Tuesday, February 4, 2025

INTERDISIPLIN PARADIGMA PENDIDIKAN ERA INDUSTRI 4.0

Oleh: Dr. Toto Suharya, S.Pd., M.Pd.

Berpikir interdisiplin adalah cara berpikir integratif memadukan pengetahuan dan konsep dari berbagai cabang ilmu untuk melihat sebuah fenomena atau permasalahan. Cara berpikir interdisiplin dari dulu identik dengan dunia pendidikan. 

Ilmu pendidikan tidak bermuara pada satu ilmu, di dalamnya ada filsafat, psikologi, sosiologi, antropologi, ekonomi, sains, dan teknologi. Untuk memahami memberi pengajaran dan teknik pengajaran yang tetap dibutuhkan berbagai pertimbangan ilmu secara interdisiplin. 

Misal, untuk mengubah anak menjadi seorang berkarakter unggul, pendidik harus mempertimbangkan dari filsafat, psikologi, sosiologi, antropologi, ekonomi, sains, dan teknologi. Pertimbangan interdisiplin dilakukan untuk menemukan karakter unggul yang tepat, yang harus dimiliki anak-anak sesuai dengan kondisi dan situasi zaman. 

Era Industri 4.0 ditandai dengan penggunaan sistem digital untuk menyimpan, mengolah, dan mengirimkan informasi. Teknologi digital, otomatisasi, data analitik, dan konektivitas, menjadi ciri dari era 4.0. 

Kata digital berasal dari bahasa latin yaitu digitus artinya jari dan digit dalam bahasa Inggris artinya angka. Teknologi digital berkaitan dengan jari, angka, sistem, dan sinyal. Seperti kita saksikan, era industri 4.0 ditandai dengan pemanfaatan teknologi informasi dalam memecahkan berbagai masalah, dan kendalinya ada di "jari". Wujud teknologinya seperti komputer, telepon seluler, dan internet.

Ciri menonjol dari era industri 4.0 dilihat dari penggunaan internet, sistem pengolahan data secara digital (komputasi), otomatisasi, artifisial intelegen (AI), aplikasi, dan jaringan. Kecerdasan yang harus dikembangkan di era 4.0 adalah kemampuan mengolah data dari berbagai sumber ilmu, sebagai dasar untuk mengambil keputusan dalam memecahkan berbagai masalah. 

Paradigma ini, membawa perubahan pada pola pendidikan dan pengajaran yang harus dilakukan di sekolah. Pengajaran interdisiplin menjadi pola yang harus diterapkan di sekolah dan kampus. Konsekuensinya, ilmu-ilmu yang diajarkan di sekolah tidak lagi membahas masalah kelimuan semata, tetapi harus sambil digunakan untuk mencari solusi dalam memecahkan masalah dengan memanfaatkan sistem teknologi digital.

Di era 4.0 pengajaran yang harus sering dilatihkan adalah kemampuan memahami bacaan (literasi), mengolah angka (numerasi), mengambil keputusan (evaluasi), dan menciptakan ide (sintesa). Kemampuan ini ada di ranah kemampuan berpikir tingkat tinggi. Kemampuan ini kemudian diterapkan dengan memanfaatkan sistem teknologi informasi.

Pembelajaran berbasis masalah dan proyek, menjadi pendekatan yang sangat relevan digunakan. Kolaborasi dan gotong royong dalam mengerjakan sebuah proyek pembelajaran, perlu dilatihkan untuk memberi ruang pada anak-anak ikut berperan langsung dalam memecahkan masalah dan menjadi proyek dalam pembelajaran.*** 


Sunday, February 2, 2025

STRATEGI AMERIKA DAN CHINA KUASAI DUNIA

Oleh: Dr. Toto Suharya, S.Pd., M.Pd.

Materi pelajaran di sekolah membosankan karena hanya mengajarkan materi mata pelajaran formal tentang ilmu. Pengajaran tidak memberi inspirasi tentang bagaimana hidup sukses, bagaimana cara menguasai ekonomi dunia, bagaimana mejadi orang kaya, dll. Oreintasi pengajaran masih dipengaruhi pola pikir kolonial dengan tujuan membentuk mental budak-budak yang siap dipekerjakan.

Inilah materi yang seharusnya diajarkan pada peserta didik agar kelak dia mejadi pemimpin yang akan membawa negara menjadi penguasa dunia. Kita ajarkan materi ilmu bagaimana Amerika dan China menguasai dunia. 

Dominasi Amerika Serikat untuk kehidupan dunia saat ini masih dirasakan. Indikatornya bisa kita lihat dari penggunaan dolar US dalam perdagangan internasional. Hingga muncul upaya-upaya dari negara-negara Asia Afrika membuat kelompok kerjasama untuk mengurangi ketergantungan dari dolar. Amerika Serikat memberikan ancaman pada negara-negara BRICS jika berusaha mengganggu dolar. 

Tapi kita tidak pernah sadar mengapa Amerika Serikat begitu besar pengaruh ekonominya di dunia? Berikut data mengapa Amerika Serikat bisa mengendalikan ekonomi dunia. Strategi Amerika Serikat menguasai ekonomi dunia ada dalam gambar berikut:

Peta Pangkalan Militer US di dunia: sumber youtube DW Indonesia

Amerika Serikat memiliki dukungan industri senjata. Dalam catatan sejarah perang dunia I, II, perang Vietnam, Afganistan, Irak, Libya, Ukraina, dan Palestina, Amerika Serikat selalu melibatkan diri dalam perang, dan tidak pernah perang di tanah sendiri. Fakta ini menjadi sebab kekuatan dolar menjadi mata uang dunia. Inilah strategi Hard Power yang dilakukan Amerika Serikat untuk menguasai ekonomi dunia.

China memiliki strategi berbeda dengan Amerika Serikat. Strategi China menguasai dunia digambarkan dalam fakta di bawah ini:

Titik-titik merah adalah pelabuhan-pelabuhan yang dibiayai China:
Sumber youtube DW Indonesia

China giat membangun pelabuhan-pelabuhan di seluruh dunia. Proyek pembangunan pelabuhan di sambut warga karena membantu meningkatkan ekonomi negara mereka. Belum ada kabar China terlibat dalam peperangan di negara-negara dimana pelabuhan dibangun. Strategi China dalam menguasai dunia lebih terlihat soft

Untuk mengamankan jaringan ekonomi, China mendirikan pangkalan militer di tempat strategis. Selama ini China baru bangun satu pangkalan militer di daerah sempit menuju terusan suez. Pemimpin China mengatakan bahwa dirinya tidak mau mengganggu urusan dalam negeri orang lain.

Kekuatan ekonomi China, dirasakan semakin kuat menyebar ke seluruh dunia. China bertekad membuat produk-produk yang dibuat Amerika akan diciptakan di China. Persaingan industri yang dirasakan saat ini dapat dilihat pada persaingan teknologi informasi.

Melihat fakta strategi negara-negara besar di dunia, Indonesia termasuk negara dengan jumlah penduduk terbesar nomor empat di dunia. Kita mesti belajar bagaimana strategi Indonesia untuk menjadi bagian dari kekuatan dunia? Pemikiran-pemikiran besar tentang menguasai dunia perlu disampaikan di dunia pendidikan. Siapa tahu kelak lahir pemimpin-pemimpin besar kelas dunia dari Indonesia, seperti Sukarno.***

INTERDISIPLIN PARADIGMA PENDIDIKAN ERA INDUSTRI 4.0

Oleh: Dr. Toto Suharya, S.Pd., M.Pd. Berpikir interdisiplin adalah cara berpikir integratif memadukan pengetahuan dan konsep dari berbagai c...