak alternatif sudut pandang melihat dunia dan menghargai setiap perbedaan pandangan.
Seseorang yang punya kebiasaan toxic dapat dilihat sebagai pribadi yang kurang terbuka dan fleksibel. Sikap terbuka dan fleksibel disebakan oleh kekuatan neuroplastis otak yang aktif. Untuk memperkuat kekuatan neuroplastis diperlukan latihan hal-hal positif secara beruang-ulang untuk mengokohnya di otak, memperkaya dengan pengetahuan bermanfaat dan tidak berhenti membaca, memahami, menciptakan hal-hal baru yang bermanfaat bagi banyak orang.
"sesungguhnya beruntunglah orang yang menyucikan jiwa itu, dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya" (Asy Syams, 91:9-10).***
No comments:
Post a Comment